Mewariskan Fauna Kebanggaan Indonesia

Photo of author

By Shafira Adlina

[vc_row content_placement=”middle” height=”small” color_scheme=”custom” us_bg_color=”#ffffff”][vc_column animate=”afc” animate_delay=”0.4″][us_single_image image=”2296″ size=”medium_large” align=”center” style=”shadow-1″ animate=”hfc” animate_delay=”0.4″][vc_column_text]Saat itu, anak sulung saya, Sakha yang belum genap berumur 3 tahun baru pertama kali datang ke Taman Margasatwa Ragunan. Matanya berbinar-binar melihat ragam fauna secara langsung. Meski berjarak beberapa meter, ia bisa melihat langsung panjangnya leher jerapah, besarnya belalai gajah dan lucunya orang utan yang mengelantung di batang pohon. Melihat keragaman fauna kebanggaan Indonesia menjadi memori yang terekam di alam bawah sadarnya hingga hari ini.[/vc_column_text][vc_column_text]Bukan sebuah rahasia bahwa Indonesia memiliki kekayaan ragam hayati. Sejak duduk di sekolah dasar kita sering dijejali bahwa Indonesia merupakan salah satu negara Mega Biodiversity.

Dengan kepemilikan kawasan hutan hujan terbesar ketiga di dunia adalah rumah bagi aneka ragam fauna dan flora. Keanekaragaman fauna Indonesia tak asing untuk kita. Mulai dari komodo, cendrawasih, orang utan, harimau, gajah yang menjadi kebanggaan kita semua.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”small” color_scheme=”custom” us_bg_color=”#efe7e3″][vc_column][vc_column_text]Meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia, namun ada lebih dari 300.000 spesies satwa liar yang hidup di Indonesia. Artinya ada 17% satwa liar dunia hidup di Indonesia. Data dari situs conventional biodervesity (https://www.cbd.int/) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki keragaman Fauna sebagai berikut :[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row content_placement=”middle” height=”small” color_scheme=”custom” us_bg_color=”#efe7e3″][vc_column animate=”fade” animate_delay=”0.4″ width=”1/5″][us_counter target=”515″ title=”jenis Mamalia”][us_single_image image=”2270″ size=”thumbnail” align=”center”][/vc_column][vc_column animate=”afc” animate_delay=”0.4″ width=”1/5″][us_counter target=”121″ title=”jenis Kupu-kupu swallowtail”][us_single_image image=”2282″ size=”thumbnail” align=”center”][/vc_column][vc_column animate=”hfc” animate_delay=”0.4″ width=”1/5″][us_counter target=”600″ title=”jenis Reptil”][us_single_image image=”2283″ size=”thumbnail” align=”center”][/vc_column][vc_column animate=”afc” animate_delay=”0.4″ width=”1/5″][us_counter target=”1519″ title=”jenis Burung”][us_single_image image=”2291″ size=”thumbnail” align=”center”][/vc_column][vc_column animate=”fade” animate_delay=”0.4″ width=”1/5″][us_counter target=”600″ title=”jenis Amphibi”][us_single_image image=”2290″ size=”thumbnail” align=”center”][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”small”][vc_column][us_single_image image=”2289″ size=”medium_large” align=”center” animate=”afc” animate_delay=”0.4″][vc_column_text]

Kita dan Fauna Indonesia yang Membanggakan

Saya menyakini bahwa keanekaragaman yang diberikan Tuhan di alam semesta ini tentu bukan tanpa tujuan. Senada dengan pendapat Balvarena et al. (2006) keanekaragaman hayati berfungsi sebagai bagian dari peran penting dalam menyediakan kebutuhan baik barang jasa, mengatur proses dan fungsi ekosistem, sehingga kelangsungan hidup dapat terjaga.

Dimanapun setiap organisme berada di muka bumi ini, pasti satu sama lain tidak dapat terpisahkan. Satu dengan organisme lainnya pada habitat yang sama akan berkaitan secara ekologi.

Contohnya kita sebagai manusia mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dari keanekaragaman hayati baik yang hidup secara natural maupun budidaya. Seperti masyarakat pemburu yang memanfaatkan ragam jenis fauna dan flora untuk makanan obat-obatan dan tempat berteduh.

Masyarakat pendesaan dan pesisir mengembangkan pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkan keragaman hayati. Baik di daerah perairan seperti sungai, danau dan laut untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup mulai dari makanan, pakaian, hingga obat-obatan.

Semua ini adalah gambaran bagaimana keragaman hayati yang membanggakan erat hubungannya dengan kita sebagai manusia tanpa memandang tingkatan teknologi, status sosial ekonomi maupun budaya. Dengan demikian, keragaman hayati merupakan tulang punggung kehidupan, baik dari segi ekologi, sosial, ekonomi maupun budaya.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”small”][vc_column width=”1/2″][us_single_image image=”2303″ align=”center” animate=”afb” animate_delay=”0.4″][vc_column_text]

sumber gambar https://www.forbes.com

[/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/2″][vc_column_text]

Keadaan Fauna Indonesia Hari Ini

Mirisnya negara kita menduduki peringkat kedua daftar negara dengan ancaman kepunahan spesies fauna dan flora terbesar di dunia. Data ini didapatkan dari Forbes, Mei 2019.

Menurut lembaga konservasi internasional IUCN (International Union for Conservation of Nature) di Indonesia satwa liar yang terancam punah antara lain sebanyak 184 mamalia, 119 burung, 32 amfibi, 32 reptilia, dan 140 ikan. Setidaknya ada 68 spesies yang termasuk kategori terancam punah dan 69 spesies terancam punah, dan 517 spesies rentan.

Apabila tidak ada tindakan untuk menyelamatkan mereka dari kepunahan, fauna-fauna ini pada akhirnya akan lenyap.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”auto”][vc_column animate=”afl” animate_delay=”0.4″ width=”1/2″][vc_column_text css=”.vc_custom_1628385491556{background-color: #e2e2e2 !important;background-position: center !important;background-repeat: no-repeat !important;background-size: cover !important;border-radius: 4px !important;}”]

Gajah yang kehilangan kebesaran rumahnya.

Di Indonesia terdapat dua spesies gajah yaitu Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Hutan Indonesia merupakan rumah bagi hewan memiliki tinggi badan sekitar 1,7 meter hingga 2,6 meter.

Mamalia besar ini adalah ‘spesies payung’ bagi habitatnya dan mewakili keragaman hayati di dalam ekosistem yang kompleks tempatnya hidup. Berdasarkan IUCN, kedua jenis spesies gajah ini masuk dalam status Kritis (Critically Endangered/CR).

Gajah merupakan salah satu hewan yang berdasarkan SK Direktur Jenderal KSDAE Nomor 180/IV-KKH/2015 termasuk satwa terancam punah yang populasinya diprioritaskan untuk ditingkatkan.

WWF-Indonesia memaparkan hasil kajiannya dalam kisaran 25 tahun, sekitar 70% habitat Gajah Sumatera telah lenyap. Populasi Gajah semakin hari semakin berkurang seiring dengan tingginya laju kehilangan rumahnya. Estimasi populasi Gajah di alam liar Sumatera diperkirakan 1724 ekor (2014), data yang dikeluarkan oleh Workshop Forum Gajah dan Kementerian Kehutanan di Bogor awal tahun 2014. Namun hari ini diperkirakan jumlah Gajah  telah menurun jauh dari angka tersebut karena kebesaran rumahnya yang hilang dan pembunuhan yang terus terjadi.[/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/2″][us_single_image image=”2275″ style=”outlined” animate=”afc” animate_delay=”0.2″][vc_column_text]

sumber gambar https://www.mongabay.co.id/

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”small”][vc_column animate=”afr” animate_delay=”0.4″ width=”1/2″][vc_column_text css=”.vc_custom_1628892750932{background-color: #e2e2e2 !important;background-position: center !important;background-repeat: no-repeat !important;background-size: cover !important;border-radius: 4px !important;}”]

Orang utan yang kehilangan hutan.

Orang utan merupakan fauna khas yang hanya tinggal di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera. Orang utan Kalimantan dengan nama latin Pongo pygmaeus sedangkan Pongo abelii dan Pongo tapanuliensis adalah nama latin untuk orang utan Kalimantan.  Ketiganya asuk dalam kategori Kritis (Critically Endangered/CR) berdasarkan daftar merah IUCN.

Hingga hari ini data populasi orangutan semakin hari semakin menurun, 20 tahun terakhir populasi orangutan Kalimantan mengalami penurunan sebesar 55%. Habitat orangutan di Sumatera menghilang dengan sangat cepat. Di Provinsi Sumatera Utara, diperkirakan tutupan hutan telah berkurang dari sekitar 3,1 juta hektar di tahun 1985 menjadi 1,6 juta hektar pada 2007 (WWF Indonesia). Luas ini sama hampir dengan setengah dari dataran Jawa Barat.

Hutan sebagai rumah utama orang utan yang kian sesak sebab konversi hutan, kebakaran hutan, illegal logging, perubahan iklim dan praktik perburuan menjadi penyebab utamanya.[/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/2″][us_single_image image=”2271″ align=”center” style=”outlined” animate=”afc” animate_delay=”0.4″][vc_column_text]

sumber gambar www.ran.org

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”auto”][vc_column animate=”afl” animate_delay=”0.4″ width=”1/2″][vc_column_text css=”.vc_custom_1628388231599{background-color: #e2e2e2 !important;background-position: center !important;background-repeat: no-repeat !important;background-size: cover !important;border-radius: 4px !important;}”]

Badak yang kehilangan culanya.

Indonesia memiliki dua jenis badak. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dengan satu cula. Menurut IUCN, kedua spesies berstatus kritis atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar. Mereka bertahan dari ancaman kepunahan akibat penyempitan habitat, penyakit menular, hingga perburuan ilegal. Cula badak banyak diburu karena dipercaya bisa mengobati beberapa penyakit, padahal tidak terbukti secara ilmiah asumsi tersebut.[/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/2″][us_single_image image=”2363″ style=”outlined” animate=”afc” animate_delay=”0.4″][vc_column_text]

sumber gambar https://www.mongabay.co.id/

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”auto”][vc_column animate=”afl” animate_delay=”0.4″ width=”1/2″][vc_column_text css=”.vc_custom_1628389639148{background-color: #e2e2e2 !important;background-position: center !important;background-repeat: no-repeat !important;background-size: cover !important;border-radius: 4px !important;}”]

Harimau yang kehilangan kerajaannya.

Harimau merupakan raja hutan yang mulai kehilangan kerajaannya. Salah satu sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Harimau Sumatera memiliki warna kulit cenderung lebih gelap, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua dan memiliki garis loreng yang lebih rapat. Fauna ini masuk dalam status Kritis (Critically Endangered). Total populasi harimau sumatera yang tercatat di situs WWF Indonesia kurang dari 400 ekor. Sebagian besar kawasan rumah harimau hilang dan terancam karena pembukaan hutan untuk lahan pertanian, perkebunan komersial dan pembangunan jalan.[/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/2″][us_single_image image=”2366″ style=”outlined” animate=”afc” animate_delay=”0.2″][vc_column_text]

sumber gambar https://www.mongabay.co.id/

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”medium”][vc_column animate=”afc” animate_delay=”0.4″][vc_column_text css=”.vc_custom_1628313123206{background-color: #e2e2e2 !important;background-position: center !important;background-repeat: no-repeat !important;background-size: cover !important;border-radius: 4px !important;}”]

Bagaimana jika fauna-fauna Indonesia punah?

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”small”][vc_column animate=”hfc” animate_delay=”0.4″ width=”1/2″][us_single_image image=”2356″ align=”center” style=”shadow-1″ animate=”afc” animate_delay=”0.4″][/vc_column][vc_column animate=”afc” animate_delay=”0.4″ width=”1/2″][vc_column_text]Memelihara keanekaragaman hayati atau biodiversitas bukan hanya sekadar agar anak cucu kita dapat melihatnya. Ketika kita peduli terhadap fauna dilindungi termasuk kegiatan konservasi fauna yang terancam punah berarti merawat daya dukung bumi untuk seluruh kehidupan yang ada.

Kenapa? bagi kita sendiri, sebagai manusia, semakin kaya keanekaragaman hayati semakin besar pula kesempatan pengembangan dan pembangunan. Seperti pengembangan di bidang ekonomi, penemuan baru di dunia kesehatan,  dan proses adaptasi alam untuk perubahan iklim.

Selain itu dengan punahnya fauna indonesia juga akan memberikan dampak buruk bagi ekosistem secara meluruh. Ada efek domino yang menanti dari kerusakan ekosistem secara menyeluruh. Tentu pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri juga.

Punahnya Harimau Jawa yang Tak Tergantikan

Pada tahun 1980 Harimau Jawa dinyatakan mengalami kepunahan dari bumi Indonesia. Menurut Profesor Gono Semiadi, Peneliti Mamalia dan Pengelolaan Satwa Liar Pusat Penelitian Biologi LIPI (lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada artikel mongabay.com, beliau menyebutkan kita harus melihat dengan jelas bahwa telah kehilangan harta karun yaitu keragaman hayati.

Selain itu dilihat dari secara ekosistem sebagai pemangsa utama atau top predator fungsi Harimau Jawa menghilang. Punahnya Harimau Jawa membuat keseimbangan ekosistem terganggu. Tentu kita rugi, tidak ternilai dari sisi ilmiah.

Tidak hanya terjadi pada ekosistem hutan, fauna Indonesia yang hampir punah juga terjadi di ekosistem perairan.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”small”][vc_column animate=”hfc” animate_delay=”0.4″][vc_column_text]

Ikan Hiu dan Terumbu Karang

Beberapa hari yang lalu saya keheranan begitu melihat ig story salah satu teman yang memberi anaknya makan anak ikan hiu goreng. Usut punya usut menu tersebut didapatkan membeli di restoran via ojek online. Betapa terkejutnya saya mengingat hiu ini adalah salah ikan yang terancam punah tapi konsumsinya di ibu kota masih mudah didapatkan.

IUCN mencatat dari 118 jenis hiu di Indonesia, seperempatnya diberi status terancam punah. Padahal ikan ini juga dikenal bereproduksi secara lambat. Hiu merupakan top predator atau predator paling atas pada ekosistem terumbu karang. Efek domino yang sebelumnya saya katakan jika salah satu fauna punah akan mempengaruhi ekosistem. Jika hiu punah, artinya populasi meso predator akan meningkat. Akibatnya populasi herbivor sebagai santapan para meso predator ini akan menurun.

Tentu saja produsen di ekosistem ini akan meningkat dratis. Produsennya terdapat tiga macam yakni mikro alga (fitoplankton), makro alga (rumput laut), dan terumbu karang.

Beberapa penelitian menyatakan ketika populasi hiu turun drastis akibat dipancingin oleh manusia, efek top-down yang terjadi.

Makro alga sebagai populasi produsen akan meningkat dan mendominasi menggatikan terumbu karang. Mereka akan kalah saing dan mati. Kemudian, ikan-ikan akan kehilangan rumah tinggal dan tempat mereka membesarkan ikan yang baru menetas.

Penurunan populasi ikan adalah efek jangka panjangnya. Nelayan Indonesia pun tidak bisa menangkap ikan-ikan sebagai sumber protein dan omega 3 lagi. Mirisnya, penangkapan hiu yang berpotensi membuat ekosistem laut ini kacau adalah nelayan sendiri.[/vc_column_text][us_single_image image=”2279″ align=”center” style=”outlined” animate=”afc” animate_delay=”0.2″][vc_column_text]

sumber gambar https://www.zenius.com ( RIbuan anak hiu di Pasar ikan Indramayu yang diambil siripnya untuk menjadi hidangan sup ikan hiu, makanan mewah simbol status sosial di masyarakat Asia Timur.)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”small”][vc_column animate=”wfc” animate_delay=”0.4″][vc_column_text]

Tidak Hanya Predator Utama, Fauna Indonesia juga termasuk Spesies Kunci

Tidak hanya top predator yang menjadi spesies kunci dalam ekosistem ketika terjadi kepunahan. Fauna-fauna Indonesia lainnya juga penting peranannya. Beberapa fungsi peranan fauna-fauna terhadap ekosistem, yaitu :

Fauna yang aktif mengubah lingkungannya.

Misalnya Gajah, fauna ini  aktif mengubah lingkungan tempatnya tinggal sehingga mempengaruhi organisme-organisme lainnya. Gajah dapat merobohkan pohon-pohon muda untuk mendapatkan makanannya.

Dalam ekostem hutan hujan tropis, perilaku gajah meroboh pohon ini ternyata berperan baik. Spesies-spesies pohon yang tidak dominan dapat hidup sebab perilaku ini secara langsung akan mengurangi jumlah spesies yang dominan.[/vc_column_text][us_single_image image=”2281″ align=”center” style=”outlined” meta=”1″ animate=”afc” animate_delay=”0.4″][vc_column_text]

Fauna penyebar biji tanaman.

Orang utan adalah salah satu contoh fauna penyebar biji tanaman. Dengan daya jelajah yang dapat mencapai 100 km selama hidupnya, hutan bisa tetap tumbuh dengan menyebar atau melemparkan biji-bijian dari sisa makanannya.

Data penelitian para peneliti di Gunung Palung menyatakan, setidaknya orangutan memakan 300 jenis tumbuhan yang ada di hutan. Mulai dari 60% berupa buah-buahan, 20% bunga, 10% daun muda dan kulit kayu serta 10% serangga. Apabila orang utan semakin menipis jumlah, sudah terbayang ya apa yang terjadi?[/vc_column_text][us_single_image image=”2288″ align=”center” style=”outlined” animate=”afc” animate_delay=”0.2″][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”medium” color_scheme=”custom” us_bg_color=”#f9f9f9″][vc_column animate=”hfc” animate_delay=”0.6″][vc_column_text]

Kontribusiku untuk Estafet Rasa Bangga Kepada Anak Cucu

[/vc_column_text][us_single_image image=”2297″ size=”medium” align=”center” style=”shadow-1″ animate=”afb” animate_delay=”0.4″][vc_column_text css=”.vc_custom_1628341824358{border-radius: 4px !important;}”]Dunia fauna adalah dunia yang mudah sekali untuk dikenalkan kepada anak-anak. Apalagi negara kita, Indonesia adalah salah satu negara terbesar dengan keanekaragaman fauna dan flora yang beraneka ragam.

Sama halnya anak saya yang berumur 5 tahun bertanya kenapa Badak Jawa bisa terancam punah? Kenapa fauna-fauna kebanggan Indonesia banyak yang terancam punah dan pertanyaan sejenisnya. Saya selalu berupaya ketika bercerita kepada anak dengan bahasa yang mereka pahami. Beberapa faktor yang membuat mereka terancam punah selain seleksi alam juga kontribusi manusia.

Apa yang bisa Kita lakukan untuk menjaga dan melindungi fauna Indonesia?

Peduli fauna adalah untuk manusia sendiri. Jika kita menyayangi yang ada di Bumi tentu Tuhan akan tambah menyayangi kita. Hal yang perlu kita lakukan setelah tahu dan sadar bahwa alam ini tidak sedang baik-baik saja adalah melakukan kontribusi semampunya untuk menjaga lingkungan hidup. Dengan menjaga lingkungan hidup, kita dapat berkontribusi memelihara keanekaragaman fauna yang ada di Indonesia.[/vc_column_text][vc_column_text css=”.vc_custom_1628286135652{background-color: #efe7e3 !important;border-radius: 4px !important;}”]

1. Memperbanyak Pengetahuan Alam

[/vc_column_text][vc_column_text css=”.vc_custom_1628281613352{border-radius: 4px !important;}”]

Mengenal alam dan isinya.

Kita dapat menjada dan melindungi fauna Indonesia dengan memperbanyak ilmu mengenai alam. Khususnya dunia fauna kita belajar untuk tidak saling mengganggu kehidupan dan keberadaan hewan di sekitar lingkungan maupun di alam bebas.

Mempelajari hewan.

Seperti pepatah yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. Untuk menyayangi hewan tentu kita harus banyak menambah ilmu pengetahuan agar makin mengenalnya. Kita dapat belajar mengenai habitat dan kebiasaan fauna. Dengan ini dapat membantu kita untuk menjaga keberlangsungan hidup fauna-fauna tersebut.

Untuk melanjutkan rasa bangga kepada anak cucu kita tentu kita harus perlahan mengajarkan mereka tentang keanekaragaman alam Indonesia ini. Salah satu cara efektif untuk mengenal alam dan fauna Indonesia adalah mengajak mereka ke kebun binatang. Namun, karena masih dalam suasana PPKM tentu pusat konservasi masih ditutup. Kita dapat memperkenalkan banyak hewan endemik Indonesia lewat buku-buku cerita dan video.[/vc_column_text][vc_column_text css=”.vc_custom_1628286152286{background-color: #efe7e3 !important;border-radius: 4px !important;}”]

2. Membangun Kesadaran

[/vc_column_text][vc_column_text css=”.vc_custom_1628281676372{border-radius: 4px !important;}”]

Mengedukasi di setiap kesempatan.

Terkadang hal yang sederhana seperti menyuarakan fakta dengan tujuan mengedukasi sekeliling kita sering terlupakan. Menjaga dan melindungi fauna Indonesia dapat kita lakukan juga dengan terus mengingatkan pentingnya peranan mereka di alam ini. Kalian bisa menulis di media sosial, blog maupun bersuara di podcast dan youtube.[/vc_column_text][vc_column_text css=”.vc_custom_1628286165221{background-color: #efe7e3 !important;border-radius: 4px !important;}”]

3. Mengubah Kebiasaan

[/vc_column_text][vc_column_text css=”.vc_custom_1628281701710{border-radius: 4px !important;}”]

Tidak mengonsumsi hewan yang terancam punah.

Ikan hiu goreng, sup sirip ikan hiu dan telur penyu adalah beberapa contoh menu yang masih kita jumpai di hari ini. Padahal jumlah ikan hiu dan penyu ini sudah terancam punah. Mari kita lindungi dan jaga fauna Indonesia dengan tidak mengonsumsinya.

Menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Sadari bahwa perilaku membuang sampah sembarangan masih sering kita jumpai di sekeliling kita. Padahal dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita juga melindungi ekosistem sekitar kita. Sebab sampah yang dibuang sembarang akan berdampak negatif bagi hewan-hewan yang ada di sekitar.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row height=”auto” color_scheme=”custom” us_bg_color=”#ffffff”][vc_column][us_single_image image=”2317″ align=”center” style=”shadow-1″ animate=”afr” animate_delay=”0.2″][/vc_column][vc_column][vc_column_text]

Penutup

Keanekaragaman fauna Indonesia yang membanggakan harus kita warisi kepada anak cucu kita. Bukan semata agar mereka dapat melihat wujud fauna-fauna tersebut di kemudian hari, namun memelihara keanekaragaman fauna berarti merawat daya dukung bumi untuk seluruh kehidupan yang ada bagi ekosistem di alam maupun untuk pengembangan dan pembangunan untuk manusia sendiri.

Memperbanyak pengetahuan, membangun kesadaran dan mengubah kebiasaan adalah langkah awal untuk menjaga dan memelihara keanekaragaman yang ada di Indonesia. Mari kita sama-sama melakukan apa yang bisa kita lakukan hari ini, mulai dari diri kita sendiri dan mulai dari yang terkecil.

Semoga ini menjadi langka nyata kita dalam estafet menjaga dan memelihara keanekaragaman fauna yang membanggakan.[/vc_column_text][vc_column_text css=”.vc_custom_1628892621924{background-color: rgba(255,71,71,0.39) !important;background-position: center !important;background-repeat: no-repeat !important;background-size: contain !important;*background-color: rgb(255,71,71) !important;}”]Referensi :

  • Balvanera P, Pfisterer AB, Buchmann N, He J, Nakashizuka T, Raffaelli D, & Schmid B. 2006. Quantifying the evidence for biodiversity effects on ecosystem functioning and services. Ecology Letters 9(10), 1146-1156.
  • CNN Indonesia “Komodo Terancam Punah pada 2050 (https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201027101206-199-563139/komodo-terancam-punah-pada-2050.)
  • Ranked: The Ten Countries With The Most Endangered Species In The World (https://www.forbes.com/sites/duncanmadden/2019/05/26/ranked-the-ten-countries-with-the-most-endangered-species-in-the-world/?sh=71becc5b461a)
  • Indonesia’s Rainforests: Biodiversity and Endangered Species (https://www.ran.org/indonesia_s_rainforests_biodiversity_and_endangered_species/)
  • SK Direktur Jenderal KSDAE Nomor 180/IV-KKH/2015
  • https://www.wwf.id/spesies/

Sumber gambar :

  • https://www.mongabay.co.id/
  • https://www.ran.co.id/
  • Free images from canva
  • Gambar kupu-kupu from https://arboretumciamis.com/
  • Infografis design Shafira Adlina

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

15 thoughts on “Mewariskan Fauna Kebanggaan Indonesia”

  1. wuih baca ini tuh kayak keinget sama penelitian terbaru ttg kondisi dunia bahwa iklim dunia makin gak karuan, emang harus dimulai dr diri sendiri sih, pakai apa yg ada sampai habis, sampah didaur ulang, yg organik dijadikan kompos, huuu baca ini makin gak tega mau makan ikan sm daging, tp mau jd vegetarian blm siap jg wkwk

    Reply
  2. Wowww pengetahuanku bertambah soal fauna khas Indonesia yang memprihatinkan jumlahnya. Orangutan, gajah, harimau adalah hewan endemik yang harus dijaga kelestariannya. Memang mulai dari pengetahuan sampai kesadaran diri untuk mempertahankan fauna khas itu demi generasi berikutnya.

    Reply
  3. Waaah masuk negara peringkat kedua dalam kepunahan hewan di Indonesia? Ya Allah.. banyak yang perlu dibenahi ya untuk menjaga kelestarian flora dan fauna kita ini. Semoga ada tindak lanjut pemerintah dan kesadaran masyarakat yang lebih terhadap lingkungan ya, Mba

    Reply
  4. Indonesia kaya dengan fauna ya mbak. Banyak sekali taman margasatwa yang bahkan menjadi icon Indonesia. Siap laksanakan apa yang ditulis mba Shafira yaitu melestarikan keberadaan fauna dan juga flora di Indonesia

    Reply
  5. Kita memang patut untuk bersyukur bahwa Indonesia dianugerahi kekayaan hayati yang melimpah ruah termasuk fauna. Begitu banyak ragamnya dan sebagian nya keberadaan nya terancam punah.
    Jujur suka sedih banget kalau baca atau berita fauna yg mati karena ‘ ke egoisan’ segelintir oknum yg tega membunuh/mencuri gading,cula, kulit dll nya.
    Perlu adanya rasa empati dan kesadaran kpd masyarakat sejak dini. Utk menjaga kelestarian setiap habitat kehidupan

    Reply
  6. saat baca kaya gini tih greefet bgt,
    Edukasi masyarakat itu dari dulu sudah digallakkan,
    tapi memang tidak dibarengi dengan hukum pemerintahan yang tegas dalam menindak para oknum tidak bertanggung jawab,
    mungkin fikirnya ketika menangkap ribuan paus, dia tidak merugikan banyak orang dan memang menjadi mata pencahariannya.

    sedikit juga yang sadar bahwa apa yg dia lakukan bisa merusak lingkungan, tapi akal manusia memang terkadang cuma jadi pajangan.

    berharap, bumi ini masih bisa terselamatkan untuk anak cucu nanti

    Reply
  7. Tiba tiba sedih banget baca soal realita fauna di Indonesia. Miris yaa huhuhu. Padahal tentu kita pengen anak cucu untuk mengetahui dan mengenalnya. Anw tipsnya bagus mbaak. Makasih ya 🙂

    Reply
  8. Yang pernah kubaca sih, ada peraturan dari Pemerintah tentang menangkap ikan hiu ini. Diperbolehkan dengan berbagai syarat dan ketentuan. Salah satunya, ikan hiu udah dewasa dan mencapai panjang tertentu (udah berapa meter gitu). Yang jelas bukan ikan hiu di bawah umur.

    Reply
  9. Kok aku mellow banget bacanya..
    Kelewat sedih yaa…melihat banyak satwa fauna Indonesia yang kehilangan tempat tinggalnya, habitat asli mereka.
    Ayo…kita jaga selalu tempat tinggal mereka, agar hidup para fauna ini bisa abadi.

    Reply
  10. Aku shock pas tahu Indonesia peringkat kedua untuk tingkat kepunahan hewan. Sedih banget. Ini kalau tidak segera ditangani bisa bisa fauna endemik Indonesia benar2 punah. Masyarakat kita harus mulai ubah mindset dan berubah. Pemerintah pun juga harus konsisten untuk urusan pelestarian fauna Indonesia

    Reply
  11. Aku shock pas tahu Indonesia peringkat kedua untuk tingkat kepunahan hewan. Sedih banget. Ini kalau tidak segera ditangani bisa bisa fauna endemik Indonesia benar2 punah. Masyarakat kita harus mulai ubah mindset dan berubah. Pemerintah pun juga harus konsisten untuk urusan pelestarian fauna Indonesia.

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page