Cara Mengelola Emosi Anak 2 Tahun dengan Tenang

Photo of author

By Shafira Adlina

Hari ini kita banyak menemui orang dewasa yang pintar secara akademik, tapi tidak bijak dalam mengelola emosi. Seperti mudah marah secara destruktif di tempat umum, penuh kalimat ancaman ke anak hingga tidak mengerti apa emosi yang sedang dihadapi diri sendiri.

Pada usia 2 tahun, anak-anak mulai menunjukkan berbagai emosi seperti kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, dan frustasi. Secara fitrah di usia tersebut anak 2 tahun waktunya ngegas, sayangnya kebanyakan dari kita sebagai orang dewasa membenturkan sifat anak dengan adab.

Sehingga jarang anak-anak tumbuh dengan kemampuan pengelolaan emosi dengan baik. Kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi ini akan membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan sosial dan membangun hubungan yang sehat.

Maka dari itu, anak perlu belajar mengelola emosi sejak dini. Dalam artikel ini kita fokus membahas pengalaman mengajarkan mengelola emosi anak 2 tahun.

emosi anak 2 tahun
ilustrasi anak laki-laki (pexels.com)

Pentingnya Mengelola Emosi untuk Anak Usia 2 Tahun

Dalam masa tumbuh kembang anak akan mengalami berbagai situasi dan pengalaman baru. Anak bukanlah orang dewasa mini, mereka minim pengetahuan dan pengalaman.

Kitalah sebagai orang tua dan orang dewasa yang mengajarkan anak 2 tahun untuk mengelola emosi yang mereka hadapi.

Prinsipnya dalam Islam, mengelola emosi merupakan bagian penting dari akhlak mulia.

Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang paling kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya saat marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Selain itu, setidaknya ada 3 hal penting menjadi alasan mengapa mengelola emosi untuk anak usia 2 tahun.

#1. Membantu anak memahami dan mengidentifikasi emosinya

Anak-anak perlu belajar untuk mengenali dan memahami berbagai jenis emosi yang mereka rasakan. Hal ini akan membantu mereka untuk mengekspresikan emosinya dengan cara yang tepat. Kebanyakan dari kita, hidup dalam budaya menekan emosi negatif. Sehingga begitu beranjak dewasa mengalami emosi negatif kebingungan dan tidak memahami apa yang dirasakan oleh dirinya sendiri.

#2. Meningkatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi dan menyelesaikan masalah

Dengan memahami emosinya, anak-anak akan lebih mudah untuk berkomunikasi dan menyelesaikan masalah dengan orang lain.

Pengalaman ini akan berpengaruh terhadap emosi yang mereka miliki. Anak tidak akan tahu bagaimana merespon sebuah hal dengan benar jika tidak diajarkan.

Respon emosi anak terhadap sesuatu sampai tantrum, kesedihan atau kemarahan yang berlebihan, stres atau bahkan terjadi tindak kekerasan merupakan hal yang pastinya orang tua tidak inginkan. Kondisi tersebut mungkin saja akan sering anak lakukan jika dirinya tidak diajarkan mengelola emosi.

#3. Pondasi kesehatan mental yang baik untuk anak 

Jika dilihat dalam sudut pandang psikologi, ketidakmampuan untuk mengelola emosi dapat berdampak negatif pada kesehatan mental anak, seperti kecemasan, depresi, dan perilaku agresif. 

Jangan meremehkan perkembangan emosi anak kecil hanya mereka masih kecil. Ekspresi emosi anak yang diremehkan bahkan dianggap tidak penting dapat menyebabkan efek psikologis yang berbahaya pada perkembangan anak. Jika hal ini terjadi dan tidak diatasi, maka dapat membekas dan berakibat ke tindakan lainnya pada masa mendatang.

Sebagai orang tua, justru saya belajar dari pengalaman masa kecil yang kurang memberikan literasi emosi. Oleh sebab itu, karena sudah mengalaminya langsung, saya berkeinginan mengajak banyak orang tua atau orang dewasa untuk memutus siklus yang salah ini. Literasi emosi, pengenalan mengelola emosi pada anak ini penting untuk pondasi mental anak-anak kita nanti.

Baca juga: Kenapa Anakku Emosian Terus? Cara Praktis Mengajarkan Regulasi Emosi!

mengelola emosi anak 2 tahun
ilustrasi anak menangis (Photo by Jep Gambardella: https://www.pexels.com/)

Cara Mengajarkan Anak Mengelola Emosi

Setelah kita mengetahui pentingnya anak 2 tahun belajar mengelola emosi, lalu bagaimana kita sebagai orang tua mengajarkannya? Berikut ini beberapa pengalaman saya yang dapat dilakukan untuk mengajarkan anak mengelola emosi.

#1. Menjadi Teladan yang Baik

Perilaku kita sebagai orang tua adalah hal yang paling mudah ditiru oleh anak. Apalagi dalam teori perkembangan otak, otak anak usia 2 tahun dalam kondisi gelombang deltha. 

Gelombang otak ini sama ketika tidur dalam (slow wave sleep) sehingga apapun yang terjadi direkam di alam bawah sadar. Jika distimulus sepertinya tidak merespon tapi direkam dalam kondisi bawah sadar. Anak sebetulnya merekam apapun respon kita. Termasuk respon emosi.

Jika ingin anak dapat mengelola emosinya, maka kitapun harus memperlihatkan bahwa dirinya dapat mengelola emosi dengan baik.

Jangan mudah berteriak penuh amarah, jika kecewa atau marah. Belajar mengungkapkan perasaan dengan asertif, tenang dan tidak mudah marah. Saya juga memberitahu kepada anak-anak bahwa apa yang kita lakukan itu atas apa yang Allah mau, Allah akan tambah sayang dengan kita. Tidak perlu menakuti anak 2 tahun dengan neraka dan amarah ya, Mamah dan Ayah.

Sebelum ke hal teknisnya, ingatlah pondasi penting ini bahwa anak mencontoh kita sebagai teladan.

#2. Ajarkan anak tentang emosi

Bantu anak mengidentifikasi berbagai jenis emosi. Ajarkan anak cara mengekspresikan emosinya dengan kata-kata yang baik dan sopan. Bantu anak memahami bahwa semua emosi itu valid, namun perlu diungkapkan dengan cara yang tepat. Kita bisa gunakan kartu emosi, kini buku cerita juga banyak tentang pengenalan emosi. Kalau saya pribadi menggunakan buku terbitan rabbit hole dan prakarya pribadi dengan mencari gambar mimik ekspresi. Hal ini bisa kita lakukan untuk mengajarkan anak 2 tahun tentang emosi.

#3. Berikan ruang untuk anak mengekspresikan emosinya

Seperti yang saya singgung di atas. Kebanyakan dari kita, untuk cepat-cepat mendiamkan anak menangis, marah atau emosi lainnya.

“Eits, jangan marah!”

“Ayo berhenti nangisnya…”

Biarkan anak menangis, marah, atau frustrasi dengan cara yang aman. Jangan menghukum anak karena menunjukkan emosinya. Bantu anak untuk menenangkan diri dengan cara yang sehat, seperti berdoa atau wudhu. Anak 2 tahun dengan pelukan atau ucapan validasi emosinya, cukup menenangkan mereka. 

#4. Bermain Peran

Briefing and role playing atau BRP pada enlightening parenting yang diajarkan Ibu Okina Fitriani seorang pakar parenting dan psikolog adalah salah satu metode yang bisa digunakan. Anak yang minim pengetahuan akan memiliki sedikt banyak gambaran dengan briefing dan role playing atau bermain peran yang kita lakukan. Kita bisa menCiptakan skenario yang memungkinkan anak untuk berlatih mengekspresikan emosinya dengan cara yang tepat dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Penutup

Mengelola emosi adalah keterampilan penting yang perlu dipelajari anak sejak dini. Kita sebagai orang tua dapat membantu anak 2 tahun untuk belajar mengelola emosi dengan menjadi contoh yang baik. Jangan lupa untuk memberikan ruang anak mengekspresikan emosinya. Terus semangat berilmu dan berlatih, karena teori itu bisa menjadi mudah ketika kita menerapkan dan berlatih.

Semoga membantu.

Shafira | Blogger Parenting

Sumber:

  • Buku The Secret of Enlightening Parenting : mengasuh pribadi tangguh, menjelang generasi gemilang. Penulis, Okina Fitriani, dkk. Penerbit, PT Gramedia Pustaka Utama.
  • Jurnal Vol. 4 No. 4 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling Kemampuan dalam Mengendalikan Emosional pada Anak Usia Dini” https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i4.5561

28 thoughts on “Cara Mengelola Emosi Anak 2 Tahun dengan Tenang”

  1. Bener deh, dulu masih minim literasi tentang kelola emosi, jadi kita terbiasa untuk pendam emosi sehingga kita gak menyadari ada luka batin, dan kita kurang petunjuk gmn mengelola emosi untuk generasi selanjutnya

    Reply
  2. Bener deh, dulu masih minim literasi tentang kelola emosi, jadi kita terbiasa untuk pendam emosi sehingga kita gak menyadari ada luka batin, dan kita kurang petunjuk gmn mengelola emosi untuk generasi selanjutnya. Semangat trus orang tua

    Reply
  3. Bener deh, dulu masih minim literasi tentang kelola emosi, jadi kita terbiasa untuk memendam emosi sehingga kita gak menyadari ada luka batin, dan kita kurang petunjuk gmn mengelola emosi untuk generasi selanjutnya. Semangat trus orang tua

    Reply
  4. Bener deh, dulu masih minim literasi tentang kelola emosi, jadi kita terbiasa untuk memendam emosi sehingga kita gak menyadari ada luka batin, dan kita kurang petunjuk gmn mengelola emosi untuk generasi selanjutnya. Semangat trus para orang tua

    Reply
  5. dulu memang minim banget literasi tentang kelola emosi pada anak, sehingga ketika jadi orangtua hal ini jadi tantangan baru bagi para orangtua dan ketika belajar tentang emosi, nggak sadar kalau kita ternyata di masa lalu punya luka batin yang belum sembuh

    Reply
  6. Dulu saat anakku berusia 2 tahun dia selain bertumbuh dengan orang tuanya ada juga eyangnya dan tante di rumah. Pembentukan usia segini tuh memang jadi konsen kita agar anak tumbuh jadi anak yang baik dari segi emosi dan juga tutur kata.

    Reply
  7. Betul bgt, aku percaya kalau namanya emosi itu harus dialirkan, bukan ditahan2. Alih-alih melarang anak meluapkan emosi, lebih baik membuat parit emosi untuk anak. Beneran deh, nahan emosi itu ngaruh bgt buat kesehatan mental dan fisik bahkan hingga hari tua/lansia nanti.

    Reply
  8. Dalam mendampingi tumbuh kembang anak2, aku juga melihat betapa pentingnya mengajarkan dan mendidik anak2 utk kelola emosi mrk. Ini semacam basic life skill dan semua proses belajarnya berjalan bersama masa tumbuh kembang mereka dan ga selesai di satu fase tertentu

    Reply
  9. Anak 2 tahun masih susah komunikasi, belum terlalu mengenal macam-macam perasaan, tapi sudah mulai muncul kemauan. Di situ biasanya mulai ada masalah emosi karena mereka ingin mengomunikasikan kemauannya tapi bisa jadi tidak mudah dipahami, atau karena blm bisa mengutarakannya. Fase ini menjadi salah satu bagian penting pada momen pengasuhan batita.

    Reply
  10. Makanya kalo diluar ada istilah the terible two ya mak. Usia segitu lagi wow banget emang termasuk dr segi emosi. Kuncinya sbg orangrmtua jangan terpancing emosi juga dan harua jd contoh ug baik

    Reply
  11. Terima kasih banyak atas tulisannya Mbak. Urusan mengajarkan pengelolaan emosi pada anak tantangan terbesar saya adalah menghadapi nenek atau orang sekitar yang belum paham. Saat saya membiarkan anak menangis hingga puas justru neneknya yang protes dan saya yang dimarahi hehehe.

    Reply
  12. Urusan mengajari anak untuk menggelola emosi ini masalah yang rumit kalau ada enenk atau Kakek. Saat saya membiarkan anak menangis hingga puas. Justru neneknya yang protes dan saya yang dimarahi. Bikin berisik kata nenek hahah. Terima kasih banyak atas tulisannya ya Mbak. Saya bisa nambah ilmu baru ini.

    Reply
  13. Jadi berusaha mengingat-ingat, dulu bagaimana ya saat anak-anak masih dua tahun? Apakah kami cukup menjadi role model yg baik bagi anak2?

    Saat ini, anak-anak sudah lebih besar. Memang sudah tidak tantrum atau rewel seperti saat masih batita. Namun, mereka sudah bisa lebih menilai dan bilang langsung atau malah meniru yg buruk dan ketika ditegus bisa membalikkan keadaan. Alhasil, jadi orangtua memang tantangan dan pembelajaran sepanjang masa. Terima kasih sharingnya ma..

    Reply
  14. Iya kalau orang tuanya emosian, suka mengomel, anak cenderung meniru perilaku kita ya jadi harus lebih sabar dan hati-hati di depan anak..harus memberikan contoh yang baik

    Reply
  15. Aku belum punya anak sih, tapi punya ponakan laki usianya 3 tahun dan nggak bisa diem. Susah diprediksi mood-nya, kadang suka tiba-tiba tantrum dan lempar-lempar barang. Ini PR juga sih, secara dia tiap hari dititip di rumah karena ortunya kerja. Paling yang bisa dilakuin ngalihin perhatiannya, seringnya sih diajak jajan baru deh dia tenang + happy malah. Haha.

    Reply
  16. Aku belum punya anak sih, tapi punya ponakan laki usianya 3 tahun dan nggak bisa diem. Susah diprediksi mood-nya, kadang suka tiba-tiba tantrum dan lempar-lempar barang. Ini PR juga sih, secara dia tiap hari dititip di rumah karena ortunya kerja. Paling yang bisa dilakuin ngalihin perhatiannya, seringnya sih diajak jajan baru deh dia tenang + happy malah. Haha!

    Reply
  17. Aku belum punya anak sih, tapi punya ponakan laki usianya 3 tahun dan nggak bisa diem. Susah diprediksi mood-nya, kadang bocahnya suka tiba-tiba tantrum dan lempar-lempar barang. Ini PR juga sih, secara dia tiap hari dititip di rumah karena ortunya kerja. Paling yang bisa dilakuin ngalihin perhatiannya, seringnya sih diajak jajan baru deh dia tenang + happy malah. Haha.

    Reply
  18. Bersyukur banget zaman sekarang, zaman mudahnya mendapatkan informasi, ilmu yang seperti ini bisa kita cari. Jadi gak ada alasan untuk berhenti belajar. Beda dengan dulu ya, apa-apa ilmu parenting beneran ngelanjutin yang sebelumnya. Huhuhu.

    Keingat dulu pas si sulung, mana ada tuh ceritanya kami bilang, it’s ok untuk nangis. Udah..udah..jangan nangis. Huaaa.. maaf yakk si sulung 🙁

    Reply
  19. Usia 2 tahun tuh menurutku fase yang nanggung yaa..
    Mau diajakin ngobrol, kaya masih separuh paham separuh belum. Jadi memang bonding diperkuat antara Ibu dan anak serta bisa dibantu menggunakan kisah dalam buku.

    Reply
  20. Saya jadi ingat ketika anak masih kecil dulu, mom… Kira2 usia 3 tahunan mungkin. Saat diajak belanja, dia minta sesuatu yang saya tidak sanggup belikan saking mahalnya. Dia tantrum dengan menangis yang tak mau berhenti meski sudah dibujuk dan dipeluk. Akhirnya saya harus tahan perasaan mengajak dia pulang masih sambil menangis hebat gitu. Dilihatin oleh semua pengunjung toko. Ya malu sih rasanya, tapi mau bagaimana lagi. Anak saya sedang butuh mengalami rasanya kecewa seperti itu karena memang tidak ada solusinya. Saya yang harus sabar aja menemaninya saat menangis gitu sepanjang jalan pulang. Alhamdulillah, setelah itu dia tidak pernah tantrum lagi. Anak belajar untuk memahami, kapan ibunya bisa memberikan yang dia inginkan, kapan memang benar2 tidak bisa atau tidak boleh.

    Reply
  21. Anakku beda-beda soal emosi. Anak kedua yang sangat menguji emosi. Suka tantrum sejak usia 2 th sampai masuk TK. Nah, ini PR banget ternyata ada yang beda disistem otaknya sejak aku konsul dengan psikolog, alhamdulillah sekarang dia suka futsal jadi tersalurkan emosinya.

    Reply
  22. Mengatakan “jangan menangis” ini kok sepertinya udah jadi kebiasaan ya Ma. Dulu pada anak pertama saya sering bilang gitu. Baru kemudian setelah belajar parenting saya tahu bahwa anak butuh mengekspresikan emosinya termasuk melalui tangisan. Tips yang di share bermanfaat sekali nih Ma, makasih yaa

    Reply
  23. Ini anak kelimaku juga mau dua tahun, Mbak. Belajar lagi memahaminya dan mengajarkan dia memahami emosinya. Hehe. Saling belajar jadinya. Dan iya, saat ini dia sering nangis dan teriak-teriak. Huhu. Tapi makin gemes deh sama dia 😀
    Makasih sharing ilmunya, Mbak 🙂

    Reply
  24. Usia 2 tahun kalo tantrum emang kadang agak menguras stok kesabaran mamanya yaaaa. Bagus banget ini tips-tipsnyaaa.. makasi sharingnya ya maaaak

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page