Halo, teman-teman! Saat kita membicarakan tentang pengasuhan anak, gambaran manis tentang cinta dan kebahagiaan sering kali yang muncul dalam benak kita. Namun, dalam perjalanan ini, tak bisa dipungkiri bahwa terkadang luka pengasuhan juga bisa menyelinap masuk. Dalam artikel ini, mari kita menggali lebih dalam luka pengasuhan terinspirasi dari Buku Membasuh Luka Pengasuhan karangan Diah Mahmudah dan Dandi Birdy.
Luka Pengasuhan: Pengantar tentang yang Tersembunyi di Balik Senyum Anak
Dalam hidup anak, luka batin mungkin tak terlihat seperti luka fisik. Tetapi efeknya bisa jauh lebih dalam dan mungkin bahkan bertahan sepanjang hidup mereka. Beberapa ahli psikologi menekankan bahwa luka pengasuhan adalah hasil dari tindakan atau perkataan selama pengasuhan baik yang disengaja maupun tidak. Hal ini bisa datang dari orang tua, anggota keluarga, atau caregiver anak. Atau jangan-jangan dari kita masih ada yang mengenggam luka pengasuhan?
Inner Child dan Luka Pengasuhan
Inner child adalah bagian dari diri kita yang menyimpan pengalaman masa lalu yang belum terselesaikan. Menurut John Bradshaw, seorang tokoh yang memiliki pandangan unik tentang luka pengasuhan, luka ini bisa terjadi baik akibat pengalaman positif maupun negatif yang kita alami saat kecil. Inner child mencerminkan sisi batin kita yang perlu dihargai dan dipulihkan.
Menggali Lebih Dalam: Perjalanan Melihat Luka Pengasuhan
Luka pengasuhan seperti “ransel atau tas emosi” yang bisa kita bawa dari masa kecil, terutama ketika pengasuhan dengan ketidaksempurnaan.
“Kita mungkin merasa seperti lembaran kosong saat merintis keluarga, tapi sesungguhnya kita membawa beban luka-luka yang perlu ditangani.”
Kang Dandy pernah bicara bahwa saat awal pernikahan ia bersama istri Bagai berobat jalan juga.
Dalam perjalanan pengasuhan anak, tidak hanya luka fisik yang perlu diperhatikan, tetapi juga luka batin yang mungkin terjadi dalam dunia emosional mereka. Luka batin dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan sebagai orang tua, penting bagi kita untuk memahami penyebab, serta cara yang tepat untuk membantu mengobati dan merawat luka batin anak. Artikel ini akan membahas langkah-langkah pengasuhan yang penuh perhatian dalam mengatasi luka batin pada anak.
Dampak Luka Pengasuhan: Personal, Pra-Pernikahan, Pernikahan, dan Pengasuhan
Dandiah Diah Mahmudah dan Dandy Birdy sepakat bahwa luka pengasuhan memiliki dampak yang cukup luas. Pertama, pada level personal, luka pengasuhan bisa memengaruhi self worth kita. Perasaan bahwa kita berharga, pantas dicintai, dan dihormati bisa terganggu akibat luka ini. Kedua, dalam konteks pra-pernikahan, luka pengasuhan bisa membentuk imaji buruk tentang pernikahan dan pasangan hidup, bahkan hingga mengganggu orientasi seksualitas.
Stabilitas Emosi dan Parenting: Dampak pada Kehidupan Keluarga
Efek luka pengasuhan juga dapat mencapai kehidupan pernikahan dan parenting. Stabilitas emosi kita bisa terganggu, mengarah pada konflik dengan pasangan. Dalam hal parenting, luka pengasuhan bisa mengakibatkan pola pengasuhan yang tidak sehat, seperti helicopter parenting atau bahkan menjadi orang tua yang terlalu perfeksionis.
Macam-Macam Luka Pengasuhan
#1. Perasaan Diabaikan atau Tidak Diperhatikan
Anak-anak sangat sensitif terhadap perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Jika mereka merasa diabaikan atau tidak diperhatikan, mereka dapat mengalami luka batin yang dalam. Mungkin kita mengira, hanya anak yang diasuh oleh working mom akan mengalami jenis luka ini. Ternyata tidak.
Dalam perjalanan saya membasuh luka pengasuhan. Saya menemukan beberapa teman yang ternyata dahulu ibunya seorang stay at home mom, alias full Ibu Rumah Tangga. Namun, sang anak juga mengalami jenis luka batin atau luka pengasuhan ini. Merasa diabaikan…
“Anak tidak tahu alasan mengapa dirinya mengalami penolakan. Hanya ia merasakan berbagai pilu hati tanpa sanggup melawan. Rasa sakit yang akhirnya membekas dalam menjadi luka pengasuhan.”
#2. Sibling Rivalry
Kelahiran adik, perubahan pekerjaan orang tua, atau peristiwa besar lainnya dapat menggeser perhatian dari anak. Ini bisa membuat anak merasa cemburu atau terlupakan.
Sibling rivalry bukan hanya berdampak pada sang adik yang selalu dibandingkan dengan sang kakak yang serba sempurna. Luka pengasuhan ini juga memberi efek perfeksionis kepada sang kakak, karena biasa menjadi panutan. Sibling rivalry juga dapat tumbuh bukan karena persaudaran kandung, biasa dibandingkan dengan saudara atau mereka yang lebih lebih dari sang anak juga memicu luka ini.
“Bukannya memotivasi, anak malah sakit hati dan demotivasi. Bukannya menyemangati malah melukai harga diri.”
#3. Bullying Berawal dari Rumah
Siapa yang tidak akrab dengan istilah ini. Tidak hanya ramai di berita-berita, bullying jadi topik hangat di dunia perfilman yang katanya terinspirasi dari dunia nyata.
Anak-anak seringkali menghadapi situasi di sekolah atau lingkungan sekitar yang melibatkan pelecehan atau ejekan dari teman sebaya. Ini bisa menyebabkan luka emosional yang serius. Tetapi tahukah kawan, ternyata bullying berasal dari rumah.
Tak sadar, orang tua yang mulai melabel anak dengan sebutan si lamban, si gendut, si hitam, pendek, nakal dan sebagainya.
Bully berupa hinaan yang merendahkan, pengancamanan, penindasam, hingga memberikan stigma negatif. Kadang sering di sekitar kita dinilai bercanda, tapi tidak bagi yang diberikan label ini. Ia selalu merasa tidak aman (insecure) merasa sangat minder karena merasa tidak sempurna dan cemerlang yang patut disayang oleh ayah bundanya. Apalagi ketika bully tidak hanya verbal dan emosional tetapi disertai kekerasan fisik, jeweran bahkan pukulan.
Psikolog Diah Mahmudah dan Dandy Birdy mengajak kita merenungkan dampak luka pengasuhan dalam kehidupan kita saat ini. Pertanyaannya sederhana: Dampak mana yang paling mengganggu dan merusak?
Senada dengan mereka Silmy Risman anak dari Psikolog terkenal Elly Risman pun concern konten-kontennya di media sosial mengenai memutus rantai tentang pengasuhan yang salah dan mengobati luka akibat pengasuhan agar tidak teruskan ke anak cucu kita. bahkan beliau membuat kelas cyclebreaker-nya untuk para wanita yang ingin memutus rantai pengasuhan yang salah dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.\
baca juga: Berbagi Insight tentang Membasuh Luka Pengasuhan
Membasuh Luka Pengasuhan sebagai Pemulihan Diri dan Bertumbuh
Membasuh luka pengasuhan adalah langkah untuk memulihkan diri dan tumbuh sebagai individu. Ini adalah proses yang tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Kita perlu menyadari terlebih dahulu bahwa kita memang memiliki luka pengasuhan tersebut. Setelah menyadari, hal yang paling penting adalah menerima luka pengasuhan tersebut.
Lalu kita mulai menyelam dan siap mengorek luka dari masa lalu yang belum terselesaikan dan membersihkan hati dari ragam penyakit hati. MLP bukanlah upaya mengubah takdir atau menyalahkan orang tua kita yang telah lalu, tetapi mengubah respon kita terhadap luka yang terjadi di masa lalu. Pada akhir kita ingin menjadi pribadi yang lebih sehat lahir dan batin. Sepengalaman saya, tidak cukup untuk membasuh dengan hanya ilmu psikologi. kita perlu menyeimbangkan juga dengan niat yang lillahita’ala dan perbanyak menyucikan diri serta mendekatkan diri pada Allah. Tidak berat salah satu, jalur langit dan bumi pun ditempuh demi menempuh jiwa yang sehat.
baca juga: Apakah Depresi Karena Kurang Iman?
Membasuh Luka Pengasuhan: Awal dari Perjalanan Mental yang Lebih Sehat
Dalam perjalanan hidup, luka pengasuhan bisa jadi menyertai kita tanpa kita sadari. Jika teman-teman ingin mengecek kesehatan mental diri bisa dideteksi dengan Assessment diri Inner Child di buku Membasuh Luka Pengasuhan.
Melalui pemahaman, pemulihan, dan pertumbuhan, kita dapat membawa menuju keseimbangan dan kebahagiaan yang lebih utuh. Luka pengasuhan bukanlah akhir dari kisah kita, tetapi bagian penting dari perjalanan menuju pribadi yang lebih baik dan penuh kasih. Saran saya, tidak cukup dengan membaca buku saja. Bisa ikuti workshop atau hubungi professional jika membutuhkan.
Salam sayang, semoga bermanfaat.