Hal yang paling tak bisa kulakukan dahulu adalah mengingat kebaikan orang telah menyakiti dan mengecewakanku. Bagaikan nila setitik rusak susu Sebelanga. Apakah kalian pernah merasakan apa yang sedang kurasakan? Kecewa terhadap perilaku seseorang yang selama ini terlihat baik kepada kita.
Rasanya ingin marah, benar pikiranku saat itu dipenuhi dengan amarah dan bisikan hawa nafsu yang menyalahkan orang atau pihak lain.
“Ini semua salahnya!”
“Kenapa ia tega melakukan itu”
Dan kalimat-kalimat lain yang ingin kulontarkan langsung padanya.
Lalu sebagai orang beriman pada Tuhan, aku putuskan untuk segera mengucapkan kalimat istigfar. Agar Allah mengampuni dosa-dosaku.
Astagfirulloh…astagfirulloh…
Kok Bisa ya Dia Begitu Samaku?
Kalimat itu yang selalu memenuhi otakku.
“kok bisa ya dia begitu?”
“kok dia tega melakukannya?”
Setelah apa yang kita perjuangkan bersama, teganya ia memperlakukanku seperti itu?
Dari awalnya marah, kemudian turunlah frekuensi otakku kepada refleksi. Apa sebenarnya yang terjadi.
Pada saat itu aku ingin menerbangkan diri dengan helikopter. Melihat yang sesungguhnya terjadi, benarkah itu semua ia lakukan untuk mendzolimiku?
Hal yang Harus Dilakukan KEtika Dizalimi Orang Lain
Aku ingin berpikir sejernih mungkin, mencari sisi positifnya. Sampai-sampai akalku pada saat itu ingin berteriak. “AHHHHHH…SUDAH KAU HABISKAN WAKTU BERPIKIRMU SIA-SIA UNTUK MEMIKIRKAN HAL INI!!”.
Ya memang itu yang terjadi, aku merasa waktuku habis hanya untuk memikirkan hal-hal ini. Lalu ketika kita dizalimi orang lain, sebenarnya apa yang harus kita lakukan?
1. Tengok Lebih Dalam dan Terima
Salah satu hal yang saya pelajari oleh terapis beberapa tahun terakhir ini. Ya terapis. Ketika aku menceritakan hal ini, saudaraku ada yang sangsi bertanya “memang lo sakit apa kok sampe diterapi?”
Semenjak tahun 2019, aku merasa ya emosi ga stabil. Mudah marah, mudah teringat masa lalu yang menyakitkan, mudah menangis. Untuk segera sembuh, aku rasa saat itu memang membutuhkan professional. Salah satu profesional yang membantuku melakukan perjalanan hati ini lebih merdeka adalah Teh Gina.
Hal yang terpenting untuk kita lakukan adalah kontemplasi atau tengok lebih dalam ke dalam diri kita. Jujur membantu memulihkannya. Kita yang paling tahu keadaan hati kita.
Menerimanya… Tidak usah berusakan keras melupakan. Hal ini bisa membantu pemulihan atau proses healing kita.
2. Berdoalah Ketika Dizolimi Orang Lain
Kita sering mendengar untuk berdoa saat dizolimi orang lain. karenanya merupakan salah satu waktu yang tepat untuk berdoa. Seperti yang tertera pada hadist berikut :
“Ada tiga golongan manusia yang doa mereka tidak akan ditolak: Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doanya orang yang dizalimi. Allah akan mengangkat doanya sampai di atas awan dan dibukakan pintu-pintu langit untuknya, dan Allah berfirman : Demi keagungan-Ku, Aku benar-benar akan menolongmu meskipun tidak serta merta.”(HR. Tirmidzi).
Jangan lupa untuk amalkan doa ini saat merasa dizolimi.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamna lanakuunanna minal khosirin
Artinya, “Wahai Pemelihara kami, sesungguhnya kami telah berbuat dhalim terhadap diri-diri kami. Dan jika Engkau tidak memberi ampunan untuk kami dan merahmati kami, sungguh benar-benar kami menjadi termasuk dari golongan orang-orang yang rugi.”
3. Kirim Cinta Pada Orang yang Mendzolimi
Di salah satu metode terapi Teh Gina, dalam memerdekan hari. Saya diminta untuk membuat list kegiatan hariannya. Seperti ada sedekah subuh, sholat tepat waktu, baca quran, beri jeda 3 detik dalam bertindak dan sebagainya.
Ada satu kegiatan yang harus kita lakukan dalam checklist tersebuat ialaha mengirim cinta. Maksudnya kita mengirim doa, benar-benar mendoakan mereka yang telah (ya bisa kau sebut dengan) mengecewakan dan menyakiti kita.
Apakah sulit? Pastinya. Tidak akan mudah recalling memori otak sosok orang itu. Kebanyakan dari kita mungkin lebih memilih skip, mengubur sosok mereka dan tidak berurusan dengan mereka.
seperti yang dituliskan pada AL Qur’an surat Al-Syura ayat 40 berikut;
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.
Namun, sejatinya kita seperti memberikan halaman khusus bagi kejadian itu karena pura-pura mengikhlaskannya dan berharap waktu dapat menghapusnya. Padahal jika kita masih dalama pemahaman yang sama, seolah kita selalu korban maka sesungguhnya kitalah yang menyakiti diri kita sendiri.
Kalau kata The Diah penulis buku Luka Pengasuhan, sebetulnya orang lain itu hanya menyakiti kita sekali. Namun, karna kita mengingat rasa sakit itu terus menerus, kitalah yang menyakiti diri kita berkali-kali.
Baca juga : Berbagi Insight tentang Membasuh Luka Pengasuhan
Healing bukan sekadar Refreshing
Healing atau forgiving adalah sebuah trip. Sebuah perjalanan menyembuhkan dan memaafkan diri. Bagaimana kita harus memahami bahwa suka tidak suka, memang kejadian yang “mengecewakan” itu akan hadir di dalam hidup kita. Jika pun bukan dengan orang itu, tapi kejadian itu akan hadir. Allah yang mengizinkan adanya kejadian tersebut.
Nah, mempraktikkan mengirim cinta atau doa yang tulus itu dilakukan setelah sholat wajib. Usahakan untuk mengikhlaskan dan berikan doa terbaik. Sebut saja orangnya. Ini memang tak mudah, tapi bisa kita lakukan.
Ada perasaan lebih tenang yangg saya dapatkan. Akhirnya kita lebih mengerti lagi tentang qodo qodar. Dengan atau tanpa dia, memang Allah akan memberikan “pelajaran hidup” pada kita tentang itu. Akhirnya saja kita bertemu dan dia pelakunya.
Mental korban itu memang harus dihilangkan. It is what it is. Semoga Allah lapangkan hati-hati yang sempit dan memberikan jalan yang lurus serta kemudahan dalam segalanya. Aamiin
Ya Allah Mbak, related banget sama kehidupan ku sekarang. Apalagi kalau udh ngomong masalah duit ya…ahhh sudahlah aku cuma bisa pasrah karena dulu apa yg kita lakukan pastia atas kehendak Nya. Pun sampai saat ini merasa terdzholimi jug pasti atas sepengetahuan Allah juga. Terimakasih atas Reminder nya, perlahan akan biasa rileks dgn semua kejadian duniawi ini mbak. Semoga doa kita sebagai orang terdzholimi dikabulkanNya ya mbak
mbak febri..ya Allah, kalau masalah harta mah. yah suka jadi keliatan manusia sebenernya. walaupun hanya duniawi ya, kita bener2 diuji buat memasrahkan metawakalkan semua kejadian. sama-sama ya mbak..semoga Allah mudahkan. masyaallah aamiin
Masya Allah.. Dasyat Mak
Setuju mba.. Penerimaan adalah kunci awal sebelum memasuki proses yg berakhir denhan memaafkan dan melupakan. Terima kasih sharingnya ya..
Dan menurutku, fase penerimaan ini juga menjadi fase terberat (terutama bagiku). Selama kita belum bisa menerima dg baik, maka tak akan kita bisa segera beranjak ke fase selanjutnya.
Saya setuju sekali dengan poin pertama tentang menerima kedzaliman orang lain as part of Allah’s great plan. Tidak mudah memang menerima sesuatu yang tidak kita sukai. Denial menjadi sebuah kelumrahan saat berhadapan dengan situasi dan kondisi yang tak menyenangkan.
Takes time memang, tapi setelah kita bisa menerima, saat itulah segalanya berubah.
Tidak mudah memang. Selayaknya manusia biasa yang punya rasa dan hati, menerima kezaliman orang lain pada diri sendiri itu sulit. Tapi memang perlu ditanamkan dalam hati,kalau apapun yang menimpa pada diri kita atas seizin Allah SWT.
Dua hal yang selalu saya ingat dari guru saya dulu adalah: Apabila kamu diberikan kebahagiaan maka berSYUKUR, apabila kamu mendapat kesedihan/kemalangan maka berSABAR.
Kadang saat dizalimi oleh orang, kita merasa sangat kesal ya mbak
Merasa hidup paling menderita, kadang juga jadi dendam dan benci
Aku saking traumanya, sampai membatasi pergaulan
Berprinsip semakin kecil circle kita semakin sedikit dramanya
Hehe, masih harus belajar iklhas aku kalau dizalimi orang
Saya masih harus banyak berlatih, Na, untuk menerima bahwa saya pernah didzalimi. Karena saya belum menerima itu, makanya saya belum bisa memaafkan. Karena belum memaafkan juga, makanya saya masih berusaha keras untuk bisa hidup tenang.
Terkadang, jalan terbaik adalah dengan menerima. Menerima semuanya dengan lapang dada. Ikhlas memaafkannya dan menerima apa pun yang terjadi dengan pikiran yang jernih dan positif, dan tidak perli dipikirkan karena kadang memikirkan nya malah membauy parah
Sebenernya aku tipikal yang mudah lupa. Lupa bukan memaafkan, seperti kata lagu The Corrs yang berjudul “Forgiven, but not forgotten.”
Memang terkesan sulit memaafkan, makanya kalau aku merasa sudah jadi beban bagi kebahagiaanku, aku cenderung meninggalkan.
Mau-mau dia ajalaah.. Kayanya bener nih, tipsnya.. lebih mudah mendoakan dan melupakan.
Tapi kalau circlenya masih aja nyambung, ya..berusaha sesedikit mungkin bersentuhan, agar tidak mudah terluka. Bagaikan luka yang belum kering, saat tersentuh pasti berdarah lagi.
Saya setuju
Terkadang ekspektasi dan harapan yang terlalu besar membuat kita selalu merasa dikecewakan orang atau lingkungan sekitar
Padahal, harusnya kita yang menurunkan standar ekspektasi dan harapan itu sendiri agar tidak merasakan kecewa berlebihan
Mbak quote terakhir jleb banget sih
Ah, kenapa aku ikut tercabik-cabik membaca tips ini. Ya, bener jangan menjadi mental korban adalah poin dari kita merasa bebas.
Aku pernah di posisi ini, akhirnya merasa aku paling sengsara dan kenapa adalah pertanyaan yang sering berputar di kepalaku.
Paling sepakat dengan sebuah penerimaan. Aku akhirnya merefleksi diri. Bahwa sejatinya rasa sakit ini bisa jadi memang aku buat sendiri.
Nyatanya yang aku pikir menyakiti itu mereka merasa cuek aja tuh. Hahaha.
Geje banget kan. Akhirnya aku keluar dari circle itu dan melakukan koreksi pada diri sendiri serta fokus dengan self development.
Ya.. healing tak sama dengan refreshing.
Memang tidak menyangka dan tidak terduga sekali hal itu bisa terjadi, memang pasti suatu saat orang yang sering baik sama kita akan terlihat sifat aslinya bagaimana. Bahkan bisa saja itu langsung dari orang terdekat kita, yang penting jangan diambil hati atau malah bisa membahayakan diri..