“Manusia itu suka hal yang menyenangkan!”—The Read Aloud Handbook
Hari sabtu kemarin, 6 Agustus 2022. Saya mendatangi salah satu acara di sekolah dasar anak kami yang berjudul “Parents Day”. Di acara tersebut kami para orang tua kelas 1-6 sekolah dasar bertemu dengan wali kelas masing-masing untuk disampaikan tentang apa saja yang telah anak-anak lakukan selama 2 minggu ini dan rencana pembelajaran selama satu tahun ke depan.
Ada satu hal menarik yang kami sukai sebagai orang tua di sini. Di sekolah yang berbasis sentra ini, mereke mengutamakan perasaan dan penekanan adab dan nilai-nilai kehidupan. Ternyata, setiap harinya Sakha dan teman-teman sekelasnya juga mendapatkan kegiatan membaca buku bersama. Benar-benar dibacakan cerita dalam buku setiap harinya (selain itu anak-anak juga disediakan waktu membaca buku sendiri bagi yang sudah bisa membaca). Tentu ini menjadi kolaborasi yang apik untuk menumbuhkan gemar membaca pada anak usia dini.
Loh kok dibacakan sih? Bukannya supaya anak bisa baca, cukup dikasih aja les tambahan, diajarin A-I-U-E-O.
Eits, tidak begitu ya teman-teman sekalian.
Tahapan Gemar Membaca
Tahu ga bahwa bisa membaca itu berbeda dengan gemar membaca?
Gemar membaca, suka membaca dan cinta membaca itu berbeda dengan sekadar bisa membaca.
Gak usah jauh-jauh, saya yang dulu bisa membaca di kelas 1 SD. Atau kalian yang lagi baca artikel ini,saat duduk di sekolah dasar atau taman kanak-kanak, memang langsung suka membaca begitu bisa membaca? Kan enggak!
Iya saya akui itu, saya suka membaca akhirnya Ketika dewasa. Ketika teman terdekat saya buku-buku yang saya dapati ilmu luar biasa. Jika dibandingkan dengan beberapa teman yang gemar membaca sejak kecil ada satu hal yang membuat mereka berbeda dari saya.
Yaitu dipaparkan buku dengan menyenangkan sedari kecil. Hal ini yang saya coba lakukan pada anak sulung saya sedari umur 1 tahun.
Kenapa sih kita harus bersikukuh anak gemar membaca? Tentu dengan gemar membaca ia bisa menyukai kegiatan menulis, dan mudah-mudahan bisa menhasilkan buah karya.
Yang sebetulnya bahkan bisa kita lakukan sedari kita mengandung buah hati. Sejatinya tahapan anak bisa membaca itu bisa dimulai dari mendengarkan.
Berikut tahapan-tahapan agar anak-anak kita dapat GEMAR MEMBACA tidak hanya sekedar BISA.
#1. Tahap Mendengarkan
Saat hamil saya sering mendengar nasihat “Sering-seringlah dedek janinnya diajak bicara”
Betul sekali meski belum lahir di muka bumi, anak sedari ditiupkan ruhnya di dalam perut kita sudah dapat mendengarkan lingkungan sekitar. Apalagi begitu lahir ke dunia ini, indera pendengaran mereka semakin aktif. Dengan suara ia bisa membedakan mana orang tua atau orang dewasa yang bias amenemaninya.
Tak percaya? Coba ajak bicara anak bayi di bawah 1 tahun, ia pasti sudah bisa membalas dengan ekspresi atau ocehan kita.
Membacakan buku-buku pada bayi dan anak-anak meskipun belum bisa membaca itu ibarat kita memenuhi tanggul utama anak. Dengan begitu anak- anak dapat melihat gambar dan telinganya bekerja untuk mendengarkan maksud gambar tersebut. Selain itu kita dapat memutarkan berbagai murotal dan lagu anak yang bisa melatih ketrampilan mendengar mereka.
“Kenapa ya anakku Sukanya cuma buku yang itu-itu aja padahal aku udah beliin macam-macam.”
Sabar ya bun, jangan Lelah meski anak kita suka yang itu lagi dan lagi. Begitulah cara mereka menyimak. Akan ada saatnya ia akan pindah ke buku atau cerita lainnya.
Tahap ini menjadi pondasi dan pijakan utama untuk anak. Sebelum mereka akan bersekolah untuk belajar kata-kata baru. Ibaratnya kita harus kokohkan akarnya terlebih dulu di rumah.
#2. Tahap Berbicara
Analoginya, jika tanggul kosakata dengarnya sudah penuh ia akan pindah dan membentuk kolam berikutnya yakni kosakata bicara.
Ketika anak-anak mulai mengucapkan kata-kata yang dia dengar. Sangat tidak mungkin jika kita mengatakan sesuatu yang tidak pernah kita dengar.
Meskpun lebih dari 1 triliyun orang berbahasa mandarin, kenapa kita tidak?karena kita tidak mendengar cukup banyak.
Ada kejadian menarik, kata pertama yang diucapkan anak saya adalah “Ayah”. Artinya mereka berdua lebih sering saya menyebutkan kata tersebut dibanding yang lain. Sementara keponakan saya, belum lama in baru bisa bicara, kata pertama yang diucapkan adalah “emak” karena setiap harinya ia lebih mendengar orang tua dan kedua kakaknya memanggil pengasuhnya dengan sebutan “emak”.
Di tahap anak belajar berbicara, kita sebagai orang dewasa belajar mendengarkan. Investasikan waktu kita sebanyak mungkin untuk mendengarkan suara mereka. Memang tidak mudah, sebagai orang tua jadilah pendengar yang baik bukan sekedar mendengar. Apalagi anak senang membaca buku yang itu-itu saja, atau cerita dan bertanya diulang-ulang. Sama seperti kakaknya Sakha, Hafsah anak perempuan kami juga suka bertanya dan membaca buku yang itu-itu saja. Di sini ujian kami sebagai orang tua, bagaimana mengelola rasa sabar dan respon kepada anak. Jika kita terlihat tidak semangat, malas membaca apalagi menghardik karena ia bertanya itu lagi-itu lagi, niscaya anak pasti tak ingin melakukannya lagi bersama kita dan itu sama saja mematikan fitrah belajar sang anak.
Jika kalian di rumah mendapati kejadian ini, jangan pernah lelah untuk menjawab dan merespon dengan baik ya teman!
#3. Tahap Membaca
Kita harus memegang sebuah prinsip bahwa setiap orang suka dengan hal yang menyenangkan dan membaca adalah sutu keahlian yang didapat perlahan-lahan.
Artinya kalau kita mau anak kita gemar membaca, kita harus membuat kegiatan membaca ini menjadi menyenangkan dengan perlahan-lahan.
Jika kita sudah seringa ajak ngobrol dan membacakan buku kepada anak kita, tugas kita masih panjang dalam membuat anak gemar membaca ini.
Alhamdulillah, wasyukurillah atas izin Allah anak sulung kami diusianya yang belum genap 5 tahun sudah bisa membaca. Namun, ini bukan suatu prestasi yang harus jadi fokus utama. Keberhasilan bisa membaca itu bonus, menumbuhkan rasa cinta agar anak gemar membaca itu yang utama.
Tidak ada niatan ia bisa segera membaca, mulanya kami istiqomahkan untuk membacakan cerita dari buku atau cerita langsung dari tutur kata kami. Selain itu kami tempelkan juga gambar poster dan tulisan-tulisan. Banyak poster yang kini kita bisa beli di toko alt tulis atau online shop kesayangan kita. Atau jika teman-teman gemar mendesain kini juga ada aplikasi desain yang mudah digunakan seperti canva.
Teman-teman juga bisa menempelkan tulisan atau kata pada benda, misalnya tempelkan kata “sepeda” pada sepeda anak.
Sesekali waktu bisa ajak ke perpustakaan atau pameran buku dan toko buku.
Stimulasi lainnya yang kami gunakan adalah sering ajak berbincang dan membaca tulisan yang di sekitar. Contoh Ketika membeli susu, saya biasanya coba beri lihat sambal membaca pada anak. Atau barang label kemasan lainnya.
#4. Tahap Menulis
Tahap menulis itu mulai bisa diasah saat motorik halus dan kasrnya sudah lebih kuat. Sakha sendiri mulai ketertarikan menulisnya saat usia pra sekolah atau saat Taman Kanak-kanak sekitar umur 5-6 tahun.
Kita bisa siapkan satu bidang tembok untuk ditempelkan kertas flipchart atau kalender bekas untuk anak-anak menuangkan kreativitas di sana. Ini juga mencegah anak menulis sembarnagan di tembok. Atau belikan papan tulis jika tidak keberatan untuk mereka.
Sakha sendiri juga memiliki buku tulis seperti buku diary yang dia dan saya tulis tentang kegiatan hariannya. Walaupun lebih sering dibuat menjadi kertas gambar. Namun, tak mengapa mari kita beri kesempatan mereka menulis apapun apa yang dia lihat, dengar, pegang dan lain-lain.
Tantangan Generasi Alpha: Gadget dan Literasi
Sebuah tantangan masa kini dalam menumbuhkan gemar membaca dengan suburnya paparan digital baik televisi dan internet. Kita tahu bahwa internet cepat kini menjadi kebutuhan sehari-hari. Baik dalam berkomunikasi, bekerja maupun untuk hiburan. Tak sedikit anak yang sudah terpapar dengan benda digital ini.
Memang butuh usaha dan niat yang sungguh-sungguh jika ingin menggunakan gadget ini pada anak. Kami termasuk yang sangat membatasi pada anak. Namun, sejalan kemampuan bersosialnya bertambah. Seperti bertemu dengan saudara dan temannya yang membawa atau dikasih handphone, ia pun penasaran dan meminta.
Alhamdulillah kini ada banyak platform buku digital. Dengan internet cepat, kami memberikan screen time kepada anak kami dengan membacakan buku digital ini. Ada aplikasi let’s read dan Gramedia digital sebagai aplikasi andalan kami. Dengan akses internet cepat IndiHome dari Telkom Group yang selalu memberikan promo tanpa batas tentunya yang mendukung kegiataan berselancar kami.
Selain buku digital, sesekali kami memberikan youtube kepada anak tapi dengan channel dan video yang menurut kami mendidik. Seperti Si Unyil, Bocah Petualang, Si Otan dan video-video how to make something lainnya. Jika untuk entertain atau hiburan kami lebih memilih seperti yufid kids, Nusa Rara, Omar Hana, Rico the series dan lainnya. Ada juga vlog masinis dan kereta perjalanan lainnya yang beberapa kali Sakha tonton karena ketertarikannya pada kereta.
Pesan dari kami, hindari memberikan YouTube Shorts, TikTok atau reels Instagram (Sebaiknya anak di bawah 10 tahun jangan berikan akses sosmed) sebab platform sejenis itu pemaparan lagu dan gambar-gambar yang belum pantas dilihat didengar anak lebih besar. Tentu melihat video dengan durasi 15-60 detik tidak ramah untuk anak balita. Berbeda dengan membaca, menonton membuat otak kita lebih “malas” karena tidak membuat berpikir.
Penutup : Buatlah Imaji Positif pada Kegiataan Membaca
Catatan dan pengingat bersama bahwa yang kegiatan membaca harus dilakukan dengan suka cita agar tertanam imaji positif pada anak. Ketertarikan anak saat mencari dan melihat serta umpan balik yang ditunjukkan anak harus kita amati, bagaimana tingkat konsentrasi dengan usianya saat mendengar harus diamati sebagai catatan dalam tumbuh kembangnya. Terakhir, jangan lupa anak itu adalah peniru ulung ya teman-teman. Jika ingin anak gemar membaca, sudahkan kita memberikan teladan gemar membaca?
Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. Salam.
jadi inget saat anak amsih kecil suka beburu buku-buku loka agar setiap ahri ada bacaan buat dibaca
ih keren banget mbak Tira Kebiasaannya
Suka banget dengan tahapan belajar baca bukan hanya bisa baca tapi mendengarkan kata, barulah berbicara, baca dan menulis. Sempurnalah jika tahap dapat dilalui dengan baik.
MasyaAllah BU, ini saya dapatkan saat training of trainer Read Aloud.
Penting sekali membiasakan membaca anak anak pada usia dini. Supaya mereka memiliki bekal kebiasaan baik untuk masa depannya. Gemar membaca positif bagi mereka
Iya mas, demi perkembangan mereka juga sebetulnya
Kebiasaan membaca memang perlu ditumbuhkan sedari dini. Beruntung anak-anak sekarang bisa menggunakan Gramedia Digital, jadi mudah diaksesnya.
Baca ini jadi pengen banget kalau sudah punya anak nanti dibiasakan untuk membaca tapi mungkin akan sangat menantang kalau kita juga perempuan bekerja terus kita juga pengen me time buat baca buku sendiri. Ahh semoga semua bisa terwujud.
aamiin Mbak, semoga bisa amanah nanti. minimal Mbak Ririn bisa praktikkan ke keponakan2 tercinta ya hehe
Iya ya Mbak, setidaknya sadari dalam kandungan anak2 jga udah diajak bicara ya. Aku walau belum punya anak dan jadi ibu tapi semoga nanti dapat menanamkan sikap gemar membaca ini padanya
Nah bagian teladan membaca ini memang meng-influence. Soalnya saat daku baca buku, ponakan daku yg SD ikut baca. Eh ponakan daku yg masih balita pun ikutan juga hehe
Yes, aku pun screen time daripada nonton animasi kalau sama anak anak, cukup sering membacakan cerita dari platform digital. Sejauh ini yang paling kupercaya baru lets read. Kadang kalau aku lelah, kuputarkan podcast dongeng sebelum mereka tidur.
Intinya, kecepatan internet dimanfaatin buat nemenin anak anak belajar banyak ya Kak.
membaca ini banyak manfaatnya yaa. Jadi ingat saat saya masih kecil, suka banget baca apapun mulai buku hingga majalah, namun sayang setelah nikah kebiasaan itu udah gak pernah saya lakukan lagi, hiks
keren ini sekolahnya ada kegiatan parents day dan isinya membaca bareng.
thanks mba Fira udah nulis tips ini, jadi inget jaman anak-anak masih krucil he3 …
sekarang mereka sudah kuliah S1 dan S2 juga si bungsu SMP kelas 9.
bersyukur sejak dini sudah senang membaca dan jarang banget terpapar gadget jadi bermanfaat saat besar.
salam semangat
wah panjang juga yah cara belajar membaca untuk anak. Dimulai dari kebiasaan baik membacakan buku untuk anak sampai akhirnya si anak jadi cinta buku. Belajar membaca pun terasa lebih mudah.
Sekarang ini aku juga gitu sering membiasakan anak bayi kenalan sama buku, supaya dia mau belajar membaca.
Keren bgt nih bisa dicontoh metodenya supaya anak2 gemar membaca. Pd era serba digital gini bikin anak2 makin males baca buku deh. Tantangan ortu makin berat skrg.
Keren bgt nih bisa dicontoh metodenya supaya anak2 gemar membaca. Pd era serba digital gini bikin anak2 makin males baca buku deh. Tantangan ortu makin berat ya saat ini.
setuju nih, mbak. untuk menumbuhkan kegemaran membaca pada anak itu perlu usaha banget yaa. saya awalnya agak putus asa karena anak-anak saya kelihatannya nggak doyan dibacakan buku. tapi sekarang ternyata mereka suka juga dibacakan buku dan kadang suka mintai dibacain sebelum tidur
Nah setuju, ada tahapannya. Pelan-pelan, biar anak ga ngerasa kalau membaca itu paksaan.