Merdeka dari Polusi Udara dan KARHUTLA

Photo of author

By Shafira Adlina

polusi udara“Eh Kemarin lihat kabut ga? Tumben di Bekasi ada kabut.” begitu pesan WhatsApp seorang teman, beberapa hari lalu. Ternyata setelah ditelusuri bukan kabut seperti di daerah puncak tanda suhu dingin membuat uap air. Tetapi karena beberapa minggu ini, daerah JABODETABEK memiliki paparan polusi udara yang tinggi.

Apalagi di Bulan Juli-Agustus ini di mana anak-anak mulai bersekolah, terasa penyakit batuk pilek mulai sering menerpa. Beberapa teman di sekolah juga mulai bergantian dengan penyakit ini. Hal ini juga berlaku pada orang rumah.

Kami bukan satu-satunya yang mengalami dampak negatif dari polusi udara. Di berbagai sudut kota, banyak orang yang juga merasakan gejala serupa. Seolah disiram polusi udara yang kian buruk. Bahkan kita juga melihat langit terlihat kelam dan mengerikan. Rumah sakit penuh dengan pasien yang mengalami masalah pernapasan dan penyakit terkait polusi udara.

karhutla pontianak (kompas)Kesehatan Anak dan Polusi Udara

Senada dengan laporan dari Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) tahun 2022, yang menyebut Indonesia dan global tengah menghadapi tiga tantangan, yaitu; perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Diperkirakan 50-75 persen penduduk dunia berpotensi terdampak kondisi iklim yang mengancam jiwa. Perubahan iklim juga menimbulkan korban jiwa karena polusi udara yang kotor.

Polusi udara mengancam keberlangsungan hidup dan hajat orang banyak. Data Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), polusi udara menyebabkan penyakit dan kematian dini bagi 4,2 juta penduduk dunia setiap tahunnya. Itu angka yang banyak, dan bencana kemanusian yang memilukan.

baca juga: Indonesia dan Kebakaran Hutan

Tidak Hanya di Jabodetabek, Polusi Udara di Daerah Zamrud Khatulistiwa!

Sementara di sisi lain, polusi udara tidak hanya di Jabodetabek, tapi ternyata datang beberapa kota lainnya . Bahkan di PUlau Kalimantan yang mayoritas lahan gambutnya, pulau yang terdapat Zamrud Khatulistiwa.

Kondisi yang sangat memprihatinkan, terlebih dalam musim kemarau seperti sekarang. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara, IQAir, selama sepekan terakhir ini kualitas udara Jakarta terburuk dan sekitarnya kian memburuk, dengan kisaran angka rata-rata 164 poin. Angka tersebut, menurut IQAir, berada klasifikasi udara yang tidak sehat dan bertengger di zona merah.

Kondisi udara yang sangat tidak sehat itu tidak hanya terjadi di Kota Jakarta. Berdasarkan aplikasi Info Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kualitas udara di Pontianak dan Kubu Raya pada Senin pukul 06.00 menyentuh level sangat tidak sehat dengan angka konsentrasi PM 2,5 mencapai 171 mikrogram per meter kubik. Artinya kualitas udara di kabupaten tersebut masuk kategori tidak sehat.

Merujuk situs Kompas, di Pontianak dan Kubu Raya, kabut asap sangat terasa saat menyusuri jalan. Bahkan, abu dari lokasi kebakaran lahan tampak beterbangan di berbagai sudut kota. Kabut asap juga menimbulkan bau yang menyengat. Meski begitu, jarak pandang masih di atas 1 kilometer.

Sampai Kapan Diteror Udara Buruk?

Udara merupakan unsur penting bagi kehidupan di Bumi. Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada kualitas udara yang baik untuk menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup. Akan tetapi, selama beberapa dekade terakhir, fenomena pencemaran udara telah menjadi salah satu tantangan lingkungan utama di seluruh dunia.

Pencemaran udara terutama disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, transportasi, dan pembakaran bahan bakar fosil. Termasuk kebakaran Hutan dan Lahan (KARHUTLA).

Ketua Satuan Tugas Informasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar Daniel menuturkan, pada Senin, terpantau sekitar 1.500 titik panas di provinsi Kalimantan Barat. Banyak banget kan?

Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dan lingkungan semakin diperhatikan, dan pertanyaan muncul: sampai kapan kita akan terus diteror oleh udara buruk?

baca juga: Menguak Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

Saatnya Merdeka dari Polusi Udara: Upaya Pengendalian KARHUTLA

Di tengah gempuran udara kotor ini, sudah selayaknya diambil langkah konkret. Agar masalah yang ga kelar-kelar ini tidak berulang kembali, dan menjadi momok yang menyeramkan.

Pertama, PENCEGAHAN

Penanganan kebakaran hutan dan lahan yang paling efektif adalah dengan melakukan pencegahan sebelum terjadinya kebakaran. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan sosialisasi terkait bahayanya kebakaran hutan, merevisi peraturan perundangan yang berkaitan dengan pemberian perizinan di lahan gambut, serta pengamatan titik rawan kebakaran yang lebih intensif.

Kedua, PEMADAMAN

Proses pemadaman dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

  • Pembuatan sekat bakar, yakni jalur yang dibersihkan dari bahan bakaran yang sengaja dibuat di wilayah yang rawan terjadi kebakaran untuk mencegah penyebaran api apabila terjadi kebakaran;
  • Pemadamanmanual dengan mobil pemadam kebakaran dan tangki air;
  • Water bombing, yakni menjatuhkan bom air dari helikopter untuk memadamkan api;
  • Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan cara penyemaian garam untuk menciptakan awan hujan di atas area yang terbakar.

Ketiga, PENANGANAN PASCA KEBAKARAN

Penanganan pasca kebakaran adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang meliputi inventarisasi, monitoring dan evaluasi serta koordinasi dalam rangka menangani suatu areal setelah terbakar. Penanganan pasca kebakaran dapat dilakukan dengan pembuatan kebijakan mengenai restorasi gambut, melakukan restorasi gambut (rewetting, revegetation, revitalitation) yang telah terdegradasi serta monitoring.

Penutup

Yuk Mari sebarkan terus awareness tentang pentingnya lahan gambut. Mari kita konsisten menyuarakan isu perlindungan lahan gambut agar mendorong komitmen Pemerintah agar serius dalam Pengelolaan dan Perlindungan lahan gambut. Semoga bermanfaat, salam.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page