Jalan-Jalan Ke Kawasan Kota Tua Bersama Keluarga

Photo of author

By Shafira Adlina

jalan-jalan ke kota tuaRasanya, setiap anak kecil selalu tertarik dengan transportasi. Entah itu mobil, motor, bus hingga alat-alat besar. Sama seperti anak saya, Sakha yang berusia 6 tahun dan Hafsah yang berusia 2 tahun. Kali ini saya mau bercerita pengalaman kami mengajak anak-anak memakai transportasi umum di kota Jakarta.

Anak-Anak Generasi Pandemi

Berbeda dengan Sakha, Hafsah adalah potret anak usia dini yang hidup di era pandemi. Di masa kecilnya, Sakha selalu bepergian dengan berbagai moda transportasi umum. Tidak terhitung berapa bis, angkot, hingga pesawat yang pernah ia naiki. Semenjak menikah hingga Sakha berusia 3 tahun-an, kami tinggal di Bogor. Alasan terbesarnya karena saya masih studi strata 2 di Institut Pertanian Bogor. Mau tidak mau, kami pun mengontrak rumah dekat kampus. Maka, masa kecil Sakha banyak sekali menikmati bus APTB Bogor-Jakarta. Entah itu karena pekerjaan atau kami sengaja ke rumah mertua.

Jika ke rumah orang tua saya pun kami lebih memilih naik kereta api Pangrango. Selain karena harga terjangkau, anti macet dan anak pasti selalu naik kereta!

Sementara Hafsah adalah generasi pandemi, kami jarang keluar kota bersamanya. Sekalinya kami memberanikan diri keluar kota, itupun ke rumah orang tua di Sukabumi pasti menyewa mobil pribadi. Kenapa? Menurut kami lebih safety dan secara hitung-hitungan beda tipis.

Jadi bisa dibilang Hafsah belum pernah naik bus umum. Bahkan kereta ke Sukabumi pun baru sekali ia naiki dikala masih usia 2 bulan. Selebihnya, setiap pulang ke Sukabumi ataupun keluar kota pasti menggunakan mobil.

Setiap Kali Melihat TransJakarta

Setiap di mobil Ketika hendak keluar rumah Bersama Hafsah, ia selalu excited melihat penampakan bus. Suara khas anak-anak dan tangan imutnya selalu sibuk mencari perhatian kami setiap melihat bus yang hilir mudik di jalan. Oleh sebab itu, kami pun hendak mengajak naik TransJakarta.

Menuju Kawasan Ke Kota Tua

Hari selasa terakhir di bulan Desember, akhirnya kami memutuskan untuk pergi naik TransJakarta yang lokasinya tepat di gang rumah kami. Sekitar 500 meter kami berjalan dari rumah. Tidak lupa sehari sebelumnya saya sudah memberitahu anak-anak bahwa kita akan pergi menaiki bus dan kereta.

Pada awalnya memang bukan bermaksud jalan-jalan ke kota tua. Namun, suami memiliki ide kita naik TransJakarta ke kota tua kemudian pulang menggunakan commuter line (kereta api listrik). Kami pun setuju, apalagi si sulung. Rasanya sudah hampir 2 tahun kami tidak menaiki commuter line.

Sebelum berangkat tidak lupa saya memastikan semua sudah melaksanakan kewajiban membersihkan diri dan memakan sarapan. Di dalam tas juga saya mempersiapkan berbagai bekal. Mulai dari 2 botol air minum, beberapa camilan dan 2 buah permen sebagai reward nanti untuk di perjalanan.

Jangan lupa untuk memakai masker ya Ketika kalian hendak keluar rumah. Saya sendiri malah suka diingatkan oleh si kecil yang belum banyak kosa katanya. “maskel mamaah..keludung..” tangan mungilnya sambil menunjuk mulut dan kepalanya. Kurang lebih artinya mamah, tolong ambilin masker dan kerudung.

Bismillah, kami pun berjalan. Benar-benar berjalan ke halte busway transjakarta kurang lebih 500 meter. Di perjalanan, kami melewati warung kaki lima milik warga. Kami pun berhenti, kata suami air mineralnya kurang untuk persediaan. Jadi kami memutuskan untuk membelinya. Saya sih tak mengapa, asal tas yang berisi perbekalan tetap ia yang gendong. Haha.

Sakha dan Hafsah pun saya persilahkan pilih snack ringan pilihannya 1 macam. Sesudah membayar belanjaan, kami pun berjalan lagi. Hafsah masih kuat mengandeng tangan saya. Sementara sakha berjalan Bersama ayahnya. Namun,Ketika masuk jalan agak besar dan daerah gereja yang banyak anjing berkeliaran, Hafsah langsung digendong ayahnya.

E-money Oh E-money

Sebelum menaiki jembatan halte, Mas Suami sudah berujar di mana kartunya. Sebelum berangkat e-money satu lagi memang saya yang pegang untuk isi menggunakan NFC handphone saya. Ternyata saya tidak memasukan e-money tersebut, malah saya taruh di meja selepas diisi.

Kami memang menyediakan 2 e-money dan 1 kartu commuter. Alhamdulillah, kalau kita naik transjakarta  kita bisa menggunakan beberapa kali tap untuk orang yang berbeda. Namun, ingat harus dijeda dulu beberapa menit.

Begitu sampai di halte BKN, kami langsung menaiki bus transjakarta jurusan Harmoni. Di halte Harmoni, kita akan transit pindah bus yang jurusan ke arah Jakarta Kota.

Sepanjang perjalanan, Sakha dan saya duduk di kursi prioritas. Sementara ayahnya ada di sebelah kiri saya di kursi biasa. Hafsah saya pangku. Sakha pun sibuk melihat-lihat sekitar, sambil sesekali kami berbincang seputar perjalanan.

Menuju Jakarta Kota

Sesudah sampai di halte harmoni, kami segera menuju gate N untuk menaiki bus arah Jakarta Kota. Sesungguhnya perjalanan ini banyak sekali nostalgianya untuk saya pribadi. Jadi teringat dulu Ketika duduk di bangku kuliah Universitas Al Azhar, beberapa kali menaiki transjakarta Bersama kawan-kawan.

Sepanjang perjalanan , saya pun selalu mengingatkan sakha untuk tetap berpegangan tangan dan perhatikan Langkah Ketika keluar-naik bus. Suami pun mengingatkan saya untuk membawa tas ke depan. Pada akhirnya tas saya yang gendong, daripada gendong Hafsah yang hamper 12 kilo yakan. Wkwwkw.

Wisata di Kawasan Kota Tua

Sesampainya di halte Jakarta Kota, kita akan disuguhi terowongan yang khas. Khas dengan jajakan jajanannya. Ada yang berjualan casing handphone- sari roti sampai buka buku tabungan BCA. Namun, tidak seperti dulu. Semua yang menjajakan dagangan ada di terowongan tidak sampai di dekat-dekat halte busway.

Sambil menunggu Mas Suami dan Mas Sakha, saya dan Hafsah berfoto-foto ria di dekat air mancur. Ya lumayan, ngadem kan.

Kitapun langsung ke agenda utama yakni : makan.

Karena niatnnya Sakha udah pengen banget naik kereta. Kami pun bilang, ayok kita makan dulu.

Di dekat air mancur itu ada yang berjualana dari CFC, sakha pun meminta untuk dibelikan. Namun, kami sepakat untuk makannya di tempat makan nanti. Kita lihat dulu di Kawasan kota tua, ada beberapa kedai makanan.

Setelah membayar Rp 27.000 untuk 1 porsi yang terdiri ayam bagian paha, nasi dan the pucuk. Kami pun berjalan menaiki tangga dan menuju Kawasan kota tua.

Hari itu tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Hari itu bertepatan dengan tanggal merah. Setibanya di sana, kami diwajibkan menggunakan aplikasi PeduliLindungi untuk mengisi qr code. O,iya bagi kalian yang belum tahu dan pernah ke kota tua. Masuk ke sini gratis loh tidak dipunggut biaya, namun kalau kamu mau menikmati museum, kuliner dan ragam jajakan lainnya ya bayar sesuai tarif yang dipasang ya.

Setelah menscan QR-code kita juga dicek suhu tubuh dengan kamera otomatis.

Beragam Spot Foto dengan Berbagai Tokoh

Di lapangan depan sudah banyak berbagai orang yang mengenakan kostum. Dengan bayar seikhlasnya kamu bisa berfoto di sana. Ada yang menyerupai noni belanda, pahlawan-pahlawan, tentara dan lain-lain. Sayangnya, anak-anak Mamah Ina memang special. Berbeda dengan Mamahnya yang senang diabadikan dengan kameraa foto, mereka enggan untuk difoto. Bahkan dengan tentara yang memegang senjata mainan pun mereka tak mau.

Nah, saat melihat delman, sepeda sewa dan mobil. Sakha sudah menunjukkan sisi anak-anaknya untuk menaiki semuanya. Kami pun memberi arahan untuk memilih salah satu, tapi ya harus makan dulu.kawasan kota tua jakarta

Akhirnya kami membeli nasi goreng, pecel dan telur gulung sebagai makan siang kami di area makan kaki lima dekat pintu keluar. Saya rasa itu sudah siang, sudah pukul 10.30 WIB hehe. Nasi goreng dengan harga Rp 20.000, 1 porsi pecel seharga Rp 15.000 dan 5 pcs telur gulung seharga Rp 10.000 cukup mengisi perut kami berempat saat itu.

Setelah menikmati makanan, akhirnya Sakha memutuskan untuk bersepeda ontel. Dengan Rp 20.000, kamu bisa bersepeda di seputaran Kawasan kota tua selama 30 menit. Saat menyewa kutanya, warna sepeda apa yang hendak disewa kepada Sakha. Ia jawab “Yang warna putih, Mah!”kawasan kota tua jakarta

Ternyata jarak kaki dan jok sepedanya masih terlalu tinggi untuk Sakha. Jadi, Sakha saya bonceng berkeliling. Setelah itu bergantian dengan ayahnya. Si kecil Hafsah Nampak kepanasan, sehingga saya berikan permen loli yang sangat jarang saya berikan pada mereka agar semangat.

Setelah puas berkeliling sepeda, kami putuskan langsung ke stasiun kota tanpa mampir-mampir dulu ke museum. Tidak jauh dari pintu keluar Kawasan ada mushola dengan satu bangunan kantor pos. saat melintasinya, adzan dzuhur berkumandangan, kamipun menunaikan kewajiban terlebih dahulu sebelum menuju stasiun.

Jaraknya pastinya entah berapa meter, tapi jauh menurut saya. Mungkin sekitar 1 km, karena memutari Kawasan kota tua tersebut. Sepanjang perjalanan, beberapa kali Sakha mengeluh karena kelelahan. Kami pun sebisa mungkin menyemangatinya, sambil berbincang-bincang

mushola di kota tua, jangan lupa bayar Rp 2000

Saat Anak Kecewa

Sesampainya di stasiun kereta Jakarta Kota, sayangnya kami tidak bisa masuk ke dalam stasiun karena adik Hafsah di bawah 5 tahun. Sontak Sakha kecewa dan hendak menangis. Bahkan dia berkata, “udah Ayah sama Hafsah naik busway aja.”.

Kami pun menepi untuk menenangkannya, dan membiarkannya menangis. Suami pun berucap “namanya keluarga harus bersama ya sakha, kan ga enak dong terpisah.”

Meskipun sedih, kecewa dan marah, ia tetap mengenggam tangan mamahnya. Langkah-langkah kami terus berlanjut menuju halte busway. Ketika masuk bus tujuan harmoni, sang adik langsung tertidur dalam pangkuanku. Sementara Sakha masih sibuk menikmati pemandangan di dalam bus. Sakha memang anak yang cenderung mudah dibawa perjalanan. Mungkin karena terbiasa semenjak kandungan dibawa saat menjalani hari-hari di perkuliahan.

Penutup

Setelah pindah bus tujuan PGC di halte harmoni, tak lama kemudian kami tiba di halte BKN. Sesampainya di rumah kami pun merapihkan diri. Lalu tertidur siang dengan pulas. Jalan-jalan ke Kawasan kota tua bisa menjadi alternatif bagi kalian yang tinggal di Jakarta. Sembari mengenalkan transportasi umum kepada anak balita juga bisa jadi sarana bounding dengan anak. Jangan lupa untuk jauhkan namanya gawai saat bersama keluarga seperti ini ya. Seperlunya saja, jangan terlalu berlebihan.

Semoga bermanfaat, salam.

shafira adlina

13 thoughts on “Jalan-Jalan Ke Kawasan Kota Tua Bersama Keluarga”

  1. Duuuuh kasian Sakha ga bisa naik keretanya yaaa. Aku baru tahu juga kalo anak di bawah 5 dilarang mba selama pandemi.

    Wisata kota tua ini, walopun ga jauh2 amat dari rumahku, tapi jujur blm pernah datangin 😂. Ya ampuuuun, kebiasaan orang2, kalo Deket lokasinya justru ntarsok ntarsok mau didatangin 🤣.

    Tapi kalo ngajakin anak nyobain transJ dan MRT pernah, pas sebelum pandemi. Mereka pada dasarnya suka naik kendaraan umum begitu, apalagi yg bersih, dan dingin dalamnya. Kalo kata mereka ingetin pas naik Shinkansen di Jepang dulu 😄.

    Jadi pengen sih ajakin anak2 ke kota tua ini. Cuma aku agak mikir yg naik sepeda, soalnya trakhir naik pas SMP mbaaa, ga yakin msh bisa hahahahaha

    Reply
  2. Wahh tripnya terlihat seru sekali Mba, ke Kota Tua Jakarta. Gedungnya ala-ala gedung Eropa yaa (Secara gitu kan memang dibuat saat zaman penjajahan).

    Apalagi kalau kesananya naik transportasi umum. Di Bali juga mulai ada transportasi umum berupa bus yang ramah untuk wisatawan. Namanya Trans Metro Dewata, mungkin sama seperti TransJakarta. Bayarnya pakai e-money.

    Anaknya terlihat sangat bahagia meskipun gak bisa naik kereta api, gpp yaa yang penting happy bareng mama papa

    Reply
  3. Kalau lagi jalan jalan sama keluarga memang harusnya menjauhkan gawai ya mbak. Fokus sama jalan jalannya dan nemenin anak. Pasti lebih seru. Eh aku belum pernah ke kota tua nih. Mau ngajakin aku gak mbak? Hehe

    Reply
  4. seru banget ya Mbak bisa main ke Kota Tua, Sulungku juga Alhamdulillah beberapa kali naik transportasi umum termasuk saat ke Jakarta, kami sempat naik Trans Jakarta dan pernah main ke Kota Tua juga, beda dengan adik-adiknya yang cuma tahu naik kendaraan pribadi aja, naik motor pun hitungan jari apalagi pandemi gini.

    Reply
  5. Haduh dedek sempat kecewa ya bun. Pasti perlu kesabaran untuk menenangkan. Jadi kepikiran juga gimana kalau bawa dedek Nbi diajak perjalanan. Tapi tetap wisata ke Kota Tua menyenangkan sekali. Saya jadi ikut kangen jalan-jalan. Selama pandemi di rumah aja soalnya, hehe.

    Reply
  6. Seru banget ya petualangan nya. Berasa saya juga ikut bertualang bersama nih. Yes, anak merasa kecewa dan belajar menerima kekecewaan itu perlu. Gapapa. Next time bisa naik commuter Line lagi yaaa sekeluarga

    Reply
  7. asiknya bisa jaalan jalan ke kota tua sama keluarga,.,,,, aku bisanya liat di FTV FTV aja biasanya mbak, cantikkkk yahhhhh yg background gedung tembok putih ituhhhhh

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page