“Tetap optimis, karena Allah telah menginstall parenting pada tiap fitrah ayah dan bunda.”
Ustad Harry Santosa (almarhahum) dan Ustad Adriano selalu mengingatkan bahwa pada sebagai orang tua kita, baik seorang mamah maupun ayah, gaya parenting yang diinstall pun berbeda-beda. Begitulah hebatnya ilmu Allah.
Maksudnya peran sebagai ayah maupun peran sebagai ibu itu berbeda. Dalam pendidikan berbasis fitrah atau fitrah based education, selain belajar tentang fitrah anak, kita juga perlu belajar fitrah ayah dan ibu. Karena yang paling ahli mendidik anak bukanlah seorang pakar parenting, tapi orang tua mereka sendiri.
Punya keyakinan kita adalah yang terbaik untuk anak-anak kita, bukan berarti kita berdiam diri dan tidak berusaha untuk belajar. Selalu tanamkan dalam diri agar optimis, bahwa kita adalah Ibu dan Ayah terbaik untuk anak-anak kita. Maka, kita wajib untuk selalu meng-upgrade diri dengan belajar dan berlatih.
Fitrah ayah dan fitrah ibu adalah karakter-karakter yang Allah lekatkan pada manusia yang mempengaruhi perilaku dan pola asuh kita terhadap anak-anak kita.
baca juga: Apa Itu Fitrah?
Fitrah Ayah dan Fitrah Ibu
Pertama fitrah sebagai manusia biasa, kita punya kebutuhan, kelebihan, kelemahan, kegembiraan, keletihan, emosi dan sebagainya. Ini harus kita pahami bersama karena dalam pendidikan anak perlu disadari bahwa orang tua, baik ayah maupun ibu adalah manusia, bukan robot parenting.
Fitrah orang tua yang kedua, jangan lupakan orang tua terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ayah dan Ibu memiliki wujud dalam maskulinitas dan femininitas. Sehingga, dalam pengasuhan dan pendidikan anak orang tua harus berbasis pada karakternya sebagai laki-laki dan perempuan.
Saya teringat salah satu pengantar dalam kuliah feminitas Ustad Adriano, bahwa beliau menemukan sebuah kasus anak yang minim empati karena memiliki 2 sosok ayah hanya beda kelamin. Ibunya minim kelembutan dan cenderung keras. Kita harus saling memahami agar menjadi ayah dan ibu sejati. Jangan sampai tertukar peran kita dengan pasangan kita.
Fitrah ketiga sebagai orang tua bagi anak-anaknya, yang memiliki hak, kewenangan dan kewajiban atas anak-anak. Orang tua bukan hanya pengasuh dan pelayan, tapi juga pemimpin dan pengelola.
baca juga: Cara Mendidik Fitrah Keimanan Kepada Anak dengan Tenang
Belajar Parenting Bukan Hanya Rasionalitas Tapi Mengasah Naluri
Hari ini begitu banyak ilmu-ilmu parenting yang bertebaran dan mudah diakses. Sayangnya, kebanyakan teori yang dipelajari malah tambah membuat bingung seseorang. Banyak dari kita terpaku dalam rasionalitas, “Kan teorinya begini harusnya begitu.” tapi kita agak mengabaikan dan kurang mempertajam firasat.
Jangan sampai teori parenting yang kita pelajari melumpuhkan naluri, intuisi dan firasat parenting kita.
“Minta fatwalah pada hatimu, karena kebajikan adalah apa-apa yang menenteramkan hati” (Al-Hadits)
Rasulullah SAW juga bersabda :
“Hati-hatilah dengan firasat mu’min. Sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah”
Ilmu Parenting yang baik adalah parenting yang mampu meningkatkan kepercayaan diri orang tua untuk mendidik anak-anaknya sendiri berdasarkan fitrah pendidikan. Parenting bisa dikatakan buruk jika setelah belajar membuat kita tergantung kepada para mentor parenting dalam mendidik anak-anak. Teringat selalu oleh mentor dan ustad serta ustadzah di Fitrah Base Edu, belajar parenting itu harus membuat kita rileks dan optimis.
Jika teman-teman bertanya “apa modal yang terbaik dalam parenting?”, maka saya akan mengatakan modal terbaik dalam parenting adalah cinta dan ketulusan.
Sebagai manusia, sebagai mamah maupun ayah kita tentu memiliki segala kelemahan dan kekurangan. Sesempurna apapun kita berusaha, kita pasti akan punya peluang melakukan sejumlah kesalahan dalam mendidik anak-anak kita. Namun, cinta dan ketulusan akan mengkoreksi segala kelemahan dan kesalahan tersebut.
Beberapa waktu lalu, saat pandemi saya pernah mendengarkan podcast Hannah Indonesia mengenai “Ternyata Aku Tidak Melibatkan Allah” narasinya hampir serupa bahwa saat kita terlalu fokus dengan rasionalitas tanpa melibatkan Allah dan rasa disitu “masalah” mulai bermunculan.
Jika kita hanya mengandalkan kemampuan kita saja dalam mendidik anak-anak kita, tentulah anak-anak kita berpeluang akan tumbuh menjadi generasi yang kacau. Kita harus yakin bahwa semua kejadian yang terjadi pada anak-anak kita adalah kehendak Allah. Allah adalah Tuhan yang tak pernah tidur mengintervensi dan memperbaiki segala alfa, kelemahan dan kesalahan kita dalam mendidik anak-anak. Maka setiap malam sebelum tidur jangan lupa untuk selalu bermohon kepada Allah agar Ia mendidik anak-anak kita, serta mengkoreksi segala kesalahan dan kelemahan kita.
Jangan sampai rasionalitas atas nama teori-teori parenting yang berseliweran membuat kita lupakan rasa dan doa. Segala sesuatu yang tidak bersumber pada Al Quran hanya akan membuat kita kebingungan semata.
Pernah dengar orang tua yang lahir dari Bashirah? Ustad Adriano pernah menyampaikan bahwa bashirah dalam hal apapun lahir dari totalitas, dedikasi dan kepedulian yang tinggi terhadap segala hal yang akan kita tangani. Sederhananya, bashirah adalah mata hati.
Salah satu indikatornya adalah ketika hati kita tenteram untuk melaksanakan sesuatu terhadap anak-anak kita, walaupun itu bertentangan dengan sejumlah teori parenting, maka sesungguhnya ketentraman hati itu adalah pertanda dari bashirah Islamiyah.
“Bashirah Islamiyah itu bukan hanya menjadi hak prerogatif dari orang-orang yang memiliki tingkat keimanan tertentu saja, karena sesungguhnya Allah tidak pernah kikir memberikan ilham-ilhamNya kepada siapa saja. Bahkan ilham dari Allah Ia berikan terhadap orang kafir sekalipun. Makanya tak mengherankan jika kreasi iptek banyak Allah ilhamkan kepada orang-orang kafir.” (Ustad Adriano)
Mamah, Ayah jangan pernah merasa tidak cukup bertaqwa untuk bertanya pada hati. Allah tidak se-selektif yang kita bayangkan. Kasih-sayangNya jauuuuuuh lebih besar dari angan-angan paling optimis kita
Mari jauhi hal-hal yang meragukan, lakukan hal-hal yang hati kita yakin. Yakin itu permulaan dari ilmu yang melahirkan pemahaman. Jika sebuah ilmu justru melahirkan keraguan dan ketidakpercayaan diri, maka ilmu itu harus dijauhi. Dan sebagai seorang muslim selalu kembalikan ke kitab suci dan suri tauladan kita.
Perlahan dan pasti mari kita tumbuhkan fitrah orang tua, fitrah ayah dan fitrah keibuan untuk generasi masa depan yang lebih baik lagi.
Yuk, coba komen hal terberat apa dalam menumbuhkan fitrah keayahbundaan?
semoga bermanfaat!
Mendidik anak memang bukanlah tugas pakar parenting atau guru, tp tugas dan tanggung jawab orang tua
Jazakillah khoiron katsiron mamah. Hati sedjuk sekali baca ini. Kadang kalau udah malam gitu yg suka sulit sekali nahan2 😅
Tapi kembali lagi ya ternyata modal utamanya ada cinta ketulusan dilakukan karena Allah.
Parenting terbaik dari ortunya tentu yg memiliki ilmu yg benar ya mah, ku harus banyak belajar lagi dan terus menerus. Wah jadi semangat lagiiiii dan lagii setelah baca artikel mamah
Saya membacanya adem nih. Karena gaya saya dalam mendidik anak sudah pasti berbeda dg lainnya. Selama kita mendidiknya dg cara yang tepat dan dg jalur/fitrah yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Ya, setuju, kita sebagai orang tua harus optimis dalam mendidik anak. Karena parenting yang paling baik tentu saja dari orang tua sendiri bukan dari pakar parenting.
Yang perlu kita tegaskan adalah kita juga belajar terus dalam mendidik anak. Ya, sebagai manusia biasa kita juga memiliki plus minus, untuk itu belajar adalah cara yang terbaik.
Iya banyak sekali buku, video dan media dari pakar parenting kadang bikin orang tua tidak percaya diri mendidik anak-anak, padahal cinta dan ketulusan lah yang terpenting dalam mendidik anak ya
Iya banyak sekali buku, video dan media dari pakar parenting kadang bikin orang tua tidak percaya diri mendidik anak-anak, padahal cinta dan ketulusan lah yang terpenting dalam mendidik anak ya..
Iya banyak sekali buku, video dan media dari pakar parenting kadang bikin orang tua tidak percaya diri mendidik anak-anak, padahal cinta dan ketulusan lah yang terpenting dalam mendidik anak ya…
Hmm apa ya. Inner child kayaknya. Jadi tantangan terberat dalam menumbuhkan fitrah orang tua
Benar mak… kalau kata ayah Irwan… peran ayah dan ibu memang harus dibagi, karena harus sama-sama hadir dalam mengasuh si kecil. Karena anakku laki-laki makan peran pengasuhan ayah harus banyak hadir.
Masya Allah, aku berkaca-kaca membacanya. Selama ini telah luput dari pikiranku bahwa orang tua sebenarnya memiliki fitrah juga. Jangan takut tidak mampu membersamai anak, kasih sayang Allah itu sangat luas. Tak bisa terbayang sama kita, seberapa luasnya itu.
Terima kasih ya, Mbak, tulisannya bagus banget. Aku bookmark ya, untuk kubaca-baca lagi agar aku tidak lupa.
Makasih tulisannya Mamah. Dulu, saya termasuk orangtua baru yang dibingungkan (dan digalaukan) oleh banyaknya tips parenting yang mudah sekali diakses. Benturan antara idealita dalam tips parenting dengan realitas sehari2 malah membuat jadi insecure. Sampai kemudian belajar berserah. Sebisa mungkin menjalankan tanggung-jawab dengan mempercayai bahwa Tuhan punya rencana tersendiri dengan kehidupan anak2. Tidak ada orangtua yang sempurna, bahkan orangtua yang menurut saya sempurna pun pasti punya pergumulan dan proses dalam menjalani perannya. Sekarang saya lebih rileks dalam menjalani peran sebagai ibu.
Makasih tulisannya Mamah. Dulu, saya termasuk orangtua baru yang dibingungkan (dan digalaukan) oleh banyaknya tips parenting yang mudah sekali diakses. Benturan antara idealita dalam tips parenting dengan realitas sehari2 malah membuat jadi insecure. Pelan-pelan belajar berserah. Sebisa mungkin menjalankan tanggung-jawab dengan mempercayai bahwa Tuhan punya rencana tersendiri dengan kehidupan anak2. Tidak ada orangtua yang sempurna, bahkan orangtua yang menurut saya sempurna pun pasti punya pergumulan dan proses dalam menjalani perannya. Sekarang saya lebih rileks dalam menjalani peran sebagai ibu.
inner child….still fighting to handle it…moga aku bisa jadi orang tua yang baik buat anak-anakku. moga mereka menjadi anak-anak yang sholeh sholeha dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa
Ya, yang paling ahli mendidik anak bukan pakar parenting tetapi orang tuanya sendiri. Maka dari itu sampai sekarang pun saya masih belajar ilmu parenting. Karena belajar untuk jadi orang tua tidak pernah ada habisnya.
Yang terasa sekali saat menjadi orangtua buatku adalah ujian kesabaran.
Dan setelah belajar parenting, banyak sekali lapisannya yang kudu dikupas dan diselesaikan satu per-satu.
Inti dari semuanya memang berdoa kepada Allah agar semua masalah diringankan, mendidik anak dimudahkan dan anak-anak memiliki iman dan takwa di relung hati mereka.
Mbak orang tua yang lahir dari bashirah itu apa ya aku baru dengar? Memang sebagai orang tua kita juga perlu sekali melibatkan Allah dalam mendidik anak kita ya karena kekuatan doa itu memang luar biasa
Alhamdulillah bersyukur banget suami hadir dalam pengasuhan anak karena kedua anakku laki-laki. Mereka kan butuh sosok teladan kalau laki itu begini . Sayangnya beberapa kali menjumpai ibunya lebih galak daripada si ayah atau hanya diasuh oleh salah satu orang tua (bukan karena single parent yah).
Betul banget janganlah teori perenting melupakan doa…karena pada dasarnya doa punya peran sangat penting di segala aspek kehidupan terutama doa ibu kepada anak.