Sebagai wanita atau ibu yang mengalami kondisi haid, nifas sehingga tidak bisa melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan. Banyak anggapan yang menyebutkan bahwa sebagai wanita termarginalkan karena sibuk urusan dapur dan anak sehingga merasa mendapatkan pahalanya sedikit.
Belum lagi saat haid atau nifas, sehingga tidak bisa shalat dan puasa lalu merasa bahwa peluang utk mendapatkan pahala, ampunan dosa, bebas dr api neraka, mendapat lailatul qadr, hanya tinggal angan. Ini tidak benar.
“Jangan mengikuti sesuatu yang tidak kita ketahui ilmunya.”
Ustad Nuzul Dzikri mengingatkan bahwa wanita banyak tidak sadar punya banyak memiliki lumbung pahala di bulan Ramadhan. Kesempatan beribadah lebih banyak. Maka, perlu kita luruskan anggapan di awal. Bahwa sesungguhnya wanita mempunyai banyak lumbung pahala di bulan Ramadan.
Lumbung Pahala Wanita di Bulan Ramadhan
Bagaimana agar bisa wanita mendapat berbagai macam keutamaan di bulan Ramadhan dengan kondisi yang berbeda dengan laki-laki? Berikut lumbung-lumbung pahala yang dapat dipanen oleh wanita sesuai penjelasan Ustad Nuzul Dzikri.
1. Selalu Prioritaskan Amalan Hati dan Iman
Kalau kita bicara kendala wanita untuk maksimal di Ramadhan, semua berkaitan dengan fisik yakni haid, nifas, hamil dan menyusui. Ditambah lagi aktivitas domestik yang tidak terindahkan seperti membereskan seisi rumah, menyiapkan makanan dan membersamai anak-anak.
Hal ini mengesankan bahwa wanita tidak dapat beribadah semaksimal laki-laki. Al Imam Ibnu Athar, salah satu ulama Syafi’i yang memiliki kitab khusus tentang wanita berjudul Ahkamun Nisa menyampaikan, “Hukum bagi laki-laki sama dengan hukum bagi wanita dalam seluruh amalan hati, baik yang berkaitan dengan aqidah atau selain aqidah.”
Ustad Nuzul Dzikri mengingatkan bahwa kalau ingin meraih pahala sebesar-besarnya dan ingin mengubah kendala sebagai seorang wanita menjadi pahala, maka andalkan iman dan amalan hati kita.
Jika hanya mengandalkan siklus suci, kita tentu akan kalah dengan laki-laki. Allah dan RasulNya sangat baik kepada kita, saat menjelaskan tentang puasa, qiyam ramadhan, dan lailatul qadr, Nabi ﷺ bersabda semuanya harus dilakukan karena iman dan ihtisab (gembira, optimis, mengharapkan pahala).
Lihat bagaimana Nabi kita mengaitkan puasa (amalan dhahir) dengan iman yang merupakan amalan hati. Bukan hanya puasa saja tapi harus ada iman dan ihtisab. Ini menunjukkan bahwa iman dan amalan hati adalah primadonanya Ramadhan. Bukan hanya berpuasa yang dijadikan ampunan, harus ada iman dan ihtisab.
Ketika wanita puasa, lalu punya kendala tidak bisa semaksimal suami, insya Allah iman kita bisa mengalahkan para laki-laki. Kita yakin Allah yang mensyariatkan ini. Jadi, walaupun ribet dengan kondisi rumah kita kaya kapal pecah harus ngurus anak, dijalani dengan happy. Kenapa senang? Karena ini adalah bulan mulia dan masih diberi kesempatan untuk berpuasa. Berharap pahala dr Allah.
Nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang qiyamul lail (shalat tarawih) dengan iman dan ihtisab, maka dosa-dosanya diampuni.”
Sebagian wanita tidak bisa berlama-lama, karena tidak kuat ataupun harus megang anak yang masih kecil. Namun, tenang, masih merasa senang, berharap pahala. Suami bisa 2-3 jam, kita 1 jam sudah alhamdulillah. Atau yang sedang hamil, apalagi hamil tua. Bisa jadi para wanita lebih besar pahalanya daripada laki-laki karena amalan hatinya lebih baik.
Rugi orang yang tidak fokus pada iman dan ihtisab, prioritaskan dan terus prioritaskan. Ahlussunnah wal jamah selalu menomorsatukan tauhid dan aqidah dalam semua aktivitasnya. Sumayyah adalah ikon wanita beriman kepada Allah. Secara fisik beliau tidak bisa apa-apa, disiksa, akhirnya mati syahid. Begitu harum namanya karena iman dan mengharapkan surga. Terapkan ini dalam semua rangkaian ibadah di bulan Ramadhan.
2. Tegakkan Amalan Wajib
Di awal sudah dibahasa tentang iman, shalat wajib dijaga, puasa Ramadhan. Jangan sampai puasa tapi tidak mendirikan shalat, ini fatal. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa ulama sepakat 1 kali meninggalkan shalat itu lebih parah daripada zina. Jaga shalat lima waktu. Kalau mungkin kurang maksimal secara fisik untuk tarawih, maksimalkan shalat wajib. Jaga shalat subuh, dzuhur, ashar, magrib dan isya.
Amalan wajib lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah bagi yang sudah berumah tangga adalah taat suami. Ada sebagian istri yang berjuang untuk buka bersama akhirnya bersitegang sama suami.
Buka bersama atau bukber itu sunnah, taat sama suami wajib, kenapa ngotot ngerjain yang sunnah sampai mencederai kewajiban? Sama halnya ngotot ingin shalat tarawih di masjid tapi suaminya ga ridho.
Ada satu pertanyaan yang diajukan oleh penanya kepada Ustad Nuzul Dzikri di salah satu rekaman kajian. Yang bersangkutan bertanya, ia ingin sekali sholat tarawih dan itikaf di masjid, namun suaminya melarang karena jamaah wanitanya sedikit dan kamar mandi pria rusak. Khawatir banyaknya jamaah pria yang pasti akan bercampur di kamar mandi.
Ustad Nuzul Dzikri mengingatkan kita untuk memperhatikan kewajibannya. Nabi ﷺ bersabda ,”Jika seorang wanita shalat 5 waktu, puasa Ramadhan, menjaga kehormatan dan kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka dia dapat masuk surga dari pintu surga manapun yang dia inginkan.”
Ini keuntungan jadi wanita, kalau kita buat sederhana dengan menjaga hak Allah, menjaga hak suami, in syaa Allah tiket surga di depan mata. Jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk menjaga hak suami. Jangan sampai durhaka kepada suami karena belain amalan sunnah.
Bagaimana dengan yang single? maksimalkan dengan lumbung pahala yang lain. Jadikan ini bekal untuk setelah berumah tangga. Jika teman-teman yang suaminya sudah meninggal atau sudah berpisah, ini kesempatan taubat, koreksi bagaimana dulu sama suami. Kita bisa penuhi dari birrul walidain, coba hubungi orang tua, beliin hadiah untuk mereka dan sebagainya.
3. Jaga Lisan, Telinga, dan Diri Kita dari Hal-Hal Haram
Nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan az zur (ucapan bohong dan seluruh ucapan bathil: ghibah, fitnah, adu domba, ucapan kasar) dan perbuatan bathil dan maksiat, Allah tidak butuh saat dia meninggalkan makan minumnya.”
Maksudnya: Allah tidak butuh puasanya. Ulama menyatakan kalaupun sah, tidak diterima oleh Allah. Ini penting, salah satu PR besar sebagai wanita adalah menjaga lisan atau ucapan.
Jabir bin Abdillah berkata, “Jika Anda berpuasa, pendengaranmu harus ikut puasa. Matamu harus ikut puasa dari semua kebohongan dan hal-hal yang haram.”
Pendengaran kita juga harus puasa. Jangan berdalih, “Kan cuma dengerin”. Kita harus tegas, jika ada yang ghibah, itu dapat menghancurkan pahala puasa kita. Aktivitas ghibah itu perlu pendengar.
Imam Ibnul Jauzi dalam kitab At tabsyiroh berkata, “Orang yang berpuasa harus senantiasa diam dari ucapan-ucapan yang keji dan buruk serta dari ghibah karena tidak bisa dikatakan puasa orang yang memakan daging manusia.”
Apa maksudnya? Allah berfirman, “Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati tersebut? Pastilah kalian jijik.” [Al Hujurat: 12]
Menggunjing itu memakan bangkai saudara kita. Mayoritas ulama mengatakan puasanya sah tapi bisa jadi tidak mendapatkan pahala apa pun. Analoginya jika ada yang nawarin gado-gado ketika kita puasa, kita bisa dengan tegas menolaknya. Kenapa kita tidak bisa tegas menolak bangkai manusia? Ingat ngomongin aib orang itu memakan bangkai manusia. Sebagian kita mungkin ga ghibah tapi baca berita atau nonton gossip tentang aib orang lain. Jaga lisan, telinga, dan mata. Bacalah Al Qur’an.
4. Perbanyak Sedekah
Perbanyak sedekah di Ramadhan. Secara khusus Nabi ﷺ sudah mengingatkan wanita untuk bersedekah, “Wahai wanita, bersedekahlah dan perbanyak istighfar. Karena aku melihat kalian menjadi penghuni terbanyak api neraka.” Jangan terlalu banyak hitung-hitungan, apalagi di Ramadhan. Kesadaran wanita dalam bersedekah harus besar. Sedekah tidak akan mengurangi harta kata Nabi ﷺ.
5. Baca Qur’an, Dzikir, dan Istighfar
Mari kita ingat bersama bahwa di Bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur’an. Buat target semaksimal mungkin. Perbanyak interaksi dengan Qur’an baik membaca, tadabbur, mempelajari maknanya, mengamalkan, dan mendakwahkannya.
Para ulama luar biasa interaksinya dengan Al Qur’an. Minimal 1 kali khatam, bisa kok dengan izin Allah. 1 juz itu 10 lembar, kan enak kalau diatur 24 jam. Diatur, diatur, diatur. Kalau sudah waktunya baca, ga ada yang boleh ganggu.
Ada yang bertanya, “Baca sebanyak2nya hingga khatam atau tadabbur?” Jawaban Syaikh Sulaiman ar Ruhaily: Punya 2 sesi, sesi membaca dan mentadaburi.
Bagaimana caranya memperbanyak dzikir? Rumah berantakan akan sia-sia ketika saat menyapu sambil ngedumel. Kalau kita menyapu, membereskan rumah sambil baca istighfar, tasbih, tahmid, shalawat, dan dzikir lain itu kan lumbung pahala.
Ketika di dapur istighfar, saat menyiapkan makan sahur dan buka istighfar, nyuci piring istighfar. Insya Allah kita ini ngelepasin banyak waktu secara percuma, kalau bisa sambil membasahi lisan dengan dzikir itu kan luar biasa.
6. Menjaga Shalat Sunnah
Sebisa mungkin kita menjaga shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, shalat sunnah wudhu, shalat tarawih. Kalau praktiknya kita tidak bisa panjang-panjang, tetap kedepankan iman dan amalan hati ihtisab. Bawa dengan senang, bersyukur kita masih bisa shalat tarawih karena banyak yang tidak diberi kesempatan ini.
7. Mengurus Rumah dan Anak-Anak
Saat wanita mengurus rumah dan anak-anak, ini bisa masuk ke point melakukan amalan yang wajib. Nabi ﷺ bersabda, “Istri itu pemimpin (penanggung jawab) dalam 2 hal: rumah dan anak2.”
Jangan berdalih karena tarawih terus rumahnya berantakan, akan Allah tanya nanti pertanggungjawabannya. Kenapa harus beres-beres dan mengurus anak? Karena ini tanggung jawab saya, akan Allah tanya. Tapi jangan berlebih-lebihan. Seringkali sebagian ibu-ibu terpancing dan waktu habis untuk ngurusin rumah. Terpancing untuk mempercantik rumahnya, terlalu sibuk beres-beres. Cukup seadanya aja. Jangan semua kemauan anak dituruti tapi dikomunikasikan dengan anak. Anak itu dididik dan diurus, bukan untuk diikutin seluruh keinginan anak, akhirnya kita tidak bisa berbuat apa-apa.
8. Maksimalkan Ibadah Lainnya
- Amalan Untuk Wanita Haid dan Nifas.
Ada dua kondisi yang menjadi kekhususan wanita haid dan nifas. Bagaimana cara agar kita tidak kehilangan pahala? Tetap kedepankan iman dan ihtisab seperti yang sudah dibahas. Hadirkan iman bahwa inilah yang ditakdirkan oleh Allah untuk wanita.
Jangan kesal sama takdir, apalagi ga ikhlas. Boleh merasa sedih, sedihlah yang natural, sedih yang lahir dari semangat untuk bisa puasa & shalat full, ini yang berpahala. Apabila ada yang merasa sakit jika haid kemana-mana.
Nabi ﷺ, “Jika seorang hamba sakit atau safar, dia tetap mendapat pahala amalan yg biasa dia lakukan pada waktu mukim dan sehat.”
Kedua, ingat arti ibadah: menjalankan perintah dan menjauhi larangan dengan ikhlas. Jangan berpikir ibadah hanya menjalankan perintah. Saat dalam kondisi haid dan nifas ada larangan shalat dam puasa. Ulama menjelaskan bahwa pada saat wanita tidak berpuasa karena taat kepada Allah dan mencari ridho Allah, dia sedang beribadah kepada Allah.
Pada saat wanita suci, dia beribadah dari sisi menjalankan perintah. Saat dia haid, dia beribadah dari sisi meninggalkan yang dilarang. Keduanya sama-sama ibadah. Yang jadi masalah, karena tidak tau ilmunya, dia tidak tahu kalau dia sedang ibadah.
Kerjakan ibadah lain yang diperbolehkan: dzikir, istighfar, baca Qur’an. Wanita haid bisa membaca Al Qur’an tapi tidak menyentuh secara langsung. Ini pandangan Imam Malik, riwayat Imam Ahmad, salah satu pendapat Imam Syafi’i, dan pandangan Said ibn Musayyib (ulama papan atas tabi’in). Pakailah sarung tangan atau kalau tidak ada bisa pakai tissue/handuk kecil. Alternatif amalan lainnya, kita bisa memberi makan orang untuk berbuka puasa.
- Amalan Untuk Wanita Hamil dan Menyusui
Wanita hamil dan menyusui wajib berpuasa. Sebagian mengira boleh tidak puasa padahal hukum asalnya wajib. Namun, jika khawatir akan kondisinya atau buah hatinya, baik dirasakan secara real atau diarahkan oleh dokter, maka dia bisa tidak berpuasa.
Apa yang harus dilakukan wanita hamil dan menyusui tersebut? Ada khilaf yang sangat kuat antara 3 pendapat: qadha saja, fidyah saja, qadha dan fidyah secara perincian. Dengan keterbatasan ilmu, pendapat yang diambil: cukup dengan fidyah, wallahu ta’ala a’lam. Khilaf ini sangat kuat dan bisa kita dapatkan jawaban berbeda dari guru kita yang lain.
Maksimalkan ibadah yang lain seperti point sebelumnya pada kasus wanita haid dan nifas. Ini jika tidak dalam kondisi nifas. Kalau seorang wanita nifas dan menyusui: wajib tidak berpuasa dan nanti qadha.
Penutup
Lumbung pahala di bulan Ramadan bagi wanita yang utama adalah kedepankan iman dan ihtisab (amalan hati). Prioritaskan kewajiban kita sebagai wanita yang memiliki peran sebagai istri dan ibu dari anak-anak. Namun, menjaga anak dan rumah bukan berarti pembenaran kita jadi malas melakukan tarawih. Tetap laksanakan semampunya, kedepankan iman dan amalan hati. Lakukan dengan ridho dan senang, bahwa niat karena Allah. Insya Allah dengan mengikuti ridho suami, Allah akan ridho.
Selengkapnya rekaman kajian Ustad Nuzul Dzikri.
wallahu ta’ala a’lam.
Semoga bermanfaat, salam.
Mbak aku boleh tanya kah ??
Ini yang dialami sama aku dan temen ku karna kita berdua punta anak yang asi tahun lalu.
Nah itu bayar fidyah aja atau ganti puasa, itu masih jadi kegalauan karna menurut temen ku. .dia browsing2 katanya ganti dengan puasa, aku sempet browsing juga katanya fidyah gpp
Aku hamil dan menyusui, jadi nya gak ikut puasa 2x
Kalau aku dulu hamil gak biasa puasa karna air ketuban ku up n down jadi aku mikir janin ku
Waktu masa asi, asi ku gak seheboh orang2 jadi aku masih mementingkan asi walaupun kena sufor juga
Dan sekarang anak ku udah sufor, malah dia rewel makan karna dia tau gak ada temen makannya. .sempet gak puasa aku. .apalagi anak ku sekarang doyan nyuapin makanan ke aku. .mau gak direspon yaa gimana. .sedih ini galau
Nah itu gimana mbak solusinya
Halo Mbak Alvi. Untuk wanita yang berhalangan puasa karena hamil dan menyusui memang ada 3 pendapat, mulai dari fidyah saja, qodo saja serta fidya dan qodo.
Menurut ustad nuzul Fikri, saat ceramah itu (tidak menjelaskan secara dalam karena bukan pembahasannya itu) untuk wanita hamil dan menyusui ambil pendapat yg fidyah saja Mbak.
Balik lagi ke iman dan ihtisab, ikhlas karena perintah Allah.
Wallahu alam 🙏
Ustaz nuzul dzikri ini ustaz fav banget. Penyampaiannya kalem dan mudah dipahami. Selama kajian rasanya nyaman aja gitu karena suaranya konsisten lemah lembut. Jadi meresap banget ilmu yang disampein
Ternyata banyak banget lumbung pahala bagi para wanita di bulan Ramadhan ini ya mbak. Sedihnya aku tahun ini gak bisa ikut berpuasa, ternyata janin gak kuat dan aku juga lemes jadi ngambil rukhsah, tetapi ternyata banyak hal lain yang bisa mendatangkan pahala buatku dengan mengerjakan hal lain di keadaan saat ini.
Lumbung pahala di Bulan Ramadhan memang sangat banyak kesempatannya, nggak hanya cowok aja, tapi cewek juga. Yang penting tinggal niat kitanya aja ya Mba, mau memanfaatkan kesempatan emas ini atau nggak. Very nice info Mba, jadi nambah wawasan soal agama nih dari artikel super keren ini
Dulu sempat kepikiran, karena ada saatnya perempuan sedang hadi/nifas, enggak bisa maksimal dong amalannya dibandingkan laki-laki…Lebih detil baca kajian ini. Masya Allah dengan mengedepankan iman dan amalan hati itu adalah lumbung pahala yang tak terkira
Terima kasih remindernya untuk selalu dzikir kalau mengerjakan sesuatu ya. Kadang aku malah melamun kemana-mana, engga fokus juga.
Ladang pahala perempuan ternyata banyak, jadi engga perlu khawatir ya. Allah swt engga akan pilih kasih ke umatnya…
Peran wanita sebagai istri dan juga sebagai ibu bukan sebuah hal mudah belum lagi beberapa membantu juga sebagai tulang punggung keluarga..namun tetap mendapatkan pahala yng lebih selama bulan suci dengan keterbatasannya… tetap semangat menjadi wanita2 hebat…
Bagus banget bahasan kajian ustadz Nuzul dzikri ini kak.. jadinya wanita tau bahwa puasa itu bukan cuma menahan lapar dan dahaga. Mata harus ikut puasa, telinga juga mulut
Sayang banget kalo puasa, tapi ghibah lanjut terus ya..
Saya sbg suami kadang gak tega istri bangun untuk menyiapkan sahur. Saya bangun semua dah siap. Udah tu dia cuci piring dan beres2 lagi. Mau aaya bantu dia marah. Mungkin itu jd lumbung pahalanya yaa hehe
Meskipun bulan Ramadhan baru saja lewat, tetapi kiat-kiat di atas tetap dapat dilakukan oleh perempuan. Terutama amalan hati. Ini cukup sulit, karena yang tahu hanyalah kita dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Karena sulitnya itu, maka pahalanya juga besar bagi siapa saja yang bisa mengamalkannya.
Ya Allah berasa ditampar soal ihtisab ini. Seringkali hati masih ngga fokus, ngelantur kemana2. hiks.
Apalagi dua kali Ramadan kemarin terasa beda bangett 🙁
Baca ini adem banget mbak. Ramadan sebelumnya suka nggak fokus, Alhamdulillah ramadan tahun ini lebih banyak waktu untuk ngumpulin pahala. Meski sebulan sempat bocor juga. Hehehe..
Saya juga sering nih dengan ceramah Ustadz M. Nuzul Dzikri, penyampaiannya lembut dan menyejukkan. Oh ya, meskipun wanita mungkin tidak bisa beribadah seperti banyaknya ibadah para pria di Ramadhan, tapi insyaa Allah kegiatan domestik pun bisa bernilai ibadah selama ikhlas menjalani.
Toh sebagaimana yang kita percayai, jika seorang wanita menjadi istri sholehah, menjalankan yang wajib dan mendapatkan redho suaminya, itu sudah cukup baginya untuk mendapatkan tiket ke syurga. Insyaa Allah.
Amalan hati juga harus dijaga. Semoga Ramadhan bermakna dan menghasilkan banyak pahala. Aamiin
Makanya pas istri agak kecewa karena 'tamunya' dateng waktu ramadan kemarin, ya saya bilang aja gak usah gitu. Sebab keutamaan ramadan dan memanen pahalanya bisa dilakukan dengan mendukung orang yg berpuasa, seperti menyiapkan sahur dan berbuka.
Mbakkkk, bagus banget tulisannya. Hasil kajian yang menjadi reminder beribadah. Poin menaati larangan wanita untuk beribadah saat tidak suci itu juga adalah ibadah membuat semangat dan gembira.