Kamu pernah ga melihat anak kecil menangis sesaat ibunya merasakan sedih? Hal yang sama pernah aku alami, bayiku tiba-tiba menangis rewel, sesaat aku berselisih paham dengan suami. Betapa kagetnya diri ini, saat mendapati kenyataan benar adanya bahwa emosi kita ternyata bisa menular kepada anak.
Sama seperti yang kita rasakan ketika melihat bayi tersenyum, rasanya bisa senyum-senyum sendiri, kan? Begitu juga ketika menonton film sedih dan mengaduk-aduk emosi, tak terasa air mata pun jatuh ke atas pipi.
Riset yang dilakukan oleh American Psychological Association Tahun 2022 juga menyebutkan bahwa emosi orang lain memang bisa menular. Emosi seseorang mudah mempengaruhi emosi orang lain yang berinteraksi di dalamnya. Berbicara tentang emosi, banyak dari kita sebagai orang tua menghadapi tantangan dalam mengelola dan membimbing anak-anak mereka untuk mengontrol emosinya.
Emosi adalah aspek kompleks yang terkait dengan fungsi fisik dan psikologis, terutama melibatkan salah satu bagaian otak manusia disebut pre-frontal cortex di otak. Pada tahap perkembangan anak, bagian ini belum sepenuhnya matang, menjelaskan mengapa anak-anak cenderung kesulitan mengatur emosi dan bersikap impulsif.
Regulasi emosi merupakan sebuah keterampilan untuk memahami dan mengelola perasaan sesuai dengan situasi. Hal ini sangat penting bagi pertumbuhan sebagai manusia.. Ini membantu mereka dalam fokus belajar, mengendalikan dorongan sosial, berkomunikasi dengan teman sebaya, membuat keputusan bijaksana, dan mengatasi stres.
Pentingnya Regulasi Emosi pada Anak
Anak-anak pada tahap perkembangan awal biasanya menghadapi kesulitan dalam mengelola emosi, terutama dalam situasi tidak menyenangkan. Namun, melalui waktu dan pengalaman belajar (berlatih), mereka dapat mengembangkan keterampilan ini secara mandiri. Dukungan orang tua dalam membantu anak-anak belajar mengelola emosi menjadi kunci utama.
Cara Praktis untuk Membantu Anak Mengelola Emosi
Sebagai orang dewasa, kita sebetulnya mempunyai pengalaman dan pada umumnya lebih baik melakukan regulasi emosi dibandingkan anak-anak. Emosi yang anak rasakan akan dipengaruhi oleh orang-orang sekitar. Berikut cara praktis untuk membantu anak mengelola emosinya.
#1. Memberikan Label pada Perasaan Anak:
Sebagai manusia kita jarang mendapatkan literasi emosi. Bahwa emosi bukan hanya senang dan sedih. Bantu anak untuk mengenali dan menyebutkan emosinya, seperti “sedih”, “kecewa”, “frustasi” atau “marah.” Jelaskan sensasi fisik yang terkait dengan emosi, meningkatkan kesadaran emosional mereka. Salah satunya bisa dengan diagram Plutchik di bawah ini:
#2. Mendukung Anak dalam Mengatasi Situasi Emosional:
Identifikasi pemicu emosi dan bantu anak mengatasi tanpa menghindari situasi tersebut. Kamu bisa berikan dukungan untuk mengembangkan strategi efektif pada anak. Jangan lupa validasi perasaannya. Contoh: “Kakak kelihatannya marah karena harus mengalah terus ya, bagaimana kalau Mamah bicara dulu berdua dengan adik supaya dia mengerti?”
#3. Melakukan Kegiatan Fisik Terarah:
Aktivitas fisik membantu anak mengungkapkan emosinya. Ajak mereka berolahraga atau melakukan kegiatan fisik lainnya. Selaras dengan fitrah based education, anak di usia pre baliqh (7-12 tahun) disarankan untuk melakukan olahraga fisik meskipun bukan hobi minimal satu macam. Setelah di croscheck dengan teori perkembangan otak, aktivitas fisik juga memengaruhi emosi anak.
#4. Beri Tahu Cara Mengekspresikan Emosinya dengan Tepat:
Perhatikan Kebutuhan Anak. Berikan ruang saat anak memerlukan waktu untuk meresapi emosinya. Bantu mereka menenangkan diri dengan napas dalam atau minum air. Beri tahu apa yang boleh dilakukan ketika mereka merasa marah. Saya selalu menekannya pada anak-anak, jika merasa marah boleh melakukan apapun tapi 3 syaratnya. Tidak boleh melukai diri sendiri, orang lain dan merusak barang. Kita pun harus memberi tahu contoh yang boleh dilakukan seperti: berteriak di bantal, ambil air wudhu, keluar dari ruangan atau menggambar di atas kertas.
#5. Jadilah Model atau Contoh Bagi Anak:
Sebagai orang tua, kita menjadi teladan pada anak. Tunjukkan cara menyelesaikan masalah tanpa frustrasi. Apresiasi respons anak yang efektif dalam situasi emosional. Jangan lupa untuk mengakui jika pernah berbuat salah dalam mengekspresikan emosi. Agar anak tahu, meski orang tuaku pernah salah tapi ia tetap memperbaiki diri terus.
baca juga: Belajar Marah dengan Cerdas
Penutup
Sebagai orang dewasa, kita sebetulnya mempunyai pengalaman dan harusnya regulasi akan hal ini. Namun, bagi anak-anak tidak sama sekali. Pengalaman hidup yang minim, regulasi susunan syaraf otak yang masih berkembang membuat
Anak-anak pada umumnya belum mampu melakukan kontrol atau kendali emosi sebaik itu. Oleh sebab itu, mereka BUTUH BANTUAN dan LATIHAN dalam regulasi emosi. Mari jadi orang tua yang terus bertumbuh dan belajar dalam meregulasi emosi pada anak! Komen deh hal apa yang paling sulit ketika mengajarkan regulasi emosi pada anak.
Semoga bermanfaat, salam.
Ketika emosi tarik nafas dalam2 ngebantu bgt emang bikin reda dan lega sehingga emosi jg jadi berkurang. Ikatan bathin ibu anak ada beberapa yang kuat bgt, anakku kos di bandung tiap dia sakit entah knp aku pasti tau dan nelp, sama halnya dia mau balik tiba2 bikin surprise, hari itu saya ngerasa harus masak enak hari ini. Eh bener dia balik.
Emosi bikin kita kadang meledak-ledak atau tidak terkontrol jadi kita bisa lakukan hanya menurunkan kadar emosi dengan narik napas jadi sedikit lebih tenang
Bener banget mba, kalau emosi harus dihadapi, jangan menghindar. Soalnya kalau orang jaman dulu ketika anak nangis pasti udah buru-buru digendong dan dihibur agar perhatiannya teralih dan lupa dengan emosinya. Padahal cara ini nggak bagus, aku lebih suka ngasih anakku waktu untuk menangis, agar ia bisa melampiaskan emosinya, tapi tetap aku temani dan aku peluk.
Ya benar sekali mbak..penting sekali untuk bisa mengatur emosi agar anak sehat ibu pun sehat lahir batin membersamai anak-anak
Masih menjadi PR banget untuk tetap tenang saat anak tantrum. Seringnya malah ikutan tantrum. Malah jadinya ada dua bocil, kaan. Padahal pengen banget jadi ibu peri.
Aku baru tahu loh kalau anak nangis ya biarin aja, itu termasuk melepaskan emosi. Dulu kan ortu sibuk aja menenangkan atau menghibur supaya cepet diem…Malah seringnya dimarahin tuh anaknya…
Duh…Emang ya ilmu parenting terus berkembang. Kita engga boleh abai mendampingi anak dan belajar mengatur emosi.
Saya penasaran dengan point’ 3
Melakukan kegiatan fisik terarah, kelanjutannya apa ya
Anak disarankan apa…
Ilmu penting sih ini, Mba. Anak adalah cerminan kita. Dalam masa-masa ini mereka membutuhkan lebih banyak perhatian. Btw, poin 3 sepertinya kelewat edit, Mba. Ada bagian tulisan yang terpotong.
Mengajarkan anak untuk mengelola emosinya itu penting ya mbak
Emang tahap awal adalah mengenali emosi yang dirasakan, dengan memberi namanpada emosi tersebut
Duh, bener banget Mbak. Melatih anak meregulasi emosinya sendiri memang butuh banyak jam terbang atau diulang-ulang ya. Karena seringnya bentuk luapan emosinya itu sama. Marah, kecewa, sedih, semua dalam bentuk tangisan atau teriakan. Mendukung dan memberi tahu cara menyampaikan emosinya dengan benar akan sangat membantu mereka ya.
Wah iya banget nih mba. Apalagi kalau bonding sama anak kuat, anak semacam bisa merasakan apa yang emaknya rasakan
Mamah Fira..
Aku serius mau tanya.. karena mungkin ini belum aku pahami namun sering aku lakukan. Kalau anak sedang menyalurkan amarahnya, lalu diajak beraktivitas lain, apakah ini termasuk dalam kategori mengalihkan? Atau membuatkan saluran emosi yang tepat HARUS komunikasi verbal?
Nuhun.
Seriously, aku sama anakku yang kedua lebih sering memberikan alternatif aktivitas. Nanti kalau uda calm down, aku sama dia siap bahas masalah yang sebelumnya, baru aku ungkit nih..
Halo Mbak,
ini tergantung usia dan konteksnya juga. kalau terbiasa mengalihkan dan melupakan kejadian itu bukan menyalurkan emosi marah Mbak. Lebih baik anak sedang marah memang diberikan ruang untuk merasakan emosinya, jika saat menyalurkan marah ia menyakiti diri/oranng lain atau barang baru kita langsung mencegah. Nah, kalau sudah tenang memang perlu dievaluasi saat dia marah itu masalahnya apa..semoga menjawab Mbak Len
Benar, kita harus dengan benar dan tepat mengarahkan emosi anak, salah-salah nanti berdampak ke jangka panjang tumbuh kembang anak
Memang benar teh emosi bisa menular, terutama ibu. Saya mengalami sendiri ketika saya tidak bisa meregulasi emosi saya, ya emosi anak saya jadi ikutan mudah naik
tipsnya bagus banget niy kak Amel, kebetulan banget saya punya keponakana yang emosian banget anaknya, kayanya perlu saya share ke orang tuanya agar bisa jadi bahan belajar juga dan menerapkan tipsnya
Gimana ya klo anakku emosinya karena cemburu, apalagi klo udah ngomongin adek point no 2 mendukung mengatasi emosi anak juga sudah. Dan Dz juga udah perasaan apa yang Dia rasakan.
Gimana ya klo anakku emosinya karena cemburu, apalagi klo udah ngomongin adek point no 2 mendukung mengatasi emosi anak juga sudah.
jujur aku masih sering kelepasan marah dan ngamuk di depan anak, mbak dan kayaknya si kakak juga mulai meniru aku kalau marah-marah huhu. semoga aja nih ke depannya aku bisa lebih mengelola emosiku biar nggak menularkan energi negatif ke anak
masya allah aku kok galfok ma tampilan visual infografisnya ya mbak cakep. eh di bawah ada youtubenya makin galfok lahhehhe
isinya mesti daging gini sih tulisan ceritmamah ini