Ikhlasin aja! Bisakah Kita Ikhlas?

Photo of author

By Shafira Adlina

Sering sekali kita mendapati orang-orang sekitar memberikan saran

“Udah ikhlasin aja ya…”

Ketika mendapati sesuatu hal yang tidak mengenakkan hati.

Belum lama ini saya pun mengalaminya. Apalagi setelah mengalami Covid-19 kemarin. Rasanya seperti berturut-turut kejadian yang tidak mengenakkan hati. Rasanya kecewa dan marah. Kemudian setiap harinya memaksakan diri untuk “ikhlasin ikhlasin ikhlasin”. Tanpa sadar mantra itu yang tertanam di alam bawah sadar untuk segera mengikhlaskan sesuatu hal yang terasa tidak sedap.  Kitapun berburu cara agar ikhlas tanpa paham apa itu dan bagaimana mengikhlaskannya.agar ikhlas menerima kenyataan

Memaknai Ikhlas dari Kejadian Kehidupan

Gina Shabira adalah seorang bidan hypnoterapi dan juga terapis yang saya kenal dari teman sesama ibu profesional. Saya pernah mengikuti sesi terapi “Memerdekakan Hati” bersamanya sekitar 2 tahun lalu untuk masalah emosi. Pendekatannya selain dari agama islam, Teh Gina juga memberikan pengetahuan kesehatan fisik dan emosi. Singkat cerita minggu kemarin, saya baru bergabung di kelas terapi body scan sederhana selama 4 minggu ke depan.
Lalu daftar dan ikut. Di sana kami diajari bagaimana tubuh kita saat sakit itu memberikan sinyal ada emosi yang belum selesai. Kesehatan itu tidak sekadar fisik tapi lebih besar dipengaruhi oleh emosi.

Suatu pagi beliau bertanya bagaimana keadaan kami. Lalu saya bercerita perasaan saya di pagi hari itu bahwa saya sedang berusaha mengikhlaskan sesuatu.
Lalu beliau berkata kurang lebih

“kalau belum ikhlas, ya gapapa. Ga perlu dipaksa. Gali dulu apa yang membuat ga ikhlasnya? Urai agar mudah memaafkannya.”

Wah, kayanya seumur hidup baru sekali ini saya mendapatkan nasihat macam ini. Biasanya orang-orang kalau mendengarkan kita sedang tidak baik-baik saja pasti langsung bilang “Gapapa, ikhlasin aja.” “Yang Ikhlas ya” dan sebagainya.-
Ternyata kita perlu menghargai sisi manusiawi kita, ikhlas itu bisa hadir saat emosinya dinetralkan.

  • Allah menghadirkan kejadian yang tak sesuai harap, Allah pasti punya maksud.
  • Ketika kita disakiti orang, Allah punya maksud.
  • Ketika didzalimi orang, Allah punya maksud.
  • Ketika dihadapkan masalah dan kesulitan, Allah punya maksud.

Sepele dan klise ya terdengarnya?

Tapi inilah yang sering kita lupakan. Tugas kita sebagai hamba Allah, menggali apa maksudnya Allah menghadirkan skenario dalam hidup kita. Selama kita masih punya iman, pantang bagi seorang muslim membenci keadaan yang menimpa diri kita.

Selama beberapa hari, bahkan sampai menuliskan ini saya masih belajar untuk mengurai rasa kecewa dan marah saya. Saya mencoba memahami diri bahwa diri merasa dizholimi teman sendiri, merasa mendapatkan diri diperlakukan tidak adil. Itulah yang menjadi penyebab utama mengapa ada rasa kecewa dan marah.

agar ikhlasSumber Ketidakikhlasan

Ikhlas bukanlah sebuah pengakuan dari manusia-manusia lain. Ikhlas adalah benar-benar menjadi kejujuran hati antara hamba dan Rabb-Nya. Dari sisi terapis Teh Gina menginggatkan kita perlu menggali sebab dari sumber ketidakikhlasan.

Lebih baik diurai dengan jujur kepada diri sendiri.

Kita ajak berdialog diri, lebih baik di saat rileks, lebih bagus seusai solat setelah berdoa.

Misalnya saat kita merasa marah. Kita perlu menggali pada diri apa yang terjadi, apakah kita merasa tak dihargai, hak diri diambil, didzolimi?

Apa lagi?

Menyelesaikan Sumber Emosi Marah dan Kecewa

Setelah jujur maka harus diselesaikan. Bagaimana caranya? Jika kita marah, kita butuh mengungkapkan ya ungkapkan bisa ke orangnya langsung. Namun, tidak semua bisa langsung kan, kalau khawatir jd konflik baru kita dapat mengungkapkan dengan metode terapi. Kita dapat visualisasikan bertemu dengan orangnya dan bicara, tentu harus dalam keadaan rileks. Saya coba beberapa kali sebelum tidur atau seusai sholat. Tentu saat anak-anak dan suami tidur atau tidak ada di kamar. Kenapa? Karena malu dong, ketauan ngomong sendiri. Hehe.

Jika diri kita merasa tidak dihargai, jangan lupa untu hargai diri sendiri. Seperti apa? memeluk, mengusap, menguatkan,mengajak bertumbuh, mengajak diri dekat ke Allah.

Hukum Kekekalan Emosi

Emosi itu adalah energi. Sama halnya dengan hukum kekekalan energi, emosi pun tidak bisa dimusnahkan.  Tetapi harus dialirkan dengan tepat.

Jika kita mau mempelajarinya. Setiap emosi yang hadir adalah netral. Contohnya ketika kita merasa ada perasaan sedih, cemas, khawatir, takut dengan pemberitaan akhir akhir ini. Kita perlu mengolah emosi yang hadir dengan baik. Mengolah emosi menjadi satu bentuk yang nyata bukan sekadar larut berhari-hari, berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Akhir-akhir ini saya pun baru sadar mengapa saya beberapa kali selalu memimpikan tempat kerja pertama saya. Saat itu ada tragedi. Saya baru sadar mengapa sesekali saya selalu memimpikan padahal tidak pernah memikirnnya dalam kondisi sadar. Mungkin memang jauh dari lubuk hati alias di bawah sadar saya masih sulit menerimanya. Setelahnya saya mencoba berdialog sambil  menghadirkan orang yang pernah “bermasalah” dengan saya. Selain itu juga meminta kepada Allah tentunya.

Insya Allah jika hak diri terpenuhi, percayalah tidak akan lagi pengharapan dari yang lain.

cara ikhlasPenutup

Sebisa mungkin kita menjadikan emosi takut, cemas, marah, khawatir, sedih kita menjadi lebih banyak bermuhasabah. Kita pikirkan orang lain apa yang bisa kita perbuat untuk membantunya, bukan sibuk memikirkan apa yang diperbuatnya pada kita.

Mari kita coba olah semua emosi dengan pergerakan nyata. Semakin kita kencangnya doa, hingga akhirnya kita berhasil mengurai semua emosi, pikiran bisa lebih terjaga jernih.

Dalam kacamata seorang terapi tahapannya adalah dengan menghargai sisi manusianya dulu. Penuhi kebutuhan diri ( kebutuhan yang diarahkan pada kebaikan, bukan sekadar nafsu) barulah bisa masuk pada tahapan apa yang Allah perintahkan.

Ikhlas, sama halnya dengan perasaan yang lain. Arahan untuk memiliki sifat qonaah, tawadhu, jiwa pemaaf, itu goal akhir yg perlu kita capai. Ikhlas adalah sebab bukan dampak. Ikhlas butuh proses bukan akhir yang instan.

Ummu Sajjad dalam kajian bersama Wardah pernah menjelaskan bahwa dalam Islam, ikhlas itu pararel dengan amal ibadah. Jadi kita silahkan cek ibadah yang lain sudah cukup baik belum? Ikhlas itu butuh ilmu. Dahulu ulama-ulama kita butuh pulhan tahun untuk bisa ikhlas, lalu siapa kita ya yang belum hafal hadist, baru ayat-ayat pendek, belum banyak beramal sunnah malah ngaku-ngaku udah ikhlas.

Sampai hari ini saya mencoba mengurai perasaan diri ini, semoga bisa mengurangi sampah-sampah emosi dan menjadi pribadi lebih baik.

Pada akhirnya tujuan saya tidak lain tidak bukan menjadi istri dan mamah yang pandai mengelola emosi yang insyaAllah menghasilkan keluarga yg sehat lahir batin bukan?
Kalau kalian ada cerita tentang “Perasaan Ikhlas” ini ga?
Semoga bermanfaat, Selamat bertumbuh!

https://www.instagram.com/p/CRNX7xWsGhq/

37 thoughts on “Ikhlasin aja! Bisakah Kita Ikhlas?”

  1. Banyak orang gagal melewati ujian hidup ketika dihadapkan pada rasa ikhlas. Ikhlas ini memang berat banget untuk dilakukan, meski sangat mudah diucapkan. Bahkan ulama besar pun butuh waktu lama untuk menguasai ilmu ikhlas.

    Saya juga yang bukan apa-apa, sangat sulit untuk menguasai ilmu ikhlas ini. Kayaknya cuma iman yang kokoh saja yang bisa mencapai tahapan ini. Namun kita jangan patah semangat untuk terus berdoa agar dijadikan orang-orang yang mukhlisin, aaamiiin….

    Reply
  2. Bagibsaya, level tertinggi seorang manusia itu jika sudah bisa ikhlas dalam hal apapun. Melepas tiap hal yang ia cintai dengan legowo. Qalau toh, kita tahu semua hanya titipan, tapi seringkali kita masih sulit untuk melepas dan ikhlas.
    Semoga kita bagian dari manusia yang ikhlas. Aamiin..

    Reply
  3. ikhlas ini ajaib mba.
    mirip surat QS al-Ikhlas, di mana ngga ada frasa/diksi ‘ikhlas’ di dalamnya kan?

    Nah jadi gitulaahh walopun kita bisa banget mencari/menelaah ilmu ikhlas, tapii praktiknyaaa? syuusyaaahh 😀

    Reply
  4. Tiga atau empat tahunan yg lalu pergulatan batin perkara ikhlas dan menerima keadaan bergumul berbulan2, mbak. Sungguh sampai capek sendiri karena tiap hari rasanya bentrok terus dg kenyataan (ga napsu makan, ga tidur nyenyak, malas ngapa2in, dan berakhir sakit). Memang kl blm bisa ikhlas dan menerima nggak apa2. Biarin aja rasanya, peluk erat rasa2 yg bikin nggak ikhlas, peluk erat beban2 yg ada. Pelan2 bersahabat sm rasa2 yg bikin ga ikhlas. Abis itu, coba menghitung nikmatNya, dan aku sama sekali nggak bisa ngitung nikmatNya saking banyaknya. Tiap menarik napas dan menghembuskan napas ku nikmati banget. Sampai tiba di titik semua baik2 aja. Nggak ada yg keliru, hanya emosi dan pikiran aku aja yg blm bisa dikendalikan sepenuhnya. Sepakat bgt kl menerapkan rasa ikhlas mesti dg ilmu, dg pemahaman terbaik dan dg pengertian terbaik. Duh malah jd curhat ya mbak, xixixi

    Reply
    • gapapa Mbak ELa, ini menandakan bahwa setiap orang memang pernah di posisi berusaha ikhlas ini. Menghadapi kejadian yang ga enak hati, jangankan di dzalimi orang, ketika kebaikan kita tidak diterima dengan baik kadang ada rasa yg ga enak hati. wah kita memang perlu disengaja buat berlatih ikhlas ini ya Mbak El

      Reply
  5. Ikhlas itu mudah diucapkan tapi sungguh aplikasinya tak semudah itu
    Apalagi kalau terkait dengan kehilangan atau yang sedih-sedih
    Mesti latihan dan benar-benar melapangkan hati
    Terimakasih tipsnya ya kak

    Reply
  6. Ikhlas ini sesuatu yang mudah diucapkan namun susah dijalani ya mbak. pertama butuh penerimaan dalam diri dulu, saat ternyata yang diharapkan tak sesuai kenyataan. Kalau masih ada penolakan, ya bakal susah untuk bisa ikhlas

    Reply
  7. Saya pernah marah sama seseorang sampai berbulan-bulan, Mah… Ingin memaafkan, tapi rasanya sakit kalau ingat lagi. Ketika akhirnya saya punya tempat untuk mencurahkan semua rasa, saya nangis sejadi-jadinya.
    Saat curhat itu, saya dibisiki, bahwa ketika seseorang menyakiti kita, kemungkinan besar orang tersebut sedang punya masalah. Hanya saja, emosinya tersalur ke saya, yang jika berada di hadapan beliau benar-benar ngga punya daya.
    Akhirnya, sama dengan yang dituliskan Mamah, saya malah jadi kasihan dengan beliau yang sudah menyakiti saya, dan berpikir apa yang bisa saya bantu untuk menyelesaikan masalahnya.

    Ikhlas memang kata sederhana, sering diucapkan, tapi sulit dipraktikkan. Terima kasih untuk tulisan yang inspiratif dan bermanfaat ini, Mah.. 🙂

    Reply
  8. Aku jadi inget sama bukunya Goldman yang bahas soal Emotional Intelligence, bahwa emosi ini memang harusnya dialirkan. Tepat kalau dikatakan, sama kayak hukum kekekalan energi diaa.

    Reply
  9. Wah aku jadi tercerahkan Mbak. Bener ya, untuk ikhlas itu kita harus melacak ke hati, apa yang membuat tidak ikhlas. Karena sulit juga kalau kita ingin ikhlas tapi sebetulnya kita nggak tahu dibagian mana kita nggak ikhlas. saya salut dengan penjelasannya bahwa nggak masalah nggak ikhlas dulu. kan ada step-nya. Dan hati memang erat kaitannya sama ibadah kali badan kita benar dan lancar maka hati kita pun akan lurus juga.

    Reply
  10. Ikhlas adalah tingkatan tertinggi pada saat kita dizalimi.
    Gampang sekali diucapkan tetapi sangat sulit dilakukan.
    Setuju sekalai kalau sebelum kita ikhlas, periksa dulu mengapa kita tidak ikhlas, apakah penting mengikhlaskannya? Apakah kalau ikhlas dia tidak mengulangi perbuatannya dan seterusnya… Yuk, belajar melacak hati kita.

    Reply
  11. Bagi saya membutuhkan energi yang luar biasa untuk bisa sampai pada titik ikhlas ini. Semua membutuhkan proses dan meyakini bahwa semua yang di dunia ini tidak akan kekal, sehingga akan menghadirkan perasaan legowo. Setuju bahwa ikhlas paralel dengan amal ibadah, karena semakin kita dekat dengan Allah maka hati akan lebih lembut dan mudah mendapatkan nasehat kebaikan.

    Reply
  12. Betul banget Mbak. Memaknai ikhlas memang tidak mudah ya. Saya pun begitu terkadang masih kurang mengikhlaskan sesuatu hal, padahal sejatinya ada hikmah dibalik sesuatu yang terjadi, dan kita tahunya di akhir-akhir. Semoga saya pun bisa mengurai segala emosi dan berusaha berlapang dada yang bermuara pada ikhlas.

    Reply
  13. Mengelola emosi ini memang butuh kesabaran tingkat tinggi. Orang yang hebat dan kuat itu adalah orang yang mampu menahan hawa nafsunya. Semoga kita digolongkan orang orang yang sabar dan ikhlas. Aamiin…

    Reply
  14. Ikhlas itu pelajaran kehidupan yang wajib kita kuasai. Sebab segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak berjalan absolut. Namun, saya percaya, ketika saya ikhlas melepaskan, pasti Allah akan memberikan kebaikan lain pada kita. Yakini saja itu, maka kita gak akan pernah merasa hidup kita merugi.

    Reply
  15. Halo mbak, makasih ya artikel nya. Beberapa waktu lalu saya tiba sangat emosi, ingin meluapkan rasa marah sampai nafas tersengal-sengal hanya karena teringat kejadian di masa lalu. Ikhlas ini memang sungguh tak mudah tapi insya Allah bisa dilakukan ya

    Reply
  16. Kadang kalau lagi ada orang yang tertimpa musibah kita hanya bisa mendoakan “yang ikhlas yaa”. Padahal nggak semudah itu tring langsung ikhlas, pasti ada proses yang harus dilalui dulu sampai akhirnya ke tahap “oke udah ikhlas nih..”

    Reply
  17. Y Allah, berbicara ttg ikhlas ini setiap orang sepertinya memiliki paragraf yang panjang. Ada banyak cerita tentang keikhlasan yang harus dilakukan oleh diri entah pada sesuatu yg belum didapatkan atau bahkan ttg hal yang menimpa kita. Ikhlas, mudah diucapkan tapi perlu usaha untuk melaksanakannya.

    Reply
  18. Dulu saya juga kesulitan mengikhlaskan. Tampaknya usia dan muhasabah sangat berperan dalam prosesnya. Tak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Allah. Jadi temukan saja makna dibaliknya lalu kembalikan pada-Nya.

    Reply
  19. Mba makasih ya udah nulis tentang Ikhlas. Jujur ada hal yang masih belum bisa saya terima. Daripada terus disimpan jadi uneg-uneg, malah kesel sendiri. Kita senantiasa berproses sih, biar bisa mengelola emosi. Semua untuk kesehatan jiwa Kita juga. Makasih remindernya. Saya seneng, loh, baca tulisan-tulisannya Mba Ina.

    Reply
  20. Proses memaafkan dan mengikhlaskan butuh waktu yang tidak singkat. Ibarat luka ya harus disembuhkan, diobati agar tidak makin krosnis. Pendampingan seperti yang sudah dijelaskan di atas sangat diperlukan.

    Reply
  21. Saya juga termasuk orang yg tertatih utk ikhlas. Perlu waktu yg panjang. Tapi kalau sudah, ya seolah sy bener2 lupa karna gak bisa terbayang sama sekali kejadian waktu itu. Skrg sy pun masih belajar utk ikhlas. Termasuk ikhlas saat ada yg Php ndak jadi pesan buku sy. Setelah ditindaklanjuti, wa cuma diread doang 😅

    Reply
  22. Wah, menarik sekali mba, baru tau juga kalau ada hukum kekekalan emosi juga. Memang tidak mudah ya untuk ikhlas tapi worh it banget untuk kita coba demi kebaikan kita sendiri.

    Reply
  23. Ikhlas ini semacam sesuatu yang tidak bisa digambarkan. Hanya bisa dijalani ketika ada masalah. Padahal saat ada masalah, psikologis manusia justru memberi respon sebaliknya.
    Jadi membicarakan hal ikhlas memang kudu banyak asam-garam dan jangan pernah membandingkan kehidupan kita dengan orang lain.

    Reply
  24. Mengucapkan ikhlas tidak semudah saat melakukannya. Terasa berat dan tidak bisa dilakukan dengan cepat. Betul adanya kalau untuk ikhlas biarkan mengalir, tidak dipaksakan.

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page