Lebih dari satu bulan sejak 7 Oktober 2023, serangan Israel di Gaza, Palestina semakin menjadi-jadi. Informasi dari Al Jazeera dan CNBC Indonesia, sekitar 11 ribu warga Palestina terbunuh akibat serangan Israel. Perang ini tidak hanya menakutkan bagi warga Palestina, tetapi juga kita yang melihatnya. Semua orang kini banyak membicarakannya, tidak hanya kita orang dewasa tapi anak-anak.
Dalam teori perkembangan Fitrah based Education, topik seperti perang, akhir zaman, dajjal memang tidak disarankan di awal 7 tahun hidup anak. Namun, kini akses informasi yang semakin meluas membuat anak-anak masih berpotensi untuk memperoleh kabar terkait perang di Palestina. Sama dengan halnya anak pertama saya yang mengetahui berita perang ini dari temannya di Sekolah. Lalu bagaimana sebaiknya kita sebagai orang tua menjelaskan perang yang terjadi Israel-Palestina kepada anak?
Tips Menjelaskan Perang yang terjadi di Palestina Kepada Anak
Ketika kita mencari cara atau bagaimana mengajarkan sesuatu pada anak kita, kunci utamanya adalah yang pertama:
#1. Sesuaikan dengan Usia Anak
Beda usia anak, beda juga tahap perkembangan otak mereka. Setiap tahapan usia memiliki perbedaan juga kemampuan untuk memahami sebuah informasi yang disampaikan.
Untuk anak-anak tentu cara penyampaian juga penting. Tidak menggurui, dengan mengobrol, mendongeng bahkan dengan buku cerita! Media pembelajaran semakin banyak tersedia.
Salah satunya saya berkesempatan mengajak anak saya bisa mendapatkan informasi dari pendongeng juga.
Alhamdulillah pertengahan bulan lalu lewat akun instagram @terangjakartakids dan @dimasadista yang membuka kelas gratis menceritakan tentang Palestina untuk anak-anak 6-14 tahun. Kerennya di sana anak-anak diubah mindset akan rasa cinta kita kepada Palestina. Jadi mengubah mindset anak tentang palestina itu hanyalah wilayah perang.
Anak di tahap usia di atas 7-11 tahun ini masuk ke fase logika. Gelombang otak anak dalam kondisi alpha, yakni relaks dan sugestif. Nah, kita perlu hati-hati dalam menanamkan keyakinan pada anak dengan informasi yang tepat.
#2. Pastikan Orang Tua sudah mengumpulkan Informasi
Sama sepertinya seorang guru, sebelum mengajarkan pada anak kita perlu mengumpulkan informasi utama, penunjang yang kredibel dan sesuai value yang kita ajarkan.
Sebagai seorang muslim, kami menanamkan kepada anak-anak kami bahwa apa yang kita lakukan di bumi ini agar Allah Ridho. Dengan mengikuti apa yang disampaikan di Al Quran, Salah satu caranya adalah dengan mengunjungi 3 masjid di dunia yakni Masjidil Haram, Masjidil Nabawi dan Masjidil Aqsa.
Masjidil Aqsa berada di Palestina. Masjidil Aqsa juga sebagai tempat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam singgah dalam perjalanan isro miraj (AL Isra Ayat 1). Masjidil Aqsa juga sebagai kiblat pertama umat muslim selama 17 bulan (Al Baqoroh ayat 144).
Palestina juga tanah yang mulia karena para Nabi banyak meninggalkan jejak di sana. Menunjukkan bukti keesaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Saya merekomendasikan Youtube Ustad Felix dan Ustad Adi Hidayat bagi teman-teman yang ingin mengetahui informasi yang valid tentang Palestina.
Alternatif Cara Menyampaikan Palestina Pada Anak
Berikut cara menyampaikan apa yang terjadi di Palestina pada anak. Setelah kita tahu bahwa memerlukan perhatian pada tahap perkembangan usia dan informasi yang kita kumpulkan. topik perang sesuai tahapan usia anak:
#Ungkapkan Emosi yang Kita Rasakan pada Anak Di Bawah Usia 5 tahun
Tahap perkembangan otak anak antara 2-7 tahun adalah tahap bahasa. Anak-anak di kelompok ini belum bisa membedakan antara imajinasi dan kenyataan. Lihat deh betapa serius mereka bermai peran, sangat menjiwai seolah menjadi peran tersebut.
Meskipun perkembangan kognitif anak memang belum siap untuk menerima informasi tentang konsep perang tapi tahap ini merupakan emas dalam menanamkan keyakinan dan nilai-nilai kehidupan. Anak-anak juga dapat memahami perasaan orang tuanya dari reaksi emosi yang ditampilkan saat menonton berita.
Kita dapat mengungkapkan secara jujur pada anak tentang apa yang dirasakan orang tua yang terjadi di Palestina, misalnya “Mamah sedih lihat banyak yang terluka di Palestina. Rumah, sekolah dan kotanya di bom. Kita doakan mereka yuk supaya dimudahkan Allah.”
Dalam merawat fitrah mereka juga, hindari anak usia dini melihat kejadian perang ini. Kita bisa memperkenalkan keindahan Masjidil Aqsa, cerita isra miraj dan Nabi-nabi yang diutus di sana.
#Gunakan Analogi Sederhana Saat Mengobrol dengan Anak-Anak
“Mah kenapa terjadi perang Palestina?”
Anak di tahapan usia ini sudah mulai mengerti konsep perang. Kita bisa mulai dari cerita perang-perang zaman Nabi. bahwa Perang itu cara terakhir ketika harus membela agama. Banyak hikmah yang bisa kita ceritakan pada anak dari perang-perang yang terjadi.
“Kakak bayangin, ketika kakak sekeluarga di rumah ini sudah tinggal dari generasi-generasi sebelumnya. Tiba-tiba ada orang datang yang tidak punya rumah, mau tinggal di rumah kakak. Kakak sekeluarga malah disekap, makan dibatasi, ke kamar mandi dan solat harus izin. Dia malah menikmati isi kulkas, rasanya bagaimana?”
“Karena mereka berlaku kejam, kadang mencubit, bicara kasar dan memukul kakak sekeluarga. Akhirnya kayak melawan untuk membalas mereka, mereka terluka. Tetapi, tetangga-tetangga kakak malah membela orang itu katanya karena kamu sudah membuat dia terluka dan kakak harus pergi dari rumah kakak. Kira-kira apa pendapat kakak?”
Rasanya memang takut dan sedih ya lihat di televisi banyak bom yang meledak. Kalau kakak bagaimana perasaannya saat berita itu?”
Ajak juga anak untk melihat peta dunia. Tunjukkan di mana Palestina dan di mana kita tinggal. Jelaskan dan pastikan bahwa lokasi perang sangat jauh dari lokasi anak kita saat ini, tapi ingat kalau kita saudara karena sesama muslim yang bagai satu badan. Jadi wajib minimal selalu mendoakan dalam kesempatan, jika ada kesempatan memberikan donasi jangan lupa berikan itu pada lembaga yang tepat.
Mari kita doakan agar pertolongan Allah segera datang untuk membebaskan bumi Syam tanah suci kita umat islam. Kurang lebihnya mohon maaf. From the river to the sea Palestine will be free, Aamiin Allahumma Aamiin.