Tangan mungil anak sulungku membawa buku cerita berjudul “Rainforest Explorers” ke tas sekolah Taman Kanak-Kanaknya yang berwarna kuning. Saya bertanya padanya kenapa buku itu dibawa ke sekolah, apakah ada tugas membawa buku cerita atau bagaimana. Ternyata tidak. Hanya ingin bawa saja untuk dibaca di sekolah.
Lebih dari satu minggu ketertarikannya pada alam dan satwa-satwa hutan sedang membuncah. Ada beberapa buku cerita yang ia gemari sedapat saya belajar bersama ecobloggersquad dan hutaniniid yang memberi hadiah buku bacaan tentang hutan.
Anak laki-laki yang di bulan Agustus akan menginjak umur 7 tahun itu bertanya saat kami sedang membaca berita kebakaran hutan, dan ia tak sengaja melihat polisi hutan yang berupaya memadam kebakaran tersebut.
“Kenapa hutannya dibakar Mah?”
“Hutannya dipakai untuk berkebun, jadi dibakar biar cepat rata. Ada juga yang dibuka untuk perumahan, ada juga karena cuaca dan sebagainya.”
“Kok bisa sih Mah, orang ngebakarin hutan? Kan kasian hewan-hewannya.”
…..
Bukan rahasia lagi bahwa hutan hujan tropis Indonesia termasuk yang terluas. Jika diurutkan, hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi Kongo (dulunya Zaire). Hutan-hutan ini jelas yang membuat ekologi Indonesia memiliki kekayaan hayati yang unik. Indonesia sebagai habitat beragam flora dan fauna memiliki fungsi menjaga keseimbangan lingkungan, membantu penyerapan karbon (paru-paru dunia) dan memberikan pengaruh iklim mikro bagi sekitar.
Kebakaran Hutan dan Lahan Indonesia
Bukan lagu baru juga kita mendengar kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Setiap tahunnya pasti kita mendengar berita kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan pada tahun 2019 lalu, seluas 1,6 juta hektar hutan/lahan di Indonesia terbakar. Atau lebih dari setengah luas provinsi Jawa Barat.
Peristiwa kebakaran hutan juga menjadi agenda tahunan Indonesia, karena banyaknya potensi titik api dan letak geografis Indonesia yang berada pada khatulistiwa. Saya teringat dengan salah satu teman yang kukenal dan merantau di Riau. Lebih dari 7 tahun di sana ia belajar bahwa kabut asap akibat kebakaran hutan menjadi acara tahunan, bahkan bisa menjadi lebih sering frekuensi kejadiannya. Jika kita di sini memakai masker saat pandemi, ia dan warga Riau sudah terbiasa sebelum adanya pandemi.
Kebakaran atau Pembakaran Hutan/Lahan?
Kebakaran hutan adalah suatu kejadian dimana api melahap bahan bakar bervegetasi, yang terjadi di dalam kawasan hutan dan menjalar secara bebas dan tidak terkendali. Istilah kebakaran dan pembakaran terkadang salah ditafsirkan.
Sederhananya, kebakaran identik dengan kejadian tidak disengaja, sedangkan pembakaran adalah kejadian yang sengaja diinginkan. Data yang diberikan Auriga Nusantara sepanjang tahun kebakaran berulang jauh lebih banyak daripada kebakaran baru.
Kebakaran hutan merupakan pembakaran yang penjalaran apinya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan (serasah, rumput, ranting dan cabang)- Saharjo (2003).
Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia sering digeneralisir sebagai kebakaran hutan alami, padahal sebagian besar merupakan pembakaran yang sengaja dilakukan oleh kesalahan manusia. Banyak pembakaran yang sengaja dilakukan untuk menyiapkan lahan tapi menjadi tidak terkendali, atau terjadi kelalaian, baik oleh peladang berpindah atau pelaku bisnis kehutanan atau perkebunan. Hanya sedikit jumlah kebakaran hutan yang terjadi karena alamiah, seperti petir, larva gunung api, atau gesekan kayu (Panji, 2014).
Dilansir dari Earth Eclipse, sebesar 90 persen kebakaran disebabkan oleh ulah manusia dan sisanya sebab alamiah.
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
#1. Kerugian Ekonomis
Dampak kebakaran yang pasti akan dirasakan kita adalah kerugian ekonomis yaitu hilangnya manfaat dari potensi hutan. Sederhananya mulai dari sumber kebutuhan bahan bangunan seperti kayu, bahan makanan dan obat-obatan serta protein hewani juga rekreasi pasti berkurang.
#2. Kerugian Ekologis
Kerugian berikutnya adalah kerugian ekologis yaitu berkurangnya luas wilayah hutan.
Secara langsung saat kebakaran hutan berdampak pada hilangnya vegetasi flora dan fauna hutan. Tentu saja ini langsung mengganggu ekologi sekitar.
Kebakaran juga mengakibatkan musnahnya bahan baku industri berupa kayu dan nonkayu, mencemari udara dengan asapnya, serta mengakibatkan lahan kritis akibat terbakar karena terjadi kerusakan secara kimia, fisika dan biologi. sehingga udara bersih yang dihasilkan vegetasi hutan akan hilang serta hilangnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pencegah terjadinya erosi.
#3. Kerugian Kesehatan
Kebakaran hutan menghasilkan gas CO2, CO, CH4, N2, NH3, N2O, dan NO. Selain berakibat buruk pada pernafasan, gas-gas ini juga menambah jumlah gas rumah kaca yang mengarah pada terjadinya perubahan iklim serta memicu turunnya hujan asam.
Saat pemaparan di virtual meeting bersama Auriga Nusantara, Ka Cecil menjelaskan bahwa 24 orang meninggal dunia, 600.000 jiwa terjangkit ISPA (Kebakaran 2015). Selain itu ada 6025 warga menderita ISPA, sejumlah bayi menderita batuk, flu, sesak nafas bahkan muntah.
#4. Kerugian Pendidikan
Tidak pernah terbayang kan dari kebakaran hutan bisa menjalar ke sektor pendidikan. Auriga menjelaskan juga ada 1,5 juta peserta didik mengalami ketertinggalan pelajaran di kebakaran tahun 2015. Lebih dari 46.000 sekolah memiliki kualitas udara buruk (UNICEF, kebakaran 2019).
Bagaimana dampak kebakaran hutan dan lahan secara global?
Dampak global dari kebakaran hutan dan lahan yang pasti langsung dirasakan adalah pencemaran udara dari asap yang ditimbulkan mengakibatkan gangguan pernapasan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dampak kebakaran hutan juga telah mempengaruhi hubungan antarnegara. Polusi udara yang dihasilkan dari kebakaran di Sumatera dua tahun ke belakang telah mengundang protes dari negara-negara tetangga.
Peristiwa kebakaran hutan yang terjadi di negeri kita ini juga ternyata mengirim asap ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam serta mengancam terganggunya hubungan transportasi udara antar negara pada tahun 1997 – 1998 dan 2002 – 2005.
Pemerintah kita sempat meminta maaf kepada mereka atas kiriman asap tersebut, namun hal ini justru mengundang protes yang menganggap perbuatan itu seolah merendahkan harga diri bangsa. Padahal kalau dipikir selama ini udara yang mereka hirup juga merupakan hasil dari keberadaan hutan Indonesia. Ya harusnya negara-negara tetangga juga bisa membantu investasi untk restorasi hutan agar mereka bisa mendapat pasokan udara segar kembali.
Tujuan Semu Pembakaran Hutan
Industri dan masyarakat menganggap pembakaran hutan adalah cara yang cepat dan hema dalam menyiapkan lahan dan keperluan lainnya.
Hanya saja pembakaran ini lebih banyaaaaaaaaaaak
menimbulkan efek negatifnya dibanding yang diperkirakan. Seperti yang dijelaskan di aats, dampak negatif dari kebakaran hutan sangatlah banyak dari sisi kesehatan, ekologi hingga pendidikan. Untuk mengurangi risiko ini daripada melakukan pembakaran sebaiknya melakukan penebangan secara langsung, baik dengan teknik manual maupun menggunakan alat berat.
Sebetulnya kebakaran hutan terjadi dengan benar, tentu ada beberapa dampak positif yang ada. Dampak positif tersebut adalah memusnahkan hama dan penyakit, meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi potensi ‘bahan bakar’, dan meningkatkan kandungan fosfor dalam tanah. Namun yang sering terjadi adalah api menjalar tidak terkendali sehingga justru menghasilkan kerugian yang besar.
Pencegahan dan Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan
Upaya pencegahan kebakaran disebutkan dalam PP No. 45 tahun 2004 mengenai perlindungan hutan. Di pasal 20 tersebut tertera,”Untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, dilakukan pengendalian, pencegahan, pemadaman, dan penanganan pasca kebakaran”.
Pencegahan kebakaran dilakukan dengan pengurangan bahan bakar (Hazard Reduction), yaitu mengurangi kemudahan bahan bakar untuk menyala, dan pengurangan sumber api (Risk Reduction), yaitu mengurangi kemungkinan penggunaan api untuk menimbulkan kebakaran.
Kegiatan pencegahan kebakaran dapat dimulai dengan pelaksanaan 3E: Education, Enforcement, dan Engineering.
- Edukasi berupa kegiatan untuk memberikan kesadaran pada masyarakat bahwa kebakaran hutan merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan.
- Enforcementdapa dilakukan dengan pelaksanaan undang-undang dan kebijakan pemerintah. Sayangnya, sistem hukum dan kebijakan yang ada masih sangat lemah. Perijinan pembukaan wilayah dan pengalihfungsian hutan di Indonesia tergolong mudah.
- Terakhir, aspek Engineering merupakan upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran dan penerapan teknologi. Teknologi yang sampai saat ini sudah diterapkan adalah pesawat pemadam dan rekayasa cuaca dengan formulasi garam untuk memindahkan hujan. Juga membuat parit atau alur supaya kebakaran tidak menyebar, serta menanam dengan jenis yang lebih dari satu dan member jarak antar tanaman supaya kebakaran tidak mudah meluas.
Kementrian lingkungan hidup dan kehutanan mempunyai komitmen untuk kembali melakukan rehabilitas pada lahan-lahan terdegradasi ataupum pasca terjadi kebakaran. Sejak sekitar tahun 2014 salah satunya dengan program penanaman sejuta pohon.
Program penanaman ini memang benar berjalan dan telah memenuhi target penanaman, tapi jumlah pohon yang terpelihara sampai sekarang belum dapat dipastikan secara detail.
Bahkan sampai 2021, beritanya masih banyak bibit-bibit pohon dibagikan di desa-desa di daerah pegunungan, meskipun realisasi di lapangan tidak semulus itu. Aspek pemantauan untuk pemeliharaan masih kurang dalam program ini. Selain itu, hutan sejatinya merupakan kumpulan pohon-pohon. Kalau pohon-pohonnya tidak berkumpul, bagaimana bisa menjadi hutan?
Indonesia sebenarnya memiliki polisi hutan, organisasi tim pemadaman kebakaran Untuk menjaga kelestarian hutan. Nama kesatuannya adalah tim Manggala Agni yang dibentuk 13 september 2002.
Belum lagi, tantangan bahwa kebakaran hutan tergolong kasus yang sulit diselidiki. Tinggal menyulut api dengan korek, lalu api melahap segalanya tanpa meninggalkan barang bukti. Meskipun sulit, bukan berarti tidak bisa ya. Pada kebakaran terakhir di Riau misalnya, kepolisian daerah telah menangkap 40 orang tersangka pelaku pembakar dan satu perusahaan telah menjadi tersangka,wow.
Hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kerugian akibat kebakaran hutan antara lain menambahkan keragaman jenis tanaman di suatu area. Selain itu kita juga dapat turun tangan melakukan penghijauan, terutama pada lahan-lahan kritis yang perlu direboisasi.
Langkah-langkah peduli lingkungan lain juga secara tidak langsung membantu melindungi hutan kita, karena usaha tersebut berpengaruh pada berkurangnya efek pemanasan global yang menaikkan suhu bumi sehingga menjadi potensi panas untuk kebakaran hutan. Mengurangi pembakaran sampah, tidak membuang sampah sembarangan, serta menggunakan kertas bekas atau daur ulang. Mengurangi pemakaian plastik dan wadah sekali pakai.
Mari hidup hemat energi dari sekarang, lakukan langkah konkrit dari diri sendiri seperti menghemat penggunaan bahan bakar, menyetel pendingin ruangan pada suhu optimum (250C), mematikan peralatan listrik jika tidak digunakan. Terakhir, kalau kalian blogger ataupun pembuat konten dimanapun, yuk kita suarakan tentang kebakaran hutan dan menjaga lingkungan ini.
Penutup
Sekitar 50 tahun yang lalu, tidak ada yang membayangkan bahwa kita harus mengeluarkan uang untuk membeli air minum. Jika tidak ada upaya yang sungguh-sungguh untuk menekan angka deforestasi hutan Indonesia, mungkin 40-50 yang akan datang kita pun harus membayar untuk oksigen yang kita hirup.
Mari KITA JAGA hutan KITA untuk KITA!
Sumber referensi :
- Virtual meeting #EcobloggerSquad bersama Auriga Nusantara “Fakta Kebakaran Hutan dan Lahan Indonesia”
- Catatan Diskusi Klub Energi dan Lingkungan “Kebakaran Hutan” oleh : Arya Panji Wicaksono –2016
Masalah kebakaran hutan dan lahan ini masih jadi PR terberat Indonesia ya, apalagi paru-paru dunia ada di hutan Indonesia, di Kalimantan. Bayangin kalau semua hutan habis terbakar, di mana lagi penyuplai oksigen bisa didapatkan, selain itu ada banyak sekali kerugian jika masalah ini ngak bisa ditanggulangi.
Tiap kali baca tentang kebakaran hutan selalu sedih. Bukan hanya kumpulan pohon yang hilang tapi juga sebuah ekosistem. Banyak binatang yang kehilangan rumah. Akibatnya menyerbu pemukiman sekitar, manusia juga yang dirugikan. Semoga pemerintah bisa makin serius menangani ini, kita juga bisa ikut andil dari hal-hal yang sederhana.
Semoga segera ada solusi terkait pembakaran hutan ini ya. Sedih kadang melihat hutan yang dibakar dengan sengaja seperti ini hanya untuk membuka lahan. Banyak banget kerugian yang harus ditanggung dibanding manfaatnya.
Senang sekali putranya sudah sedemikian kritis berpikir tentang kebakaran hutan berkat buku yang dibacanya, Mbak…Memang edukasi dan sosialisasi untuk mencegah makin buruknya kerusakan hutan perlu lebih masif lagi dilakukan. Reminder bagi blogger ataupun seperti saya untuk menyuarakan tentang kebakaran hutan dan menjaga lingkungan.
Dampak dari kebakaran hutan ini tidak tanggung -tanggung ya. Tidak hanya Hatta tapi juga jiwa. Semoga hutan kita ini semakin baik lagi… Aamiin…
Masyaa Allah anaknya kritis banget Mba, dan tertarik pada hal-hal baru yang mungkin bagi anak seusianya itu topik yang berat. Kebakaran hutan memang tiap tahun menjadi agenda di negeri ini. Saya juga bingung, kenapa tiap tahun kayak ga ada usaha untuk mencegahnya. Jadi kayak agenda rutin gitu. Saya pernah tinggal di Sumatra, dan sekolah diliburkan karena kebakaran hutan. Semoga ada solusinya y Mba..
Suka kasian liat hutan dibabat habis untuk kepentingan banyak manusia. Harus ada defortase di mana-mana. Semoga saja esok semua bisa lebih baik dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam
Bareng² kita edukasi publik supaya makin semangat menjaga dan merawat hutan..
Karena ini demi masa depan anak cucu kita juga.
Kebakaran hutan mmg perlu perhatian khusus dan ekstra nih. Perlu kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. krn ini adlh mslh bersama
Sedih tiap kali baca tulisan tentang kebakaran hutan yang sengaja dibakar untuk membuat lahan. Andai punya power mutlak untuk menghentikan semua kebakaran hutan, hmm… Udah speechless sih
Miris banget mengetahui fakta tentang kebakaran hutan dan lahan ini ya mbak
Ternyata penyebabnya paling banyak adalah ulah manusia ya
Sedih
sedih tiap ada berita kebakaran hutan, tapoi kayak gak bisa apa-apa, ada solusi untuk kita yang jauh kak untuk membantu?
ga bisa bayangin saya kalau kita nantinya beli oksigen kak, kalau ga bisa beli bagaimana, duh ngeri
mengambil peran dari yang kita bisa dulu aja untuk mengurangi pembakaran hutan yang dilakukan secara liar
Kalau gak ada hutan, bagaimana dengan stok oksigen di bumi? Semoga semakin banyak manusia menyadari pentingnya alam.
It’s true.
Tujuan semu dari pembakaran hutan dan lahan ini sungguh miris sekali.
Semoga ada jalan keluarnya untuk banyak pihak bahwa tidak perlu lagi merusak lingkungan dan ekosistemnya demi memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Sedih kalau udah lihat berita kebakaran hutan. Tambah ngeri ngelihat mereka yang di titik kebakaran sampai kesulitan bernapas
Setuju sama subbab yang dampak semu kebakaran hutan. Karena yang memberi manfaat adalah kebakaran yang “terkendali”. Soalnya ada lho salah satu cara mengurangi kebakaran hutan dengan cara membakar (sisi lainnya) hutan.
Masya Allah kakak pinter.. sukak baca buku dan suka belajar hal-hal baru.. apalagi sukak sama buku, udah jarang banget yang bisa begitu. Semoga kakk Istiqomah selalu hingga dewasa kelak 😊✨
Aku masih belum bisa terima lho, mengapa ada orang buka lahan dengan cara membakar hutannya. Tapi begini kenyataannya ya. Terkadang diperlukan juga tindakan seperti itu untuk menyelamatkan yang lainnya.
Sebenarnya saya bingung dengan sekelompok orang yang membakar hutan itu apa ga mikir ya kalau dampaknya suatu saat bisa menimpa anak cucunya. Apalagi kalau kebakaran hutan sampai timbul korban jiwa.