Menjadi orang tua yang diberikan amanah memiliki lebih dari satu anak, tentu akan dihadapkan pada tantangan di mana harus menangani pertengkaran anak. Pertengkaran antara kakak dan adik di rumah adalah suatu hal yang sangat wajar, bahkan menjadi makanan sehari-hari untuk orang tua.
“Hafsah, sanaaa. Mas mau sendiri!!” teriaknya pada adik.
“Acha, mau sama Mas…huhu” celoteh Hafsah sembari mengejar kakaknya yang berjarak hampir 4 tahun dengannya.
Kejadian sore itu bermula dari Hafsah yang ingin minum susu dalam kemasan. Namun, Sakha marah karena adiknya yang berumur 3 tahun itu minum susu terlebih dahulu.
Kalau saya tidak belajar menahan diri dan melarut pada emosi di hari itu, tentu omelan dan kata-kata tidak efektif lainnya akan keluar.
Rasanya ingin berteriak “Kenapa sih kalian gitu aja nangis?”
Kita sebagai orang tua harus mencari cara yang bijak untuk mengatasi pertengkaran antara saudara ini. Bijak di sini adalah mampu secara adil untuk menyelesaikan masalah antara kakak dan adik tanpa menyalahkan satu sama lain.
Pertengkaran Kakak dan Adik
Pertengkaran yang terjadi antara saudara biasanya disebabkan oleh banyak hal sepele. Sepele dalam kacamata kita sebagai orang dewasa, tapi bagi mereka yang anak-anak adalah masalahnya tidak sepele, itu adalah masalah yang ia temui di hidupnya, mungkin terbesar yang pernah ia alami.
Persepsi ini yang harus kita hargai. Mereka sedih, marah, kecewa bahkan frustasi karena masalah yang rasanya “hanya gitu doang”.
Sama dengan kejadian sore itu. Tangisan dan teriakan yang dapat dihindarkan itu disebabkan Sakha yang sedang hendak mandi sore mendengar adiknya mau minum susu dalam kemasan. Sakha sebagai kakak, tadi sudah merasa mengalah tidak jadi minum susu karena Hafsah ingin minum bersama.
Saya yang melihat kejadian aksi kejar-kejaran ini di dalam rumah, mencoba menetralkan diri agar tidak terbawa emosi. Terlebih lagi saat kejadian itu, suami juga tidak ada di rumah.
Saya yang semula ingin marah dengan Sakha karena berteriak-teriak kepada adiknya mencoba memahami karena alasan itu. Saya berusaha mencoba mengerem bibir ini agar tidak memberikan nasihat macam-macam. Coba memahami dari kacamata anak.
Ia menganggap adiknya tidak sesuai dengan ucapannya, dia sudah mengalah agar minum bersama malah ditinggal sama adik.
Saya pun coba juga memahami sang adik, “Oiya masih 3 tahun, serabut sistem syarafnya belum sempurna.”
Saya coba tarik napas dan menyadari saat bernapas sambil dzikir sebisa saya. Ketika sudah lebih baik, saya menghampiri dua anak itu yang duduk berjauhan. Adik perempuan yang menangis dan kakak laki-laki yang berteriak-teriak tidak ingin didekati sang adik.
Saya dekati Sakha dan mencoba bicara,
“Sakha bagaimana dengan adiknya?” ucap saya sambil mengajaknya berpikir. Yang diajak berpikir masih emosian, jadi akalnya juga lagi dibajak oleh emosi. “Pokoknya Sakha mau sendiri! Hafsah menjauh dulu!!” teriaknya pada kami.
Adiknya yang terus memaksa mau deket-deket sang kakak juga sudah mengembang air matanya dan hanya bisa memeluk saya.
*
Apakah pertengkaran antara kakak dan adik ini selalu menjadi hal yang buruk? Jawabannya tentu saja bisa iya dan bisa tidak, karena hal ini masuk ke kategori tumbuh kembang anak.
Pertengkaran meskipun mungkin membuat kita sebagai orang tua pusing, ini menjadi salah satu cara anak untuk melatih kemampuan interpersonal. Di sini anak juga akan belajar untuk mengolah emosi dan tingkah laku serta kesehatan fisik dan mental.
Adanya konflik antara kakak dan adik ternyata mampu membuat mereka lebih bisa memanajemen konflik. Anak jadi tahu bagaimana caranya mentolerir perasaan negatif yang muncul ketika kesal dan tidak merealisasikannya secara berlebihan. Nah, sebelum membahas bagaimana cara mengatasinya. Yuk cari tahu apa sih penyebab pertengakaran antar saudara ini.
Penyebab Pertengkaran Kakak dan Adik
Seperti sebelumnya disebutkan, bahwa banyak penyebab pertengkaran antara saudara kandung ini terjadi karena hal-hal sepele di lingkungan rumah dan sekitarnya. Apa saja yang termasuk dalam penyebab pertengkaran mereka?
#1. Mencari Perhatian Orang Tua
Hal pertama yang sering terjadi adalah ketika anak, baik kakak maupun adik yang merasa mulai tidak diperhatikan oleh orang tua. Biasanya jika hal ini terjadi pertengkaran akan dimulai dengan penyebab yang tidak jelas. Misalnya sang kakak tiba-tiba mengganggu adiknya supaya emosi lalu akhirnya bertengkar satu sama lain. Bukan hanya pertengkaran verbal tapi biasanya juga terlibat adu fisik apalagi jika kakak dan adik, keduanya adalah laki-laki.
Tidak dipungkiri kedua anak saya pun pernah mengalaminya. Apalagi jika kami sebagai orang tua sedang sibuk di depan layer ataupun pekerjaan domestik lainnya.
#2. Perlakuan Tidak Adil
Penyebab kedua ini juga hampir terjadi diseluruh keluarga yang memiliki lebih dari satu anak. Di mata anak yang belum terlalu mengerti bagaimana kasih sayang orang tua, yang sebenarnya menganggap semua hal harus setara dan sepadan antara adik dan kakak.
Sedikit perbedaan saja bisa menyulut emosi anak dan menjadi sumber pertengkaran. Apalagi setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, hingga kadang perlakuan orang tua menjadi hal salah paham untuk mereka.
#3. Merasa Dibandingkan
Setiap anak, meski usianya masih kecil namun sudah mengerti bahwa dibanding-bandingkan itu rasanya tidak nyaman. Apalagi jika dibandingkan dengan saudara kandung, hal ini bisa memicu sakit hati pada anak.
Ketika sang kakak sering dibandingkan dengan sang adik misalnya soal prestasi di sekolah ataupun hal lain ini bisa menjadi pemicu pertengkaran hebat. Jadi ketika anak kita di rumah sering bertengkar tanpa alasan yang cukup jelas, ibu dan ayah bisa coba menelaah apakah sering membandingkan anak satu sama lain?
#4. Merasa Tidak Dihargai
Penghargaan terhadap anak sangat penting diberikan meskipun untuk hal-hal sederhana. Apalagi jika anak merasa tidak didengar pendapatnya, ketika memilih sesuatu bisa menjadi pemicu pertengkaran antara kakak dan adik.
Misalnya hal sederhana seperti memilih untuk beli pakaian. Kakak dan adik memiliki kebutuhan yang berbeda soal pakaian dan juga punya selera fashion yang pasti tidak akan sama. Namun manakala orang tua ingin membelikan baju couple untuk kakak dan adik, padahal keduanya tidak suka hal tersebut maka cara protesnya adalah dengan bertengkar.
#5. Tidak Ada Batasan Formal
Di dalam keluarga tanpa disadari, sering kali tidak menemukan batasan formal. Berbeda dengan orang dewasa yang menjalin pertemanan dan persahabatan tentu masih memiliki batasan untuk tidak mencampuri urusan pribadi. Karena kita tidak tahu kapan orang akan tersinggung jika urusan pribadinya dicampuri.
Penerapan batasan formal sangat wajib dilakukan di keluarga. Sebagai orang tua, harus tahu antara kakak atau adik mana yang mudah tersinggung atau lebih sensitif. Karena jika ada salah satu yang mudah tersinggung namun anak lainnya tidak bisa memaklumi, hal tersebut maka bisa memicu pertengkaran.
Singkat kata, pertengkaran kakak dan adik bisa saja terjadi karena salah seorang belum paham dengan batasan yang boleh dan tidak boleh. Tugas kita sebagai orang tua tentu memberi tahu dan contoh di waktu yang tepat.
Mengatasi Pertengkaran Kakak dan Adik
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi pertengkaran antara kakak dan adik dengan sejumlah hal yang positif. Berikut beberapa hal diantaranya.
#1. Orang Tua Tidak Boleh Jadi Penonton
Ketika anak sedang bertengkar sebaiknya orang tua jangan hanya menjadi penonton. Karena sudah disebutkan sebelumnya kebanyakan pertengkaran adalah dipicu oleh anak yang ingin mencari perhatian orang tua. Kita sebagai orang tua harus mencari solusi atas pertengkaran tersebut agar tidak semakin berlangsung lama dan ricuh.
Apalagi jika dibiarkan pertengkaran akan semakin berbahaya sebab adanya adu fisik antara anak. Orang tua yang bijak akan membantu anak untuk menyelesaikan masalah tanpa membela salah satu dari mereka, yang membuat anak merasa tidak adil.
#2. Atasi Emosi Diri Sebelum Mengatasi Pertengkaran Mereka.
Cara menghadapi pertengkaran anak yang sering terlewatkan adalah dengan menenangkan diri kita sebagai orang tua. Sering kita larut emosi dan diri. Memotong Kompas tanpa melihat secara helicopter, apa yang sebenarnya terjadi. “Jangan berisik!” “Gitu aja berantem!” “Kamu kakaknya ngalah dong!” “Adik jangan cengeng!”
Dan omelan yang menyakitkan pribadi anak lainnya. Label yang diberikan orang tua, bagai doa yang dikirim ke langit dengan cepat. Itulah sebabnya sebagai orang tua kita harus mawas diri mengerem lidah ini berucap tidak baik, terlebih lagi ucapan seorang ibu.
Saat anak sedang emosi bertengkar, rasanya kita jadi ingin ikutan emosi dan marah juga kan? Reaksi kita bisa jadi memarahi anak, lalu menyesal dan menangis sendiri karena merasa tidak kompeten dalam mendidik anak. Reaksi lainnya yang dapat terjadi adalah kita mendiamkan tapi dengan perasaan yang mandeg dan dongkol. Atau malah menyimpan emosi tersebut di ransel emosi kita yang bisa meledak kapan saja.
Jadi Langkah utama untuk menghadapi pertengkaran anak adalah dengan menenangkan diri sendiri terlebih dahulu. Saya tahu bahwa hal ini bukan sesuatu yang mudah. Sangat sulit sekali, tetapi dengan membiasakan ini insya Allah akan diberi kemudahan dan menjadi gerak refleks kita dalam menghadapi mereka.
Salah satu cara untuk menenangkan diri yang biasa saya lakukan adalah dengan SADAR NAFAS. Kita bisa mulai dengan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan teknik 4-7-8. Teknik mengajarkan kita untuk menarik nafas selama 4 detik, lalu tahan nafas selama 7 detik kemudian hembuskan perlahan selama 8 detik. Teknik pernapasan 478 ini membantu kita lebih rileks. Setelah itu, ingat kembali pada diri bahwa tujuan kita adalah mengajarkan anak menghadapi konflik, bukan sekadar menghentikan tangisan dan teriakan.
#3. Validasi Perasaan Masing-Masing Anak
Ketika dua anak bertengkar memang kita harus pandai membaca situasi, mana yang harus ditenangkan terlebih dahulu. Mana yang lebih membahayakan. Mana yang harus dipeluk terlebih dahulu. Saya yakin setiap orang tua bisa membaca ini, asal memiliki perasaan dan emosi yang sudah ditenangkan seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya.
Saat mulai ingin masuk ke ranah konflik mereka yang sedang bertengkar, coba validasi perasaan mereka.
Ingat, tidak ada aturan baku yang kecil harus dipeluk duluan. Jika memang bukan kesalahan si kakak seperti contoh kasus yang saya alami. Kita bisa mendekap sang kakak terlebih dahulu.
“Oh Sakha, kesel ya adik minum duluan susunya?”
“Iya! Sakha itu kesel banget!”
Dalam memvalidasi perasaan anak ada berbagai cara. Kita dapat mengakui perasaan anak dengan kata-kata, tulisan, art activity dan perhatian. Informasi ini saya dapatkan pada buku karangan Joanna Faber dan Julia King (2020) yang berjudul “Seni Berbicara Pada Anak”. Misalnya selain dengan kata-kata bisa juga dengan menggambar saat kejadian pertengkaran telah selesai.
#4. Mengajari Anak Bernegosiasi
Mengajari anak bernegosiasi saat keduanya bertengkar mungkin tidak banyak diterapkan oleh orang tua. Padahal cara ini sangat efektif untuk menyelesaikan pertengkaran yang dilakukan oleh anak. Bernegosiasi dapat membantu anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan orang tua.
Ajarkan anak caranya berdamai dan menemukan solusi antara kedua belah pihak. Orang tua di sini perannya, bukan sebagai pembela tapi menjadi penengah. Sakha pun pernah belajar melihat saya menegosiasi adiknya yang tidak mau berbagi camilan.
Saat intonasi suara saya pelankan, tatapan mata saya fokus ke adik. Ia langsung memberikan untuk kakaknya. Saya pun mengonfirmasi apa yang saya lakukan sebelumnya pada sakha.
“Kira-kira kenapa ya Mamah bisa dikasih sama Hafsah, tapi sakha ga dikasih?”
“Sakha tadi teriak-teriak, mamah bicaranya pelan.”
#4. Ajarkan Anak Untuk Berbagi
Apakah orang tua sudah mengajarkan antara kakak dan adik harus berbagi sejak kecil? Sesederhana kakak atau adik harus bisa berbagi koleksi mainan yang dimiliki atau orang tua bisa menjelaskan bahwa anak harus meminjamkan mainan untuk sang adik atau sang kakak.
Kita sebagai orang tua harus cepat dan bertindak tanggap, terhadap hal seperti ini. Ajarkan pula, anak untuk meminta izin terlebih dahulu ketika ingin meminjam barang saudara ataupun orang lain.
#5. Berikan Waktu Berkualitas Antara Kakak dan Adik
Maksud dari memberikan waktu berkualitas antara kakak dan adik, kita harus tetap memilki waktu bersama dengan masing-masing anak. Saya biasa ngobrol atau memasak bersama dengan Sakha jika sang adik sedang tidur atau sedang bersama ayahnya.
Saya juga mencoba memberikan waktu berkualitas pada Hafsah ketika kakanya sedang bersekolah. Saya bersama Hafsah mencoba bermain dan masak bersama.
Namun, tidak lupa ada waktu yang dikhususkan untuk masak bersama seperti di akhir pekan. Bagaimana pun juga, setiap anak pasti ingin diisi tangki kasih sayang dan cintanya agar mereka merasa dicintai dan diperhatikan.
Salah satu aktivitas andalan saya adalah memasak bersama. Selain untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam memberikan energi. Memasak bersama menjadi bonding bersama anak-anak.
Sore itu kami menyepakati untuk memasak camilan bersama dengan Keju Kraft Quick Melt.
“Ayo tolong bantu mamahnya ini. Sehabis Mamah menyelesaikan ketikan nanti kita masak yaaa.”
Setelah menunggu beberapa menit, emosi Sakha mulai reda.
Saya coba bicara dengan emosi netral untuk memvalidasi perasaan, memastikan apa yang terjadi tadi dan langkah apa yang harus ditempuh jika terjadi lagi.
Singkat cerita, saat adiknya bersama suami yang baru datang. Saya coba ajak bicara Sakha, sambil mempersiapkan camilan di sore hari.
Waktu-waktu sehabis sholat ashar adalah waktu yang utama untuk mendekat secara emosional dengan Sakha. Anak yang baru tingkat satu sekolah dasar ini memang tetap perlu membangun bonding dengan waktu berkualitas sesuai dengan bahasa cintanya.
Dengan masak bersama banyak sekali yang kami pelajari. Hari ini selepas saya berbelanja sementara ia sekolah. Ia melihat saya memiliki keju KRAFT QUICK MELT.
Saya ajukan beberapa resep kepadanya untuk dibuat camilan apa. “Udah lama Mah ga bikin pizza.”
Kalau bikin adonan rotinya akan makan waktu lama, kita bikin dari roti tawar saja ya? Kebetulan stok di meja makan masih ada 6 buah roti. Sore itu kita buat 3 roti pizza. Resep yang super gampang dan bahan-bahannya mudah ditemukan. Apalagi menggunakan keju KRAFT QUICK MELT, pasti leleh dalam 3 menit dijamin enak dan semua keluarga suka.
Roti Pizza Simpel Kraft Quick Melt
Pizza adalah camilan asin yang banyak disukai anak-anak. Rasa dari keju Kraft yang gurih membuat kreasi roti pizza semakin sempurna.
Bahan-bahan untuk membuat Roti Pizza Kraft Quick Melt :
- Roti Tawar
- Smoked beef
- Bawang Bombay
- Bumbu Bolognese Instan
- Margarin secukupnya
Cara buatnya : tumis sebentar bawang Bombay dan smoked beef yang telah dipotong. Oleh roti dengan margarin dan beri bumbu Bolognese, Bombay dan smoked beef. Panggang 5 menit dengan suhu sedang. Nikmati selagi hangat!
Lekatkan Hubungan Kakak Adik dengan Lelehnya Keju Kraft Quick Melt
Saat mulai menumis bawang bombai, Hafsah sudah datang. Kami pun mengajak untuk masak bersama, coba lihat video reels Instagram yang saya buat di bawah ini bersama anak-anak ya. Resep yang praktis ini pasti disukai anak-anak dan bisa jadi sarana melekatkan hubungan mereka dengan masak dan makan bersama camilan dengan Keju Kraft Quick Melt.
Kelebihan Menu Roti Pizza Simpel Kraft Quick Melt
Proses membuat menu roti pizza ini tidak memakan waktu lama. Bahan-bahan yang diperlukan juga mudah ditemukan seperti roti, bawang Bombay dan smoked beef. Jika di rumah kalian tidak ada smoked beef bisa diganti dengan sosis daging sapi atau ayam sesuai selera dan persediaan di rumah.
Kalaupun tidak memakai oven, roti pizza ini dapat di panggang di wajan anti lengket dengan api kecil. Tenang saja, karena memakai keju Kraft Quick Melt, kejunya pasti leleh dan rasanya pizza banget!
Menu ini karena simpel, selain bisa jadi menu camilan di sore hari bisa juga jadi menu sarapan cepat. Proses pembuatannya pun kita bisa melibatkan anak-anak. Seperti ketika memotong smoked beef atau menumis bahkan mengoles margarin.
Nikmatnya Keju Kraft Quick Melt, Keju Cepat Leleh dalam 3 Menit
Memasak bersama jadi menyenangkan dan jadi sarana bonding dengan ana-anak. Belum lagi lihat wajah cerianya yang lahap makan camilan roti pizza @kraft.id quick melt yang pasti leleh dalam 3 menit.
Ini kali pertama kami menggunakan keju Kraft Quick Melt di menu kreasi satu ini. Rasa kejunya benar sempurna gurih keju banget, Teringat kampanye #KejuAsliCheck saya lihat bahwa keju Kraft Quick Melt komposisi utamanyanya keju cheddar pada urutan pertama bukan air atau tepung.
Selain rasanya gurih, keju Kraft Quick Melt yang mengandung kalsium, protein dan vitamin D. Dengan keju Kraft Quick Melt pasti leleh sempurna dalam 3 menit. Tidak terlalu cair atau encer, rasanya lezat dan khas KRAFT banget.
Penutup
Kita sebagai orang tua memang harus bijak dalam menyikapi pertengkaran antara kakak dan adik. Kunci utamanya adalah menenangkan emosi diri kemudian memahami apa penyebab pertengkaran tersebut lalu mencari solusi paling aman untuk menyelesaikan pertengkaran tanpa menimbulkan permasalahan baru. Anak akan belajar setiap konflik akan ada solusinya serta bisa dihadapi dengan tenang. Tetap semangat para orang tua untuk mendidik dan membersamai buah hatinya. Penuhi tangka cinta mereka dengan waktu berkualitas dan berikan camilan dari keju Kraft Quick Melt yang leleh sempurna dalam 3 menit!.
Semoga bermanfaat! Salam.
Pizza keju memang anti gagal buat si kecil, rasanya enak banget!
Kalo soal parenting Mba Shafira emang luwes banget nulisnya. Bisa aja hubungin sama keju Kraft 🤭 kalo soal makanan gak pernah salah menyatukan 2 orang yg lagi bertengkar terutama kakak adik🥰 kalo kata orang tu “temukan kehangatan di meja makan” dan ini sedang kami usahakan biar anak2 kebawa sampai besar