Saya percaya bahwa Ridho Allah ada di Ridho orang tua. Bagaimana Allah lewat Nabinya menyuruh kita menyayangi dan menghormati kedua orang tua kita. Namun, saya juga percaya bahwa setiap manusia pasti memiliki salah dan khilaf.
Setiap Anak Pasti Pernah Terluka
“Setiap dari kita bisa jadi mendapatkan luka pengasuhan dengan berbeda tema dan berbeda kadar, hanya saja yang jelas luka itu akan berdampak sama : membuat jiwa ini tidak baik-baik saja.” (Diah Mahmudah dalam Buku Luka Pengasuhan).
Sebelumnya saya ingin menegaskan bahwa tidak pernah di sini untuk menyalah-nyalahkan orang tua. Kita harus membedakan antara pelaku dan perilaku. Memang kita harus menghormati orang tua, tapi perilaku orang tua yang kita hormati itu jika ada yang meninggalkan luka apalagi trauma tentu perlu di proses.
Luka masa lalu pada pengasuhan orang tua ini akan berdampak pastinya pada kepercayaan dan perilaku kita.
Tidak ada orang tua yang 100% sempurna. Apalagi,
Kita sama-sama tahu bahwa menjadi orang tua tidak pernah ada sekolahnya. Gelar sebagai orang tua otomatis tersemat begitu kita melahirkan bayi kecil mungil. Fatalnya, pekerjaan seumur hidup ini kebanyakan dilakukan trial errornya dan meniru dari pengasuhan terdahulu.
Kebiasaan Pengasuhan di Masa Lalu yang Tidak Sehat
“Dulu anak ibu itu kalau ada yang luka, pagi-paginya dijilatin sama ibunya. Itu obat.”
“Dulu, kalau salah memang harus dipukul biar anak tuh ngerti!”
Budaya, kepercayaan, kejayaan masa lalu pasti mempengaruhi pola pikir dan manusia saat ini.
Tentu tidak semua pola pengasuhan dan kebiasaan keluarga atau orang tua kita dahulu cocok dan sehat untuk kita teruskan pada anak-anak kita dan generasi selanjutnya.
Saat kita menyadari ada kebiasaan-kebiasaan negatif yang diturunkan dari orang tua dan tidak mau menurunkan pada anak kita, disitulah kita menjadi cyclebreaker. Pemutus mata siklus rantai kebiasaan atau pola asuh yang tidak sehat dan negatif.
Tabu Mengenal Kesehatan Mental
Dulu mengenal Kesehatan mental rasanya tabu sekali. Kesehatan mental dulu disandingkan dengan ODGJ ( orang dalam gangguan jiwa).
Perjalanan saya sendiri akhirnya bisa lebih dalam memperlajari ilmu ini, karena setelah menikah dan mempunyai anak merasa tidak baik-baik saja. Mengapa diri ini mudah marah? Mengapa tidak bisa mengatur emosi? Kenapa melakukan kesalahan yang sama seperti orang tua dulu?
Proses menyadari bahwa ada kebiasaan dan pola pengasuhan yang tidak sehat dan cocok dengan keadaan sekarang membuatku ingin mencari professional yang bisa membantu.
Mulai membaca buku tentang kesehatan mental, mengikuti workshopnya hingga sesi terapi one to one dengan terapis.
Sebab tidak cukup hanya menyadari dan berusaha memutuskan pola pengasuhan tersebut. Kita pun perlu menganti dengan pola yang lebih sehat dan sesuai ajaran islam tentunya.
Alasannya kenapa kita perlu menyadari Kesehatan mental?
Tentu dengan begini dapat menjadikan kehidupan yang baik dan sehat mental bagi kita dan anak turunan kita.
Layaknya badan yang perlu dirawat dan dijaga kondisi kesehatannya, mental dan batin kita juga perlu dirawat dan disembuhkan jika terluka terlebih lagi jika trauma.
Salah satu workshop luka pengasuhan dan anger management pernah saya lakukan. Ada juga sesi bersama dokter holistic dr.Puti.
baca juga :
Berbagi Insight tentang Membasuh Luka Pengasuhan
Apakah Depresi Karena Kurang Iman?
Biar Waktu yang Menyembuhkan
Menyimpan luka tidak akan pernah membuatnya menjadi sembuh. Malah bisa jadi nanahan atau membusuk jika luka tidak tertangani dengan benar. Bagaikan bom yang siap meledak jika emosi luka tidak diurai satu persatu dan hanya dimasukkan ke dalam ransel emosi.
Sekali lagi tidak ada satupun manusia yang tidak pernah terluka. Apakah itu luka pengasuhan, luka soal cinta dan harapan yang tidak tercapai. Soal keluarga, teman atau tetangga.. tidak ada manusia yang aman dari luka dan cobaan. Karena memang hidupkan pasti diuji.
Tapi seringkali luka ini kita simpan dan dipegang erat-erat seperti tak mau kita lepaskan.
Padahal tahu ga? Semakin kita ingat dan kita ulang-ulang dalam benak kita, semakin lekat si luka dan efeknya dalam hidup kita.
Semua yang terjadi, SUDAH TERJADI. Tak ada gunanya kita pegang atau simpan. Bukan sekadar melupakan, semua kejadian yang sudah terjadi itu perlu diproses dan disembukan.
Semoga ini jadi ajakan agar kita semua segera menyadari dan atasi luka-luka ini. Sebab tanpa kemauan dan usaha berdasarkan ilmu… luka tidak akan sembuh.
Allah hanya mengubah keadaan suatu kaum kalau mereka mau mengubah diri mereka sendiri .
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang mampu memutus pola pengasuhan/kebiasaan keluarga kita dahulu dan mengganti dengan kebiasaan dan pengasuhan yang positif dan sehat untuk anak kita tentunya. Mari membasuh, mengobati luka-luka itu.
Masya Allah, semoga bermanfaat. Kalau kalian ada cerita tentang kebiasaan atau pola pengasuhan yang tidak sehat? Silahkan share di kolom komentar ya!
Luka yang tidak berdarah, itulah luka pengasuhan. Mungkin kita menerima perlakuan yang kurang baik dari orang tua. Tentu, yang seperti itu bisa teringat seumur hidup.
Namun, perlu dipahami bahwa orang tua zaman dulu itu kurang sekali akses untuk pendidikan, apalagi seputar parenting. Mereka sudah berusaha untuk mendidik anak-anaknya dengan keterbatasan yang ada.
Dan, hasilnya didikan orang tua zaman dulu kadang dirasa lebih baik daripada sekarang, walaupun lebih banyak akses ilmu. Kenapa ya kira-kira?
yang perlu digarisbawahi bukan pakai perasaan, parameternya tentu dari kesehatan mental dan dari tuntutan agama kita. singkatnya dengan ilmu kita makin paham dan sadar akan pengasuhan yang lebih sehat lahir batin
Yang sedih ketika mengetahui tentang inner child dan kesehatan mental bikin kita jadi durhaka sama ortu. Susah sih memang. Kudu memaafkan karena mereka juga belum paham dan beda pola pengasuhan dengan kita
Aku termasuk yang memiliki innerchild yang gak menyenangkan mba. Semuanya terekam di memory. Klo diingat2 menyeramkan sekali ya pengasuhan ortu saya dulu. Sampai sekarang saya udah ada anak, klo saya kelepasan sedih bgt rasanya. Karna saya gak mau jd monster untuk anak saya. Gak mau ngulang kejadian dulu. Karna bener2 gak enak sama sekali. Mudah-mudahan luka ini bisa sembuh meskipun udah bertahun2 pun gak sembuh-sembuh ternyata ya mba. Doakan orang tua semoga jadi penggugur dosa bagi mereka, dan maafkan mereka. Itu aja sih yang bikin aku survive sampe sekarang
Makasih sharingnya. Luka itu kadang membekas. Makanya kita perlu hari2 agar anak gak pernah terluka
Semoga dengan adanya internet,diharapkan para orang tua mencari ilmu tentang parenting atau dunia anak. Agar gak minim ilmu dalam pengasuhan, jangan sampai pola pengasuhan orang tua dulu diterapkan ke anak.
Karena mental anak berbeda’, jika sudah terluka dikhawatirkan hal tersebut terulang’.
mungkin orang tua dulu tahunya ya sebatas itu, ga ada sekolahnya, hanya turun-temurun menjalankan apa yang sudah ada
zaman sekarang beda dong, kita bisa belajar, memperbaiki diri, dan stop pengasuhan negatif hanya sampai di kita
Aku suka sedih kalau ngomongin luka batin pengasuhan karena aku termasuk anak yang mengalaminya. Dari situ aku belajar untuk menyembuhkan diri sendiri dan membesarkan anak dengan minim trauma. Semoga bisa…
aku setelah punya anak juga belajar soal luka pengasuhan ini mbak. alhamdulillah sih ya sekarang sudah banyak edukasi dan sosialisasi terkait luka pengasuhan sehingga para ibu bisa belajar untuk bisa menjadi orang tua yang lebih baik
Agar pola pengasuhan yang salah, harus kita yang putus rantainya ya. Biar anak2 kita gak merasakannya. Semoga bisa mengobati rasa dan perasaan pola pengasuhan dulu dan bisa memberikan yang terbaik untuk anak
Masih perlu banyak belajar untuk saya mbak agar bisa menjadi orang tua yang lebih baik. Kadang merasa saya tidak baik-baik saja di depan anak-anak. Semoga anak-anak bisa tumbuh dengan baik
Mungkin zaman saya tidak ada inner child sehingga pola pengasuhan orang tua yang mungkin dianggap benar akan berulang dilakukan. Namun semakin kesini, memang pola pengasuhan orangtua jaman dulu perlu diluruskan kembali.
Luka pengasuhan ini menyakitkan ya mbak,
aku juga termasuk punya ortu yang baik tapi memiliki pola pengasuhan yang “Mending kalau anak nakal dipukulin aja” jadi… ya sakit hati lah ya, dan itu masih membekas
innerchildku jga agak nggak menyenangkan, semoga nanti kalau udah jadi orang tua kayak mbak shafira, aku bisa mengawasi tumbuh kembang anak lebih baik, nyontek sama mbak shafira dulu yang selalu positif vibes bareng anak
Kayaknya aku lupa dengan konsep bahwa semakin diingat makan akan semakin susah dilupa dan terbawa selalu dalam hidup
Tujuan pengasuhan sama, namun cara yang dilakukan berbeda.
Semoga dengan banyaknya wacana dan belajar dari guru parenting, maka bisa menutup luka-luka pengasuhan dan menjadi circlebraker bagi rantai negative parenting.
Tetap semangat, bismillah..
Semoga Allah mudahkan dalam melangkah dan membimbing ananda.
Sebagian dari Kita membicarakan Luka pengasuhan Masa lalu adalah tabu kak, sehingga terkadang menyimpannya rapat-rapat sok kuat, padahal nanti akan ada satu titik yang nggak lagi kuat ya
Bener mah, dan aku yang ikut mertua ini merasa tertekan dengan parenting mereka kadang tapi aku cuek merasa kalau aku sudah benar melakukan yang disarankan dokter masa kini