Bagaimana Memilih Sekolah Dasar Anak?

Photo of author

By Shafira Adlina

memilih sekolah dasarSetiap bulan Juni-Juli memang jadi bulan yang ramai mengenai perpisahan sekolah dan tahun ajaran baru. Orang tua mulai mencari-cari di mana sekolah yang cocok dan terbaik untuk buah hati tercintanya.

Bahkan ada yang mencari dari akhir tahun dan dari tahun sebelumnya ketika anak masih bayi loh.

Belum lama ini saya juga banyak sekali orang tua yang sering sharing di media sosialnya tentang survey sekolah anak. Sayangnya, rata-rata informasi yang dibagikan oleh orang tua yang “berpengalaman” hanya berkutat pada harga dan fasilitas serta jarak sekolah.

Memang sih, kita tidak menafikan bahwa ketiga hal itu sangat penting ketika kita mengambil sebuah keputusan besar ini. Tapi, bukan hanya 3 hal itu yang harus diperhatikan.

Eh, kok keputusan besar?

Iya besar dong, karena sekolah akan menjadi rekan kita dalam mendidik dan merawat fitrah belajar mereka.

Bukan sekadar mencari ijazah agar mereka bisa bekerja. Saya paham kegalauan, kecemasan dan kekhawatiran berlebih yang dirasakan beberapa orang tua dalam memilih dan memilah sekolah. Karena saya juga pernah dalam fase itu.

Namun, sebelum lanjut membaca sampai bawah. Jangan lupakan untuk selalu bersyukur ketika kita bisa “memilih” sebuah sekolah. Karena ya banyak juga di antara kita yang tidak bisa memilih sekolah. Mereka harus berlomba mencari sekolah yang bisa menerima anak-anaknya. Pada akhirnya ketika mendaftar pun sebetulnya kuta dihadapkan sebuah pilihan.

Apalagi jika teman-teman bisa menyekolahkan anak ke swasta. Artinya secara cost, kita juga bisa sudah siap memperjuangkan. Walaupun kalau bicara negeri versus swasta akan panjang ya.

Negeri pun banyak pilihannya. Tapi di artikel ini, aku ingin bercerita bagaimana sih tips memilih sekolah dasar untuk anak.

Memilih Sekolah Dasar Untuk Anak

Sekolah dasar sesuai namanya, akan menjadi pijakan yang memberikan dasar contoh bagi perilaku kanak-anak di luar rumah. Anak akan tinggal di sekolah lama paling ga ya sekitar lima jam setiap harinya.

Di tahap ini anak-anak akan melihat interaksi antar anak sebayanya, interaksi antara orang dewasa dan anak-anak, juga interaksi antar orang dewasa.

Lima-enam jam bukan waktu yang sebentar, sedangkan kita tahu bahwa anak-anak adalah peniru ulung karena mereka belajar dengan cara meniru orang lain.

Sekolah menjadi tempat bagi anak-anak membangun dan membentuk pola perilaku, mewujudukan potensi menjadi kompetensi bahkan juga ranah spiritual yang paling besar pengaruhnya terutama sekolah dasar.

Ada beberapa tips memilih sekolah anak yang saya dapatkan dari buku enlighting parenting karangan dari Okina Fitriani dan berdasarkan pengalaman saya sendiri.

#1. Perhatikan Akhlak dan Perilaku Guru-Gurunya

Saat kalian memilih sekolah dasar (SD), coba perhatikan dulu bagaimana cara para guru di sekolah berbicara. Bagaimana nada suara mereka, lalu diksi atau pilihan kata-kata mereka dan perhatikan ekspresi wajah mereka.

Sediakan waktu untuk melakukan pengamatan secara menyeluruh. Jika biasanya di sekolah swasta tersedia waktu trial untuk anak mencoba sekolah tersebut, coba amat hal-hal di atas. Memang, pada umumnya saat trial atau observasi biasanya sekolah mengamati anak dan orang tua sebelum diterima di sekolah tersebut. Nah, kita pun juga perlu mengamati sekolahnya. Sebab para guru inilah yang kelak jadi teladan anak-anak. Seperti pesan ibu Imam Malik ketika beliau berangkat menuntut ilmu “Pelajari adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya.”

Faktor pertama ini yang menjadi acuan saya dan suami mengalami sreg dengan sekolah dasar sekarang. Saat observasi sekolah dan mencoba trial, betapa guru-guru di sana menggunakan nada dan kata yang tetap ramah anak. Dan itu menjadi pijakan di sekolah tersebut.

#2. Perhatikan Ekspresi dan Perilaku Para Murid

Saya teringat dahulu sekitar tahun 2018, saya mengikuti workshop Fitrah Based Education bersama Ustad Harry Hasan Santosa (rahimahullah) di Universitas Indonesia. Saat itu, ada seorang ibu yang bertanya dengan gamblangnya. “Jadi saya bingung harus menyekolahkan anak saya di mana ya Ustad?”

Ustad Harry berucap saat itu, saya tidak bisa langsung beropini atau merekomendasikan suatu sekolah (Padahal seharian kita diberi pondasi mengenai FBE —__—“). Namun, cobalah dilihat bagaimana ekspresi dan perilaku anak-anak di saat. Jika di sekolah X bagaimana? Apakah wajah anak-anak di sana tertekan dan tidak bahagia? Atau sebaliknya?

Sama dengan rekomendasi Ibu Okina Fitriani pada buku Enlighting Parenting menyebutkan bahwa kita bisa melihat “produk” dari sekolah itu. Kita bisa meilhat perilaku anak-anak mendekati baliq atau puber yakni anak-anak kelas 5-6. Bagaimana interaksinya dengan sesame teman, kata-kata yang dikeluarkan dan ekspresinya. Di sini kita bisa melihat sekolah itu “bagus” atau tidak.

#3. Perhatikan Karya-Karya yang Ditampilkan di Lingkungan Sekolah

Kita perlu juga mengamati tentang karya-karya yang ditempel di lingkungan sekolah. Apakah karya yang ditempel hasil karya anak didik atau hanya sebuah hiasan perfetakan? Apakah nama-nama yang muncul hanya itu-itu saja atau bervariasi?

Kenapa harus dilihat? Jika nama yang keluar hanya itu-itu saja kemungkingan kompetisi di sekolah itu cukup kental.

#4. Sekolah Inklusi

Sekolah inklusi artinya sekolah tersebut memberikan ruang bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus untuk belajar bersama. Namun, anak berkebutuhan khusus tentu harus yang sudah didiagnosis oleh ahli bukan hasil perkiraan guru atau orang tuanya.

Kebetulan sekolah anak sulung saya termasuk sekolah inklusi, Ada satu teman sekelasnya yang spesial, tergolong ADHD, dari sana anak-anak belajar menerima anak yang berkebutuhan khusus. Memang penanganannya juga perlu ekstra kerja sama dengan orang tua dan guru.

Awalnya saya juga cukup khawatir akan ketidak maksimalan para guru dalam menghadapi perilaku anak-anak yang normal lainnya akrena harus fokus pada satu anak yang istimewa. Namun, setelah diberi pengertian ini juga seperti memberi nilai kepada anak lainnya bahwa di dunia ini beragam karakter dan ketetapan Allah dan ini wujud penerimaan kita padanya. Alhamdulillah di kelasnya pun di support dengan dua guru jadi saya lebih tenang.

Apakah sekolah bagus itu harus mahal?

Entah sejak kapan Pendidikan bagus itu diimbuhi sebuah kata mahal. Bahkan santer terdengar sebuah kata “bisnis Pendidikan”. Ada juga yang beranggapan bahwa semakin mahal sebuah semakin bagus.

Tidak salah memang anggapan itu, karena pada kenyataan memang sekolah yang menawarkan ragam program dan fasilitas harus memiliki modal yang tidak sedikit.

Walaupun harusnya negara bisa memberikan hak kepada seluruh lapisan masyarakat. Namun, di negara kita didominasi swasta dan yayasan.

Semenjak memiliki anak yang masuk ke usia pre-school memang mata saya sudah terbuka dengan fenomena ini. Saya dan suami berkesempatan survey ke beberapa Tk dan SD di Jakarta timur saat itu dan menemukan banyak fakta yang menarik antara harga dan kualitas.

Belum lagi sudah banyak akun-akun yang sering sharing betapa harga Pendidikan anak usia dini di ibu kota dan sekitarnya sudah hampir sama dengan uang kuliah saya dulu. Ehehe

Cuma, kalau aku pribadi jika ditanya apakah sekolah bagus itu harus mahal? Tentu jawabnya belum tentu. Banyak faktor X,Y dan Z mengapa sekolah itu mahal. Misalnya, tergantung lokasi, history dan program dari sekolah itu sendiri.

Yang harus kita ingat bahwa sekolah itu mencoba meniru kehangatan rumah, ketelaten ayah dan bunda dan ketulusan cinta keluarga. Sejatinya sekolah terbaik sebenarnya tidak bisa mengalahkan kehangatan rumah dan ketelatenan kita sebagai orang tua. Hanya saja dari kita banyak yang enggan membuat rumah itu hangat dan membina ketelatenan dan menguatkan cinta.

Dan tak semua mampu bisa membina “sekolah” di rumah. Sehingga memang perlu kerja sama antara sekolah dan rumah untuk mensupport pendidikan anak-anak kita.

Kalau teman-teman dihadapkan hanya pilihan sekolah negeri, kita masih bisa “memilih yang terbaik dari yang baik-baik” dengan pijakan di atas.

Sebuah Penutup

Sekolah alam Natur islam
Masyaa Allah, Sakha di sekolah barunya, sekolah berbasis sentra

 

Sekolah Dasar Sakha

Qodarulloh, kami ditakdirkan akhirnya memiliki hunian di pinggiran Ibu Kota. Dari Sakha berukur 4 tahun, saya mengungkapkan kecemasan pada suami saya akan pendidikan Sakha. Rasanya belum sanggup untuk homeschooling tapi tak sepenuhnya percaya pada pendidikan zaman sekarang.

“Berdoa, berdoa, berdoa”. Itulah yang sering ia sampaikan padaku. Sebelum tidur dan setiap ada kesempatan saya selalu menjaharkan pada Sakha bahwa ia akan mendapatkan guru, sekolah dan lingkungan yang baik dan menyenangkan hati.

Tiada sekolah yang sempurna. Sebagus dan semahal apapun sekolah kalian pastilah ada kekurangannya. Setidaknya dasar kami memilih akhirnya menjatuhkan pilihan ke solah sakha sekarang karena sesuai doa kami, bisa mendapatkan sekolah ramah anak yang tidK mengutamakan kognitif semata. Sekolah berbasis sentra ini menyesuaikan usia kronologi dan psikologis anak, serta membantu memberikan stimulus dan akhlak yang insyaAllah baik sesuai Quran dan Sunah.

Teman…

Wajar jika kita cemas atau khawatir pada Pendidikan anak kita dan mencari sekolah terbaik, terbagus untuk anak kita. Yang perlu kita ingat Bersama, bahwa sekolah adalah partner kita dalam merawat dan mestimulasi fitrah belajar anak. Bukan menyerahkan begitu saja pada sekolah.

Apapun pilihan model Pendidikan anak kita, entah itu sekolah, homeschooling, atau  unschooling.

Dalam hal ini, sekolah negeri, sekolah swasta, sekolah islam, sekolah alam dan sebagainya. Namun, ingat bersama bahwa kita sebagai orang tua bertanggung jawab dalam Pendidikan dan merancang kurikulum Pendidikan. Kita sebagai orang tua yang dimintai pertanggungjawaban tentang anak, bukan orang lain.

Jadi kalau dari saya pribadi, memang bukan hanya soal harga, fasilitas dan jarak saja unutk memilih sekolah dasar pada anak. Meskipun variabel itu besar pengaruhnya pada keputusan kita, semoga beberapa poin di atas seperti akhlak guru dan teman-teman di sekolah itu menjadi faktor penting ketika memilih sekolah dasar anak kita. Jangan lupa untuk selalu berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah jaga anak kita, berikan lingkungan pendidikan, guru dan teman yang baik. Aamiin.

“Ingat 3 amanah orang tua yaitu merawat fitrah, memuliakan adab dan memberikan ilmu tentang hakikat kunci kehidupan bukan sekadar ilmu sains dan ketrampilan hidup.”—fitrah based world

Semoga bermanfaat, salam.

shafira adlina

8 thoughts on “Bagaimana Memilih Sekolah Dasar Anak?”

  1. masya Allah … terima kasih ya mbak pertimbangannya banyak sebagai persiapan anak masuk SD. Ga cuma biaya dan jarak, perlu visit ke sekolah untuk cek bagaimana keadaan di sana. Sayangnya kalau negeri yaa kudu pasrah aja gitu, ga ada trial kan.
    dimanapun sekolahnya, home education penting.

    Reply
  2. Memilih dan memutuskan sekolah memang jadi dilema buat orang tua jaman now
    Harus benar-benar survey dan kenal banget sama sekolahnya sebelum memutuskan
    Apalagi SD. Bakalan 6 tahun lho menitipkan anak di sana
    Semangat para mama papa

    Reply
  3. Sekarang banyak pilihan sekolah, sehingga orang tua punya banyak pertimbangan. Zaman anak-anak saya siap masuk SD, cuma ada 2 pilihan, negeri atau swasta. Akhirnya kami memilih negeri yang jaraknya 500m dari rumah. Ya memang dari segi biaya terjangkaunya yg negeri sih dan saya engga perlu antar jemput, karena kerja juga…Sebenarnya bukan SD negeri favorit (waktu itu), tapi ternyata sekarang favorit juga…

    Reply
  4. Sepakat, pertama Yang paling penting adalah melihat guru-gurunya seperti apa dan berikutnya menurut saya kurikulum yang dikembangkan di sekolah tersebut karena kurikulum itu berkaitan dengan visi misi sekolah, hingga ke budaya sekolah yg dikembangkan

    Reply
  5. bener banget mba kalao sekolah bagus itu gak selalu mahal. sekolah dasar negeri atau swasta yang notabene terlihat biasa aja malah punya kualitas guru dan akhlak yang bagus. ini bisa jadi acuan dalam memilih sekolah juga.

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page