Sebuah hadist yang terkenal mengenai memuliakan orang tua. Hadist ini begitu terkenal karena banyaknya yang mengutipnya. Hadistnya berbunyi sebagai berikut :
“Wahai Rasulullah, Siapakah di antara manusia yang paling berhak aku berbuat baik kepadanya?” Rasulullah Saw menjawab “Ibumu”.
“Kemudian siapa?” Tanyanya lagi, “Ibumu” Jawab Beliau
Kemudian orang itu bertanya “Kemudian siapa” “Ibumu” Kemudian orang itu bertanya lagi kemudian siapa?
“Kemudian Ayahmu” Jawab Rasulullah.
Dari uraian salah satu ayat Alquran dan Al hadist di atas, Kita dapat melihat betapa Rasulullah mengajarkan kepada Kita untuk memuliakan Orang tua khususnya orang yang mengandung dan melahirkan. Ibu, Bunda, Mamah.
Penyebutan lebih dari satu kali dalam hadist tentu bukan tanpa makna. Pemaknaan yang luas terhadap apa yang pernah beliau sampaikan lebih khusus kepada urusan kepatuhan anak kepada Mamah, menjadi kewajiban tersendiri mengingat Mamah adalah sosok yang sangat berperan dalam kehidupan si anak dari masa kehamilan, kanak-kanak, hingga dewasa.
Belajar dari Kisah Orang Lain
Ustadz yang terkenal suka mengkaji tentang tauhid, Ustad Abdullah Gymnastiar pernah bercerita dalam salah satu kajiannya.
Alkisah diceritakan ada seorang anak muda yang berkeluh kesah atas perilaku orang tuanya. Khususnya tentang Mamahnya.
Ia merasa terdzholimi memiliki Mamah sepertinya (naudzibillah). Ia merasa betapa kuno Mamahnya, betapa ia tersiksa oleh Mamahnya dalam kacamatanya sebagai anak.
Ia merasa merasa teraniyaya. Ia mengeluhkan itu semua kepada seorang Ustadz.
Dengan tenangnya Ustad itu menanggapi anak itu dengan berucap,
“Nak…coba tulis, apa apa saja yang kamu keluhkan tentang Mamahmu”
Tanpa ragu anak tersebut menulis keluhan keluhannya di secarik kertas bahwa Mamah itu pemarah, Mamah itu pelit, tukang ngomel, kurang perhatian, dan sebagainya..
“Sudah?” tanya sang Ustadz.
“Sekarang Nak…coba sekarang tulis jasa-jasa pengorbanan Mamahmu yang telah dilakukannya untukmu, tulis dengan jujur” sambung sang Ustadz.
Ketika ingin menuliskannya, sang anak hanya termenung, kemudian Ia mulai berpikir, berpikir lebih dalam. Ia pun membatin seorang diri.
Dulu ketika diri ini masih dalam kandungan. Diri ini sangat merepotkan di perut Mamah. Ketika masih di dalam perut, diri ini sangat bergantung padanya. Menghisap darahnya selama 9 bulan.
Diri ini banyak membuat Mamah sulit secara fisik. Sulit untuk berdiri, berjalan apalagi berbaring pun sulit. Bahkan saat 3 bulan pertama saya hadir di perutnya pun membuatnya mual sehingga Ia sulit makan.
Saat di ujung kelahiran, diri ini pun membuatnya berada di pertengahan antara hidup dan mati dengan sakit tiada terperih.. tapi Ia tetap rela anaknya terlahir.
Ketika bersimbah darah dalam keadaan baru terlahir, satu persatu jari dihitung olehnya, dilihat satu satu kelengkapan anggota tubuh, dibelainya tubuh mungil ini di atas rasa sakit yang rasakan, Ia tersenyum ikhlas melihat anak yang baru dilahirkannya, Mamah menyangka akan lahir anak yang sholeh sholeha yang akan memuliakannya.
Sewaktu kita masih bayi, kita belum bisa mengenal siang dan malam. Terbaring, tidur sesuka kita, sementara Mamah Kita hampir tidak tidur semalam suntuk bahkan seakan tak rela membiarkan seekor nyamuk menghisap darah kita.
Begitu kita beranjak balita, Mamah bangga memamerkan Kita ke tetangga walaupun merepotkan. Berhutang sana sini, berupaya sekeras mungkin agar Kita dapat memakai sepatu dan pakaian layak. Ketika beranjak sekolah. Ayah dan Mamah bekerja keras membanting tulang untuk dapat menyekolahkan kita seperti anak-anak yang lain.
Semakin hari, kita beranjak semakin besar, mata kita semakin sinis kepada Orang tua kita. Kata-kata seakan menjadi pisau yang mengiris hatinya, terkadang pintu dibanting, atau menyuruh seperti pesuruh yang tidak layak dihormati. Bahkan sekedar senyuman untuk mereka kita jarang dilakukan oleh kita, apalagi salam, tak sedikit orang yang malah gengsi salam dengan Orang tuanya.
Ketika sang
anak terus menuliskan semua pengorbanan orang tuanya, khususnya saat pengorbanan sang Mamah tanpa sadar ia telah meneteskan air mata.
Kenanglah Pengorbanan Orang tua
Cara memuliakan orang tua sangat penting, di awali dengan kita mengenang apa saja pengorbanan orang tua kita. Memang orang tua kita tidak seideal apa yang kita inginkan, tidak akan seperti sempurna sama apa yang dicontohkan Rasul dengan istrinya. Tetapi kita harus selalu ingat, orang tua kita adalah orang tua yang terbaik untuk kita.
Kelebihan-kelebihan Orang tua Kita yang harus Kita syukuri. Sementara kelemahan mereka, Kitalah yang harus berada di barisan terdepan untuk membantu Orang tua Kita agar bisa luput dan selamat dari kehinaanya dan kekurangannya selama ini.
Pengorbanannya Tak Sebanding
Tak sebanding, tak akan pernah sebanding dengan apa yang Kita lakukan saat ini untuk membalas jasa kedua orang tua kita. Pengorbanan Orang tua kita, khususnya Mamah kita yang diuraikan di atas dapat kita rasakan sendiri, tak akan pernah sebanding untuk digantikan dengan apapun. Bahkan jika kulit tubuh Kita dikupas pun tak akan bisa menandingi perih pahitnya curahan pengorbanan- pengorbanan bahkan penderitaannya.
Itulah sebabnya mengapa anak yang durhaka kepada Orang tuanya, di dunia ini saja sudah dapat merasakan penderitaanya. Maka dari itu, tidak jarang kita mendengar bahwa betapa laknatnya kemurkaan Allah dengan anak yang durhaka kepada Orang tuanya. Bahkan kenapa kisah malin kundang itu muncul ke permukaan masyarakat dahulu karena kita sepakat bukan tidak ada yang mengatakan pantas air susu dibalas air tubah. Sungguh pengorbanan Orang tua Kita adalah hutang.Walaupun dibalas nyawa, tidak akan terbayar.
Berhati-hatilah dengan ucapan kepada orang tua
Anak-anak yang durhaka, yang tidak memuliakan orang tua, dapat terlihat dari ekspresi raut muka saat memandang Orang tuanya masing-masing, dilihat dari kasar perkataannya. Padahal jelas berkata “ah, uh” atau seperti membantah saja sudah dilarang apalagi menghardik berperilaku keras dan kasar. Hal ini jelaslah terlarang dalam Islam. Salah satu memuliakan orang tua dengan menjaga ucapan kita terhadap mereka.
Jagalah Sikap Kita untuk Memuliakan Mereka
Dilihat dari sikapnya, kerap ada yang menunjuk Orang tuanya dengan telunjuknya sendiri, jelas perbuatan ini tidak sopan. Islam mengajarkan begitu santunnya kepada orangtua, Imam Ali ketika ingin pergi ke masjid, di perjalanannya Beliau berpapasan dengan Orang tua, Orang tua berada di depan jalannya dan berjalan lebih lambat dibanding dirinya. Walaupun berbeda agama dengan Imam Ali, Ia tetap menunggunya, membiarkan Orang tua itu berjalan terlebih dahulu, begitulah etikanya. Bayangkan Itu kepada orang lain, beda agama Apalagi kepada orang kandung sendiri?
Jagalah sikap kita untuk memuliakan orang tua. Ada beberapa hal lalai yang sering kita jumpai dalam memuliakan orang tua.
Kikir dalam Memuliakan Orang Tua
Contoh lain yang sering kita jumpai ada anak yang kikir memuliakan Orang tua. Kenapa disebut kikir? karena ia memiliki kecukupan (secara harta) ketika orangtuanya sudah jompo, ia serahkan begitu saja Orang tuanya kepada panti jompo.
Aa Gym pernah menyebutkan bahwa ini adalah perbuatan tercela. Kenapa? Karena sedari kecil Kita telah meyusahkan. Alih alih banyak orang sekarang yang beralasan bahwa Ia memuliakan orang tua. Karena mereka juga membayar iuran di panti jompo.
Astagfirulloh. Apakah sama dengan kasih sayang mereka merawat kita tanpa tapi, tanpa harus dititipkan pada panti?
Memaki Orang Tua Sendiri
Apakah teman pernah mengalami semasa kecil menyebutkan nama orang tua dianggap aib? Apalagi ditambah memaki.
Tentu itu dilarang oleh agama. Dengan memaki orang tua orang lain yang menyebabkan orangtua kita dimaki. Apa artinya? Karena dengan hal tersebut setiap kita memaki orang tua orang lain hal itu yang akan mengundang orang lain untuk memaki orang tua kita.
Berbuat baiklah kepada Orang tua
Sahabatku sekalian, beruntunglah kita yang masih memiliki orang tua yang masih hidup. Karena kalau Orang tua sudah terbungkus kain kafan mana mungkin kita tidak dapat mencium kedua tangannya, apalagi memandang wajahnya.
Marilah mulai dari sekarang, detik ini juga kita bertekad memperbaiki diri lebih baik lagi, minimal tidak menimbulkan kesakitan hati lagi, menorehkan luka di hati mereka.
Syukur Alhamdulillah jika kita sudah dapat menyenangkan atau membawa manfaat, tidak hanya di dunia tetapi juga di akherat.
Pada ceramahnya, Aa Gym mengingatkan bahwa bagaimanapun kondisi dan keadaan orang tua kita. Darah dagingnya melekat di dalam diri kita. Jika mereka belum masuk islam, kitalah yang harus berjuang agar mereka mendapatkan hidayah. Jika mereka bergelimpang dosa, kita jugalah yang harus berjuang keras agar diampuni Allah. Apapun kondisinya, tetap akhlak pada orang tua harus mulia.
Kalau memang mereka belum taat, kitalah yang sudah mengenal agama yang harus menunjukkan, membuktikan akhlaknya seseorang yang beragama islam itu seperti apa.
Penutup
Ada sebuah kisah tentang bakti sang anak pada orang tua yang disampaikan Aa Gym :
Pada suatu keluarga, didapati seorang ayah yang gemar berjudi dan bermaksiat mempunyai beberapa anak. Sang anak bungsunya sangat sholeh, ya Rahasia Allah mungkin masih terjaga dari doa-doa para pendahulunya. Sedang saudara-saudara yang lain masih jauh dari Allah.
Suatu ketika sang Ayah terserang penyakit, yang maaf agak menjijikkan… lambat laun anak-anak dari Ayah ini meninggalkannya satu persatu…beda dengan sang Bungsu, tetap setia merawat dan menemani sang Ayah dalam kondisi apapun.
Sampai suatu ketika sang Ayah menanyakan,
“Nak kenapa kamu masih menemani Ayah? Padahal saudara2mu yang lain sudah meninggalkan Ayah..”
“Ayah, karena hal ini yang diajarkan oleh agama saya, untuk memuliakan Orang tua.” Jelas si Bungsu
“Jadi inikah yang disebut anak sholeh?”
“Tidak Ayah, Jauh…Jauh dari ini… saya hanya masih belajar untuk menjadi anak sholeh, untuk berbakti”
Seketika berlinanglah kedua mata Ayah ini dan memeluk si Bungsu ini, kemudian Ia membaca 2x kalimat syahadat karena telah mendapatkan hidayah.
Marilah kita tutup tulisan ini dengan doa
Dengan segala keterbatasan, yang benar datang dari Allah. Semoga kita semua dapat memuliakan orang tua kita, baik yang masih hidup di dunia maupun tidak.
Salam, semoga bermanfaat.
Kalau sudah ngomong soal orang tua pasti bawaannya mellow, deh. Masih banyak perilaku saya yang harus diperbaiki.
Harus banget memuliakan orang tua itu, apalagi kalau sudah nggak ada. Siapa lagi yg mau mendoakan mereka kalau bukan anak2'y di dunia? Ingat terus pengorbanan mereka dan semua yg udh d lakuin dari kita kecil..
Selalu pingin nangis kalau ngebahas tema bakti pada orang tua. Karena suka ingat ibu almarhumah
Terhanyut saat membaca tulisan, Mbak. Teringat dengan orang tua yang berada di tanah air. Semoga Allah menjaga orang tua kami dalam ketenangan, kesehatan serta keimanan..Aamiin.
Terima kasih, Mbak. Tulisan ini menjadi pengingat bagi saya.
Benar sekali mbak, sampai kapanpun kita tidak akan pernah bisa membalas pengorbanan orang tua. Maka dari itu kita wajib memuliakan mereka. Jangan sampai perkataan kita melukai perasaan mereka. Kita harus bisa membahagiakan dan memberikan yang terbaik buat mereka..
Terima kasih mbak telah diingatkan kembali dengan hal baik ini. .
Ah jadi ingat almarhum orangtua. Masih banyak yang belum saya lakukan untuk mereka.
Masyaallah memuliakan orangtua memang sangat penting. Bayangkan jika kita tua nanti pasti juga ingin dimuliakan oleh anak2 kita.
Yup bener.orantua juga manusia ada aja masalah yg bikin mereka stress dan pusing.karena gak bisa cerita sama anak jadi kita gak tau masalah yang membuat mereka bertindak aneh
memang ya mba, mau bagaimana pun orangtua kita, ya kita harus bisa tetap memuliakan orangtua. kita kan gak bisa memilih orangtua juga. makasih mba pengingatnya.
Terima kasih mbak ina sudah mengingatkan saya dengan tulisan ini😔😭 saya memang jarang memulai komunikasi saya dengan orang tua karena sudah capek mengurus anak²😭 tapi orang tua yang selalu memulai komunikasi itu lewat vidcall
Masya Allah, pengingat banget buat saya nih tulisannya. Semoga masih ada waktu membalas kebaikan orangtua, walau ga akan bisa sebanding. Makasih, mba
Terkadang memang kita baru merasakan perih dan sedihnya hati Orangtua justru ketika kita sendiri telah menjadi Orangtua. Seperti saya yang baru bisa memaafkan Orangtua ketika sudah beranjak dewasa, sebesar apapun kesalahan dan kekhilafan mereka, meski pernah menjadi trauma masa lalu. Karena kadang mereka lupa bahwa anak juga sebenarnya tau apa yang baik hanya saja sulit terbuka dengan Orangtua, dan kadang Orangtua sendiri sibuk menuntut haknya untuk di hormati dan disayangi oleh anaknya tapi lupa memberikan kewajibannya.
Saya yakin apapun yang telah Orangtua lakukan entah itu baik atau buruk, semuanya memiliki alasannya sendiri yang didasari rasa sayang ke anak, dan sebenarnya gak ingin anak mengalami sesuatu yang buruk (sebenarnya).
Subhanallah… sedih euy… saya sudah jadi anak yang berbakti belum ya…. 🙁
Sempat baca berita ada beberapa kasus anak melaporkan orang tuanya ke polisi, saya kok sedih banget bacanya. Naudzubillah… semoga kita dijauhkan dari sikap-sikap mendurhakai kedua orang tua kita. Aaamiiin
Ini pengingat banget, semoga saya nantinya termasuk anak yang soleh untuk orang tua saya dan semoga anak-anak saya jadi anak-anak yang soleh untuk saya dan suami
Jadi kangen dengan petuah-petuah Aa Gym yang pastinya menyejukkan. Sudah agak lama tidak menyimak kajian beliau. Dan nasihat untuk berbuat baik pada orang tua pasti tetap kita butuhkan. Semakin kita butuhkan malah karena saat ini yang sudah jadi orang tua akan mengerti bagaimana perjuangan ortu itu. Terima kasih remindernya, Mbak
MasyaAllah, terima kasih untuk tulisan ini, Mbak. Buat beberapa anak mungkin agak sulit memuliakan orang tua, bukan karena dia anak durhaka, tapi karena orang tuanya toxic. Tapi ya sesuai tuntunan agama, sudah kewajiban anak memuliakan orang tua. Sebagai ibu pun sekarang saya berusaha memantaskan diri agar kelak anak-anak menyayangi saya bukan sebagai kewajiban semata tapi karena memang mereka mencintai saya.
Jadi pengin peluk ibuku erat-erat saat baca artikel ini mba. Sungguh masih jauh dari kurang ya bakti kita pada orangtua. Ga bisa dihitung deh pengorbanan orangtua kita untuk membesarkan kita hingga bisa menjadi seperti sekarang.
kata ibuku, nanti kalau aku jadi orangtua bakalan ngerti gimana rasanya. tapi nggak tahu kenapa, setelah jadi ortu kok makin banyaak konflik sama mereka. terutama soal pengasuhan. ini kok jadi masalah sensitif banget. jadi bingung sendiri harus gimana.
Ngerasain jadi orang tua, membuat paham gimana ayah dan ibu dulu mengurus diri ini. Ketika melahirkan sempat nangis. Membayangkan sakitnya ibu saat melahirkanku dulu. Melihat suami pontang panting cari makan buat anak, jadi ngerti gimana ayah dulu nyari sesuap nasi.