Pagi hari aktivitas di Rumah Bu Nanik tampak seperti biasa, tampak ricuh. Bagaimana tidak mulai menyiapkan amunisi logistik perut anak-anak dan suami, Ibu yang berusia hampir 35 tahun itu juga harus menyelesaikan urusan domestik rumah sebelum adzan berkumandang. Hingga akhirnya satu persatu penghuni rumah tipe 56/70 itu bangun satu persatu. Meskipun terkadang sang suami membantu beberapa pekerjaan domestiknya selepas Ia pulang dari Pabrik, Ibu Nanik tetap sigap merapihkan seluruh penjuru rumah.
Ketika anak-anak masih terlelap, Ibu sudah rapih memandikan tubuhnya sendiri demi membangun mood menghadapi hari itu. Setiap hari kerja yang dihadapi para pasangan setengah muda. Ibu Nanik dan Suaminya sama-sama bekerja menjadi buruh di kota yang terkenal dengan beragamnya pabrik industri. Beruntung Ibu Nanik memiliki jam masuk kantor yang lebih siang daripada Suaminya, Ia bisa mengantarkan si bungsu ke sekolah terlebih dahulu. Sementara si sulung mendapat jatah antar oleh sang ayah.
Hidangan sederhana dan mengenyangkan sudah tersedia di meja makan yang berukuran 180 cm x 95 cm itu. Di atas meja itu memang sering terjalin cerita tanpa batas.
Nasi putih yang masih mengepul, telur dadar dan sayur tumis kangkung serta 4 potong pisang ambon menjadi sarat keluarga kecil itu beraktivitas. Setelah satu persatu mereka berpakaian rapih, bersama-sama mereka melahap santapan pagi. Setelah selesai menghabiskan hidangan tanpa tersisa, Anak sulungnya terbiasa untuk membantu merapihkan meja dan isinya bahkan untuk mencuci semua peralatan makan tersebut.
Tiba-tiba di tengah gadis sulung yang sedang mencuci gelas-gelas pecah belah itu ia setengah berbisik pada Ibunya yang sedang memegang panci berisi air tumisan kangkung.
“Ibuuu, kondom itu apa sih?” tanyanya, seperti tersambar petir hati sang Ibu mendengar pertanyaan sang buah hati, tentu ini jauh dari apa yang Ia bayangkan.
Eliza kini berusia 10 tahun duduk di kelas 3 Sekolah Dasar di salah satu SD Negeri Favorit di kotanya. kelas si kecil Liza mulai bicara mulai cerewet, berisik. Adalah hal yang wajar karena gelombang otak seusianya memasuki tahap logika. Mereka mulai belajar memecahkan masalah-masalah sederhana, memahami hubungan sebab akibat dan siap menerima tugas-tugas rutin secara bertahap mulai dari yang sederhana seperti mencuci gelas dan piring di pagi ini.
Ibu Nanik hamper-hampir saja ingin melepaskan genggaman tangannya pada panci berwarna putih itu saat mendengar pertanyaan Eliza. Pada tahap gelombang otak anak seusia Eliza (10-11 tahun) menurut penelitian Eric Taylor dan Michael Rutter adalah kondisi alpha, dimana kondisi relaks dan sugestif. Pada usia ini anak-anak seperti Eliza sudah berinteraksi dengan banyak orang di luar keluarganya. Maka nilai-nilai dan keyakinannya mulai dipengaruhi oleh sumber lain selain keluarganya.
Meski Bu Nanik tidak mengenal Eric dan Rutter, tapi Bu Nanik berbekal keyakinannya pada Tuhan yang Menciptakan seluruh dunia dan segala isinya untuk bersikap tenang dalam merespon dalam hidup ini. Terbukti secara empiris selama ini Ia praktikkan dalam kesehariannya.
Entah dari mana Eliza mendapatkan dan mengetahui kata itu. Kata benda, yang membuat Ibunya terbujur kaku mendengarnya. Sesungguhnya akses ke benda tersebut sekarang makin mudah dengan adanya minimarket-minimarket di seluruh kota di Indonesia. Minimarket tersebut biasanya memajang produk-produk tersebut di kasir mereka, kasir dimana menjadi tempat antrian para konsumennya berbelanja.
Di minimarket dengan mesin pendingin ruangan. Mereka satukan pajangan alat untuk orang dewasa itu dengan rak permen dan coklat, agar para anak-anak yang ikut berbelanja dengan para Orangtuanya merengek-rengek meminta barang itu dimasukkan ke dalam keranjang belanja mereka.
Apalagi dengan hadirnya internet keluarga. Intenet bagai pisau bermata dua. Kehadirannya memang dapat memberikan ragam informasi. Namun, positif dan negatifnya pun sama derasnya.
Ini bukan kali pertamanya Eliza menanyakan hal ini. Pernah sekali dua kali Eliza bertanya pada Bapaknya ketika Ikut berbelanja di minimarket, tapi dengan mudahnya mereka mengalihkan pembicaraan ke arah lain bahkan membuat penawaran kesediaannya untuk dibelikan panganan berbahan dasar gula yang sulit ditolak oleh anak-anak seusia Eliza.
Tetapi Kali ini sang Ibu hanya berduaan saja dengan Eliza di depan wastafel cuci piring. “Apa yang harus diucapkan oleh diriku” batinnya. Gadis kecil yang berdiri di atas kursi lantai pendek demi dapat membantu mencuci gelas dan piring masih tertegun menanti jawaban sang Ibu.
Tiba-tiba terdengar suara “Eliza Rahmadani Azzahra, dipercepat ya cuci piringnya, Ayah sudah ditunggu rapat di kantor!” Seru Ayah yang sedang mengenakan kaus kaki sebelah kanannya.
“Baik Ayah” sambut Eliza segera iya membilas semua 4 gelas dan 4 piring yang dari tadi menunggu di wadah tempat cucian piring.
Tanpa bicara banyak, Sesuai meminta salam dan ridhoku untuk pergi menimba ilmu di sekolah yang berjarak kurang lebih 8 kilometer dari rumah, Eliza mengambil tas yang telah diisi bekal makanan dan minuman serta beberapa buku pelajaran sekolahnya.
“Alhamdulillah, aku diselamatkan kembali kali ini, tapi aku harus mencari jawaban yang tepat” gumam Ibu Nanik dalam hati. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat 30 menit, Ia harus bergegas mengenakan kerudung dan seragam pabriknya sementara sang bungsu sudah menunggu sambil duduk dan menonton Televisi untuk diantar ke Taman Kanak-kanak.
**
Cerita ini terinspirasi kejadian di tahun 2013 tentang rencana diadakan Pekan Kondom Nasional. Tercetus juga dari mirisnya penampilan semua minimarket yang memajang alat kontrasepsi ini di kasir yang mudah dilihat oleh anak di bawah umur. Semoga kita sebagai orang tua juga semakin aware dan mempersiapkan diri untuk tahap anak dalam fitrah seksualitasnya. Karena menjadi orang tua adalah pembelajaran seumur hidup.
Itu dia fiksi mini untuk Cerpen IndiHome Internetnya Indonesia dari Telkom Group. Semoga bermanfaat.
Baca tulisan mengenai fitrah lainnya :
Mengenal Fitrah Based Education
Cara Mendidik Fitrah Keimanan Kepada Anak dengan Tenang
Kadang-kadang pertanyaan polos dari si kecil bikin kita bingung memberikan jawaban ya
Buat mereka itu biasa, buat kita puyeng menjawabnya hehe
Anakku waktu kelas 2 SD pernah nanya, “Ibu, selingkuh itu apa?”
Hadeeuuuuuuuuuuh
Btw dengan kemudahan akses internet saat ini, banyak yang bisa kita dapatkan termasuk kensultasi pada ahlinya soal menjawab pertanyaan anak-anak seperti ini
Hemmm, meskipun fiksi tapi memang relate dan masuk akal sih mbak. Btwe, saya tau soal kondom aja pas lulus SMA, sekarang anak SD/SMP pun sudah mulai tanya-tanya. Orang tua yg melahirkan anak negerasi alpa kudu siap-siap yaa.
Setuju banget sih dengan pesan yang disampaikan oleh cerita di atas, menjadi orangtua itu artinya kita menjadi pembelajar seumur hidup. Tantangan mendidik anak makin besar ke depannya. Menarik ceritanya kak, walopun fiksi tapi sangat dekat di kehidupan kita yang anak-anak sekarang cenderung kritis dan punya rasa penasaran yg tinggi.
Jadi orang tua emang harus belajar tiap saat ya, termasuk saat anak-anak bertanya hal-hal yg mengejutkan kayak gini
Duh, saya kebayang peliknya cara ungkapin hal ini ke anak. Kudu belajar terus emang. Akan tumbuh banyak Eliza lainnya, nih. Kecanggihan internet mesti banget disikapi secara bijak demi tujuan kebaikan.
Duh beneran gak kebayang kalo aq yang dapat pertanyaan gitu dari anak q mbak, pastinya langsung gelagapan cari alasan buat pengalihan