Kerusakan Lahan Gambut dan Kesehatan Anak Kita

Photo of author

By Shafira Adlina

Bulan Agustus-September 2022, menjadi bulan yang berat bagi sebagian orang tua. Ya, berat karena Kesehatan anak-anak banyak diuji di bulan tersebut bahkan hingga bulan Oktober saya menuliskan artikel ini.

Di rumah sendiri kami pun mengalaminya. Seperti permainan ping pong, sakit pun bergantian. Sakha, anak pertama saya yang semula demam kemudian batuk pilek. Kemudian adiknya, lalu saya dan suami. Selama dua bulan itu kita struggling untuk meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh.

Tahun ini kembali sekolah offline setelah hampir 3 tahun sekolah di rumah saja.

Begitu banyak penyakit yang diderita anak usia sekolah. Seperti flu, batuk, demam hingga diare, demam berdarah dan infeksi pernapasan (ISPA). Saya sendiri melihat banyak cerita dari teman online, tetangga hingga kerabat sendiri. Anak yang sakit demam berhari-hari, hingga dirawat di rumah sakit.

Cuaca juga andil peran. Kini, iklim dan musim kini sulit ditebak. Jika dulu saat duduk di bangku sekolah, kita menghafal musim penghujan cukup ujungnya yang ber-ber. Seperti September, Oktober, November dan Desember. Kini, setiap bulan bisa disebut musim hujan.

Perubahan iklim adalah kenyataan yang kita hadapi sekarang. Perubahan iklim ini juga terkoneksi dengan lahan gambut.

**

Pernahkah kamu mendengar lahan gambut? Apa yang dipikirkan kalian ketika mendengar lahan gambut? Hutan, pedalaman, atau kebakaran?

Lahan Gambut, Tak Kenal Maka Tak Tahu

Yuk, kenal Gambut lebih dalam!

LAHAN GAMBUT ADALAH

Lahan gambut berbeda dengan lahan yang biasa kita jumpai. Lahan di perkarangan rumah kita, yang terdapat di taman perumahan disebut lahan mineral yang terbentuk dari bebatuan. Berbeda dengan lahan tersebut, lahan gambut terbentuk dari material-material organik seperti serasah, ranting pohon, akar pohon, dan kayu yang tidak membusuk secara sempurna. Material tersebut lambat mengalami pembusukan sehingga menumpuk dan membentuk lapisan gambut.

Tanah yang berwarna coklat kemerahan hingga coklat kehitaman ini pembentukannya tidak sebentar. Butuh ribuan tahun untuk membentuk lahan yang memiliki pH asam karena di bawah 4 ini. Porositas lahan gambut juga besar, berbeda dengan lahan mineral. Gambut ibarat spons yang bisa menyerap air dengan mudah. Kerennya lagi, gambut bisa menyimpan karbon yang sangat tinggi. kenapa? karena porses pembusukan tidak berjalan sempurna atau kondisinya tanpa oksigen atau anaerob.

Secara bertahap lahan gambut dibentuk dari adanya cekungan atau genangan air yang sangat luas yang mengalami pendangkalan. Tanaman yang tumbuh di lahan basah (bahan-bahan organik) kemudian mati, menumpuk di dasar cekungan, lalu mengalami dekomposisi atau pembusukan yang lambat karena tidak adanya udara. secara perlahan dan bertahap. Lihat animasinya di bawah ini ya :

 

Di mana bisa kita menemukan gambut? Pada umumnya gambut bisa ditemukan di area genangan air seperti rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir.

Luas lahan gambut di Indonesia belum dapat dipastikan.

Pada tahun 2019, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian dan Balai Penelitian Tanah memperkirakan ada sekitar 13,43 juta hektar lahan gambut di Indonesia. Lahan gambut di Indonesia yang setara dengan 178 kali luas negara Singapura ini menduduki urutan ke-empat lahan gambut terluas di dunia. Sayangnya… lahan ini mengalami penurunan setiap tahunnya. Selama 10 tahun terakhir aja kita sudah kehilangan hampir 1,5 juta hektar. Karena apa? simak terus sampai habis.

LAHAN GAMBUT INDONESIA

Salah Kaprah Gambut

Lahan gambut seringkali dikambinghitamkan sebagi penyebab karhutla alias kebakaran hutan dan lahan. Gambut juga dianggap sebagai lahan terbuang yang dapat dikeringkan dan dialihfungsikan.

Asumsi-asumsi ini menjadi  salah  satu penyebab utama degradasi dan alih fungsi lahan gambut, terutama akibat semakin terbatasnya ketersediaan lahan mineral di daerah tersebut.

Atas nama kepentingan pertanian dan perkebunan skala besar, lahan gambut dikeringkan secara terus menerus untuk mencegah air kembali membanjiri gambut. Setidaknya 1,7 juta hektar telah (yang dilaporkan) dialihfungsikan sebagai perkebunan kelapa sawit (FKM UI,2020).

Siklus surutnya dan pengeringan gambut yang terus berlangsung menjadi sumber emisi karbon yang tidak akan berhenti.

Setidaknya 57 gigaton karbon tersimpan dalam Kawasan ini. Lahan gambut menjadikan kawasan utama penyimpan karbon dunia. Surga karbon lahan gambut Indonesia, hanya mampu ditandingi oleh hutan hujan di Amazon yang menyimpan 86 miliar ton karbon. Kebayang kan sekarang ketika lahan gambut tidak dirawat dengan semestinya lahan ini bisa “berbahaya”.

Bahaya Kerusakan Gambut dan Kesehatan Anak Cucu

Lahan yang sering dialihfungsikan sebagai lahan pertanian, perkebunan atau pemukiman akhirnya menimbulkan efek dominonya untuk kita dan anak cucu kita. Apa akibat kerusakan gambut yang telah dilakukan bertahun-tahun?

Akibatnya yang perlu kita tanggung dari kerusakan lahan gambut adalah

#1. Terjadinya Banjir

Kebayang ga struktur dan karakteristik gambut yang berpori-pori tadi, jika dialihfungsikan akan berubah fungsi hidrologis. Bahkan fungsi menyerap air ini akan hilang. Kalau begitu, saat terjadinya hujan maka banjir adalah sebuah kepastian. Banjir di atas lahan gambut atau daerah aliran sungai yang dapat mengancam keberlangsungan pertanian masyarakat sekitar.

#2. Kebakaran dan Kabut Asap

Karakter lahan gambut memiliki bahan kayu dan ranting di dalamnya dengan struktur tanah longgar, sehingga udara bisa masuk dan memicu kayu mudah lapuk. Oksigen bisa menyebabkan api cepat membesar.

Maka, membiarkan lahan terlantar sama saja dengan menyiapkan kayu bakar di musim kemarau. Oleh sebab itu, pengeringan lahan gambut berdampak pada tingkat kebakaran yang tinggi.

Fungsi penyerapan air pada gambut yang sangat kering akan sulit dilakukan karena dalam keadaan tersebut, gambut sudah tidak berfungsi sebagai tanah dan sifatnya sama seperti kayu Ketika ada oksigen, tentu api akan cepat membesar dan kebakaran apalagi kabut asap tidak dapat terelakan.

Api yang menjalar ke bawah permukaan tanah menyebabkan pembakaran yang tidak menyala sehingga hanya asap putih yang tampak di atas permukaan dan menyebabkan kegiatan pemadaman kerap sulit dilakukan serta menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat sekitarnya.

Dan lebih berbahaya lagi asap yang dihasilkan dari proses pembakaran lahan gambut ini. Kenapa? lebih dari 90 senyawa gas yang berbeda di dalam asap kebakaran gambut. Setidaknya ada 2 senyawa kuat karsinogenik di sana, yaitu formaldehida dan akrolein (Stockwell, et all. 2016).  Korban jiwa pun yang dilaporkan lebih dari 100.000 saat kebakaran hutan tahun 2015.

kebakaran gambut
Lahan gambut yang ditanami kelapa sawit terbakar di pulau Sumatra bagian barat utama Indonesia (2015). Lapisan gambut, bahan organik yang membusuk, dapat meregang jauh di bawah permukaan, dan kebakaran sering menyebar di bawah tanah. Foto oleh Rhett A. Butler/Mongabay.

#3. Tercemarnya Tanah

Salah satu mineral tanah yang sering ditemukan di lahan rawa adalah pirit (kandungan FeS2) dan akan teroksidasi menjadi senyawa beracun dengan kandungan besi dan alumunium apabila bertemu dengan udara (oksigen). Kalau terjadi kebakaran dan kabut asap, tanah gambut pun akan tercemar.

#4.  Terganggunya Kesehatan dan Aktivitas Manusia

Efek dari kerusakan lahan gambut menyebabkan dampak yang nyata seperti kebakaran, kabut asap, banjir, dan pencemaran tanah. Namun, lebih jauh lagi, pengaruh negatif kejadian-kejadian tersebut merambat pada kehidupan masyarakat. Mulai terganggunya aktivitas, Kesehatan memburuk karena mudahnya datang mikroba dan daya tahan tubuh menurun. Lagi-lagi kita diingatkan, merusak alam akhirnya merusak diri sendiri.

kabut asap 2015
Anak-anak bermain tanpa mengenakan pelindung di taman bermain sementara udara diselimuti kabut tebal dari kebakaran hutan di desa Sei Ahass, kabupaten Kapuas di provinsi Kalimantan Tengah di pulau Kalimantan, Indonesia. Kebakaran ini merupakan ancaman bagi kesehatan jutaan orang. Asap dari kebakaran lanskap membunuh sekitar 110.000 orang setiap tahun di seluruh Asia Tenggara, sebagian besar sebagai akibat dari masalah jantung dan paru-paru, dan melemahnya bayi yang baru lahir. Dok: Ardiles Rante / Greenpeace

#5. Hilangnya Keanekaragaman Hayati

Kalau lahan dan hutan sudah rusak, selain kita yang mengalami kerugian apa coba? Ekosistem dan ekologi pasti berdampak nyata.

Informasi dari pantau gambut kemarin saat belajar bersama #EcoBloggerSquad 2022 bahwa Dari 258.650 spesies pohon tinggi yang tercatat di dunia, 13%-15% terdapat di lahan gambut Indonesia, yaitu 35-40 ribu spesies pohon tinggi.

Selain itu, terdapat 35 spesies mamalia, 150 spesies burung, dan 34 spesies ikan di lahan gambut. Beberapa fauna merupakan spesies endemik dan dilindungi International Union for Conservation of Nature (IUNC) yang masuk ke dalam Red List IUNC, seperti orang utan, harimau Sumatera, beruang madu, dan macan dahan.

Rusaknya ekosistem gambut, perlahan akan membuat punah tanaman-tanaman endemic gambut tropis, mempersempit ruang hidup satwa, dan imbasnya justru akan berujung pada kehidupan kita sebagai masyarakat.

KEBAKARAN LAHAN GAMBUTMerusak Gambut Mempercepat Laju Perubahan Iklim

Dan gongnya adalah mempercepat perubahan iklim. Ketika asap dan emisi gas karbondioksida dan gas-gas lain tersebar ke udara, tentu akan berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim. Yang pasti saya jamin teman-teman pembaca juga sudah merasakan ini kan? Musim yang sudah tidak jelas kapan kemarau dan musim hujan, lalu sering ada bencana alam dan suhu semakin panas.

Perubahan Iklim dan Kesehatan Manusia

Perubahan iklim tentu dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan manusia.

Dampak langsung dapat seperti adanya cuaca ekstrem seperti serangan gelombang panas, siklon tropis dan lain sebagainya.

Sedangkan dampak tidak langsung yang sudah kita rasakan juga seperti ketika perubahan iklim kemudian memengaruhi vektor-vektor atau penyebab penyakit.

Contohnya nyamuk, dengan perubahan iklim ini, vektor penyebab penyakit tersebut bisa hidup lebih panjang atau berubah perilakunya.

Salah satu publikasi penelitian dari Jurnal Sistem Kesehatan 2015 menyebutkan bahwa penderita demam berdarah mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Hal ini juga senada dengan data penderita di provinsi Jawa Barat, setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Hal ini tentu disebabkan nyamuk sebagai vektornya erat berkaitan dengan perubahan iklim. Mulai dari tempat kembang biak yang akan mempengaruhi populasi nyamuk tersebut.

Badan Kesehatan Dunia, WHO juga merilis dalam Climate Change and Health bahwa penyakit-penyakit lain yang rentan hadir dalam perubahan iklim adalah gangguan sistem pangan, penyakit pernapasan (ISPA, pneumonia), zoonosis, penyakit yang ditularkan melalui vector seperti DBD dan malaria serta masalah kesehatan mental.

Sampai sini benang merahnya semoga dapat ya, ketika gambut rusak maka perubahan iklim terjadi dan lagi-lagi kita dan anak keturunan kita yang akan terkena dampaknya.

Dampak kesehatan manusia dari perubahan iklim

Penutup

Lahan gambut merupakan salah satu ciptaan Allah yang ada di alam. Lahan ini berkarakter, sudah sewajarnya kita sebagai manusia yang dapat berpikir mengambil tindakan untuk memberdayakan mereka. Jika kita membiarkan atau mengalihfungsikan, justru akan membahayakan diri dan anak keturunan kita sendiri. Sekarang waktunya kita bertindak, setidak ada 3 hal yang bisa kita lakukan, yaitu :

  1. Sebarkan terus pengetahuan tentang pentingnya lahan gambut
  2. Konsisten menyiarkan isi perlindungan lahan gambut
  3. Mendorong Komitmen Pemerintah terkait agar serius mengelola dan melindungi gambut.

Apa yang sudah kalian lakukan untuk melindungi gambut untuk Kesehatan anak dan keturunan kita? Share ya di kolom komentar!

Semoga bermanfaat, salam.shafira adlina

Sumber pengetahuan :

  1. Persentasi dari pantaugambut.id saat materi Eco Blogger Squad
  2. https://www.mongabay.co.id/2020/01/30/gambut-itu-harus-basah/
  3. https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-kasus-demam-berdarah-dengue-dbd-berdasarkan-jenis-kelamin-di-jawa-barat
  4. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/climate-change-and-health
  5. Jurnal gas kebakaran gambut https://acp.copernicus.org/articles/16/11711/2016/

26 thoughts on “Kerusakan Lahan Gambut dan Kesehatan Anak Kita”

  1. Persoalan perkebunan sawit gak kelar-kelar ya.. padahal jelas2 merusak habitat hewan, merusak lahan gambut dan hutan karena banyak penebangan berhektar-hektar. Kalau gak turun tangan pemerintah ya susah, banyak oknum pemerintah juga yang jual beli ijin mengenai hal ini.

    Reply
  2. Banyak sekali akibat yang ditimbulkan karena lahan gambut tidak disikapi sebagaimana mestinya, efeknya berkelanjutan sampai ke anak cucu kita kelak. Semoga saja secara perlahan timbul kesadaran untuk memperbaiki keadaan di lahan gambut kita.

    Reply
  3. Jujur aku juga baru tahu tentang lahan gambut ini, dan setuju mba perlu adanya pembinaan dari dinas terkait mengenai lahan gambut bukan hanya pada warga tapi terutama pada industri2 yang secara sengaja mengalihfungsikan lahan gambut ini ya mba. Yuk ah jaga lahan gambut buat anak cucu kita kelak

    Reply
  4. Lahan gambut tak bisa disalahkan ketika karhutla, oknum2 yang memercik kan api atau sengaja membakarlah yang harus bertanggung jawab. Juga peran pemerintah yang tegas untuk perusahaan yang sengaja membakar untuk keperluan industri.

    tapi bagaimana ya, dilain sisi melarang membakar dilain sisi memberikan izin untuk membuat lahan gambut menjadi rusak dengan menambah lahan sawit dll

    Reply
  5. Jadi ingat kalau tanah gambut di Kalimantan pernah saya kunjungi dan memang selalu mengalami pengikisan sehingga fungsinya makin lama makin berkurang
    Ketika ada pembakaran hutan, sungguh kasihan daerah sana yang dipenuhi asap berhari-hari

    Reply
  6. Ah iya
    Lahan gambut ini punya banyak peran dalam kehidupan manusia dan kelestarian ekosistem ya mbak
    Kalau gambut dialihfungsikan, maka dampaknya sangat merugikan t
    Termasuk mengancam kesehatan

    Reply
  7. OMG, aku jadi inget karhutla di Palangka 2017 pas si bungsu baru setahun, akhirnya nebul berkali2 karena asmanya kambuh, ngik ngik ngik T_T
    Mengerikan asapnya ini Mba, tiap kita hirup sekali, terasa seperti ditusuk ribuan jarum kecil, pusing, sesak, mual, diare kayak orang keracunan. Aku harap itu yang terakhir kalinya deh T_T

    Reply
  8. Karena letaknya di bawah tanah, jadinya kalau terbakar jadi susah dipadamkan ya, dan menimbulkan polusi asap hebat.

    Sedih sih, mengapa ada orang serakah yang sengaja membakar lahan gambut seperti ini, yang sangat banyak manfaatnya buat keberlangsungan alam

    Reply
  9. Saya pernah ngalami kebakaran waktu SD, saat masih tinggal di Sumatra dulu. Kayak sudah agenda tahunan ada kebakaran hutan seperti itu. Sampai sekarang pun masih belum terlalu paham mengapa itu bisa terjadi.
    Memang dalam hal ini, Pemerintah harus tegas dalam menerapkan aturan dan sanksi terhadap oknum yang melakukan pembakaran hutan.

    Reply
  10. Keinget sama asap2 di Riau dan Kalimantan yang 2 tahun lalu sampe ada yg tewas gegara ISPA mba Shaf, sedih bangett.. semoga setelah ini banyak yg teredukasi betapa pentingnya lahan gambut untuk keseimbangan ekosistem yaa

    Reply
  11. selama saya dulu tinggal di Kalimantan sering sekali melihat kebakaran hutan dan ternyata ini memang berbahaya ya untuk anak-anak, semoga setelah ini kebakaran tersebut dapat diminimalisir, kontribusi pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk mencegah ini

    Reply
  12. Masalah pelestarian hutan memang isu yang pelik banget ya.

    Bener banget nih, agustus September ini bulan yg penuh peluh ngurus anak demam bapil. Anak saya dua kali opname sepanjang dua bulan itu

    Reply
  13. Kamipun juga sedang berjuang di sakit yg beruntun. Mulai dari batpil, cacar dan kini anak berbarengan sakitnya karena Campak. Ya Allah . Tulisan ini membuat saya lebih selektif memilih asupan makanan

    Reply
  14. Super kaya ya Indonesia, lahan gambutnya bisa mpe luas gitu, luasnya Singapura aja ga ada apa-apanya. Sayang banget masih terjadi salah kaprah yang mengambinghitamkan lahan gambut sebagai sumber kebakaran. Hellowww… yang bikin jadi mudah terbakar kan manusianya. Semoga saja makin banyak edukasi yang dilakukan oleh pihak berwenang dan berbagai pihak lainnya terhadap masyarakat sehingga tidak mudah melakukan pembakaran lahan demi pembukaan ladang baru.

    Reply
  15. Ternyata gambut punya peran penting dalam menyerap karbon
    Bila gambut dialihfungsikan dgn dibakar, tentu dampaknya sangat dahsyat bagi kesehatan manusia, juga bisa mempercepat laju perubahan iklim ya mbak

    Reply
  16. Masyaallah. Jadi inget kebakaran hutan di Kalimantan beberpa tahun yang lalu. Sampai-sampai oksigen langka di sana. Na’udzubillah.

    Reply
  17. saya baru ngeh tanah gambut ini, ternyata sudah banyak tergerus ya, padahal kita butuh tanha gambut juga untuk kestabilan ekosistem
    edukasi seoerti ini dibutuhkan mbak agar sama-sama menjaga bumi, semoga semakin banyak yang terjadi

    Reply
  18. lahan gambut kita punya ternyata luas banget yaa. itu yang aku barutau. tapi tiap tahunnya mengalami penurunan. sedih denger. yuk bareng2 sebarin awareness tentang lahan gambut.

    Reply
  19. Iya lho, di Malang juga cuacanya random banget. Kadang pagi panas, abis dhuhur udah mendung terus ujan deres. Anak2 jadi gampang flu gitu. Eh ternyata ini salah satu efek perubahan iklim dan nyambung juga ama alih fungsi gambut yah. Semoga kita bisa melestarikan lahan gambut yah.

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page