Awalnya bayi yang belum genap berusia satu bulan itu baik-baik saja tanpa gejala sakit seusai pelaksanaan acara aqiqahnya. Sampai pada akhirnya, dua hari sesudah acara tersebut, bayi laki-laki tersebut mengalami batuk dan sesak. Keadaannya tak kunjung membaik seusai melakukan perawatan beberapa hari di rumah.
Sesampainya di IGD, bayi mungil itu divonis mengalami Pneumonia berat.Salah satu praduganya karena pada acara aqiqah tersebut bayi ini banyak terpapar asap rokok dari para tamu. Namun, setelah berjuang dirawat selama tiga hari ternyata takdir yang harus diterima bayi bernama Muhammad Hafizh Syawal harus berpulang menghadap sang pencipta.
Cerita dan pengalaman dari keluarga ini tentu bisa memberikan kita semua pelajaran dan pengalaman yang berharga.
Lalu apa sebenarnya penyakit pneumonia tersebut?
Penyakit pneumonia adalah penyebab nomor satu penyebab kematian anak di dunia. Di Indonesia, penyakit yang dikenal dengan infeksi paru-paru ini merupakan urutan kedua penyebab kematian pada balita setelah diare.
UNICEF melaporkan sekitar 800.000 anak di dunia meninggal akibat pneumonia setiap tahunnya. Dengan kata lain, setiap hari hampir 2.500 anak meninggal karena penyakit ini. Artinya ada ada 2 balita setiap 1 menit yang meninggal akibat penyakit Pneumonia. Jika dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik, maka diperkirakan 10 tahun dari sekarang ada 11 juta balita meninggal karena Pneumonia.
Kenali Gejala Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat akut. Penyebab Pneumonia merupakan bakteri, virus, jamur dan mikroba lainnya yang menginfeksi paru-paru. Infeksi paru-paru tersebut membuat cairan atau nanah dapat mengisi kantung udara yang terinfeksi, sehingga penderita merasakan sakit yang luar biasa dan kesulitan bernapas. Infeksi paru-paru yang disebabkan Pneumonia dapat membuat kesulitan bernafas hingga menyebabkan kematian.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan penyakit pneumonia pada anak. Selain dari aspek individu anak, perilaku orang tua dan lingkungan juga berpengaruh.
Penelitian menyebutkan bahwa kondisi lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan perilaku penggunaan bahan bakar dapat meningkatkan risiko kerentanan anak terhadap pneumonia.
Generasi Emas Indonesia dan Investasi Kesehatan
Setiap kita tentu mengharapkan memiliki keturunan yang dapat meneruskan kebaikan, sama halnya dengan negeri ini yang ingin memiliki generasi emas. Generasi emas merupakan generasi yang memiliki integritas yang baik, karakter sebagai bangsa Indonesia, dan kompetensi di bidangnya. Mereka yang disebut generasi emas juga mereka yang mudah beradaptasi dengan perubahan dan mampu menggunakan kemajuan teknologi digital.
Untuk melahirkan generasi emas, kita harus memperhatikan kecukupan gizi dan pemenuhan penguatan kesehatan. Supaya apa? Agar anak-anak penerus bangsa in iterhalir menjadi pribadi yang berubuh sehat dan berpikir cerdas sehingga dapat berkembang sempurna untuk berkontribusi memajukan bangsa ini.
Artinya untuk menghasilkan generasi emas Indonesia, kita harus berinvestasi sejak dini pada kesehatan untuk mendukungnya. Salah satunya dalam mengendalikan penyakit pneumonia sebagai penyebab nomor satu penyebab kematian anak di dunia.
Gejala Anak Mengidap Pneumonia
Gejala awal anak yang mengidap pneumonia menyerupai selesma (common cold) seperti batuk, pilek, dan demam yang disertai lemas dan lesu berkepanjangan. Alasan ini yang menjadi sebab anak yang terkena pneumonia lambat disadari karena gejala awalnya sulit dibedakan dengan gangguan pernapasan lainnya.
Namun, gejala anak yang mengidap pneumonia biasanya bertahan relatif lebih lama dibandingkan pilek dan batuk karena selesma.
Gejala anak mengidap pneumonia yang perlu diwaspadai.
Gejala pneumonia ini diawali dengan gangguan sistem pernapasan bagian atas, yaitu hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut akan berpindah menuju paru-paru yang kemudian menghambat asupan oksigen ke paru. Kondisi ini akan membuat penderitanya kesulitan bernapas.
Awalnya anak yang mengidap pneumonia ditandai dengan gejala batuk, hidung tersumbat, dan kesulitan bernapas. Demam, muntah dan ritme bernapas menjadi cepat adalah gejala umum yang biasanya terjadi.
Untuk mengetahui napas cepat pada anak, coba lihat dada dan hitung gerakan napasnya selama satu menit. Bagaimana cara menghitung napas anak termasuk kategori napas cepat atau tidak? Berikut kategorinya.
Kategori napas cepat pada anak :
- Usia < 2 bulan = 60 kali atau lebih per menit.
- Usia 2 bulan – < 12 bulan = 50 kali atau lebih per menit.
- Usia 12 bulan – 59 bulan = 40 kali atau lebih per menit.
Berikut beberapa gejala yang perlu orangtua waspadai pada anak:
- Anak mengalami demam
- Anak mengalami batuk, baik kering maupun batuk berdahak.
- Anak mengalami muntah-muntah.
- Anak mengalami sulit bernapas. Umumnya anak tetap akan merasakan kesulitan bernapas bahkan saat ia tengah beristirahat.
- Anak bernapas dengan tempo cepat.
- Anak mengalami nyeri pada perut yang bisa terjadi karena usaha anak yang terlalu keras untuk bernapas secara normal.
- Anak mengalami penurunan aktivitas dan kehilangan nafsu makan.
- Pada kondisi yang lebih parah, warna bibir dan kuku anak akan membiru.
Untuk anak usia balita, perburukan gejalanya kerap ditandai dengan perilaku gelisah, tidak mau makan/minum, kejang dengan bibir kebiruan, bahkan sampai penurunan kesadaran.
Gejala pneumonia berbeda-beda pada setiap anak. Jika anak memiliki penyakit penyerta kronis kambuhan seperti jantung atau asma kemungkinan mengalami gejala lebih buruk. Selain itu, jenis mikroorganisme (bakteri, jamur, atau virus) yang menginfeksi juga memengaruhi berat atau ringannya gejala yang timbul.
Kita sebagai orangtua sebaiknya sigap membawa anak ke fasilitas kesehatan atau dokter ketika anak menunjukkan gejala di atas tadi seperti bernapas dengan ritme cepat, tidak teratur, dan terlihat tidak nyaman. Ini bisa menjadi gejala pneumonia.
Dengan mengenali gejala pneumonia dan sigap mencari pertolongan medis artinya kita melangkah untuk mengurangi tingkat kesakitan dan kematian anak.
Waspadai anak yang rentan terkena pneumonia.
Selain mengenal gejala anak yang mengidap pneumonia, kita pun harus waspada pada anak yang rentan terkena pneumonia. Meskipun anak sehat memiliki pertahanan tubuh alami yang dapat melindungi paru-parunya dari mikroorganisme, akan tetapi setiap individu memiliki kerentanan yang berbeda-beda. Rentanya anak bisa dari dalam individunya atau karena lingkungannya yang membuat sistem imunnya terganggu. Perlindungan tubuh dari serangan penyakit infeksi dapat melemah jika sistem imun terganggu.
Kondisi apa saja yang membuat anak rentan terkena Pneumonia?
- Anak yang terpapar perilaku dan lingkungan tidak bersih dan tidak sehat. Seperti orangtua atau orang satu rumah yang merokok ataupun polusi udara.
- Anak-anak dengan penyakit penyerta seperti AIDS atau campak.
- Anak yang tidak diimunisasi lengkap dasar.
- Anak yang kurang asupan nutrisi. Kondisi anak kurang ternutrisi ini terutama bagi anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
Kenapa anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif rentan terkena Pneumonia? Karena ASI menjadi faktor penting dalam mengurangi kerentanan anak dari risiko pneumonia. Menurut data yang dilaporkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kejadian pneumonia pada balita dapat menurun sebesar 20% dengan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
Bukan hanya Ibu, Keluarga dapat berperan mengendalikan Pneumonia.
Sesungguhnya kita paham dengan faktor penting untuk mengurangi kerentanan anak dari risiko pneumonia salah satunya dengan memberikan hak anak berupa ASI eksklusif. Memberikan ASI kepada anak memang peran Ibu dalam melindungi generasi emas mengendalikan Pneumonia. Namun, bukan hanya Ibu, kita pun sebagai keluarga dapat mengendalikan penyakit Pneumonia pada anak. Bagaimana caranya?
Terdapat 3 langkah yang bisa dilakukan kita sebagai keluarga sebagai upaya mengendalikan pneumonia yaitu dengan Perlindungan (Protection) melalui pemberian ASI eksklusif dan asupan gizi yang adekuat. Kedua, pencegahan (Prevention) melalui Imunisasi Dasar Lengkap (IDL), praktek hidup bersih dan menghindari polusi di dalam rumah. Ketiga adalah pengobatan (Treatment) seperti akses terhadap layanan kesehatan dan deteksi dini di tingkat keluarga.
Tidak hanya seorang Ibu, melainkan seluruh anggota keluarga dapt berperan mencegah penyakit pneumonia ini. Keluarga memiliki peran yang besar dalam kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa yang harus mendapat perlindungan dan hak kesehatannya termasuk STOP Pneumonia.
Cara mengendalikan Pneumonia dengan Perlindungan (Protection)
Kita dapat mengendalikan Pneumonia dengan langkah perlindungan pada keluarga. Kita bisa menerapkan praktik pengasuhan baik sejak lahir. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat setelah usia 6 bulan, jangan lupa untuk menyusui selama 2 tahun. Selain itu, memberikan gizi yang adekuat pada anak.
Cara mengendalikan Pneumonia dengan Pencegahan (Prevention)
Cara mengendalikan Pneumonia yang dapat dilakukan kita sebagai keluarga adalah dengan pencegahan. Pencegahan Pneumonia dapat dilakukan dengan menuntaskan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) untuk anak. Imunisasi seperti Campak, Diphteri-Pertusis Tetanus (DPT), Haemophilus Influenzae tipe B (Hib) dan Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV). Selain itu dengan mempraktikkan hidup bersih dan menghindari polusi di dalam rumah. Terutama asap rokok. Selain itu pastikan tidak ada yang membersamai anak dengan paparan asap rokok.
Cara mengendalikan Pneumonia dengan Pengobatan (Treatment)
Pendekatan ketiga untuk mengendalikan penyebaran Pneumonia adalah dengan pengobatan. Kita dapat mengendalikan Pneumonia dengan segera membawa anak yang menunjukkan gejala sakit ke fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas, rumah sakit atau klinik. Jangan lupa untuk memberikan asupan bergizi saat anak sakit.
Untuk memudahkannya kita dapat mengingatnya dengan gerakan STOP Pneumonia.
• S untuk ASI selama 6 bulan
• T untuk tuntaskan imunisasi dasar lengkap
• O untuk Obati anak jika sakit
• P untuk pastikan kecukupan gizi pada anak.
Penutup
Penyakit yang dinobatkan sebagai nomor satu penyebab kematian anak di dunia ini dapat dicegah dan ditangani. Cara mencegah Pneumonia di mulai dari organisasi terkecil yakni keluarga. Setiap keluarga dapat menerapkan gerakan STOP Pneumonia, yakni pemberian ASI eksklusif, tuntaskan imunisasi, obati anak jika sakit dan pastikan kecukupan gizi anak.
Keluarga memiliki peran yang besar dalam kesehatan anak sebagai generasi emas penerus bangsa yang harus mendapat perlindungan dan hak kesehatannya. Gerakan STOP Pneumonia ini mengajak masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mengenai pneumonia dan mencegah lebih banyak kematian akibat penyakit mematikan ini.
Salam, semoga bermanfaat.
Sumber informasi :
- https://kumparan.com/kumparannews/duka-fitria-ditinggal-pergi-bayi-hafizh-ke-surga
- http://stoppneumonia.id/
- Perbedaan Risiko Pneumonia Berdasarkan Pola Asuh dan Paparan Asap Rokok (Fatati Larasati dan Arief Hargono. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion ad Health Education. 2019)
Serem juga ya kalau pneumonia dialami anak-anak. Apalagi yang sampai meninggal begitu, nyesek mengetahuinya. Semoga anak-anak kita senantiasa diberi kesehatan.
Sering denger pnumonia, tp banyak yg ga tau gejalanya.
Semoga info dan pencegahan dan penanganan bisa terus tersebar shg dapat mencegah kematian akibat pnumonia🙏
Saya termasuk yang suka gregetan kalau ada orang ngerokok dekat-dekat dengan saya, apalagi anak-anak. Pasti saya tegur secara halus.
Alhamdulillah anak-anak selalu diusahakan untuk jadwal rutin untuk imunisasi.
Semoga anak-anak Indonesia, bisa terbebas dari penyakit ini deh, aamiin.
Ya Allah adek Hafizh …
Ngeri juga ternyata pneumonia ini sampai menjadi pembunuh no. 1. Aku autoa inget-inget dulu pas anak akikah apakah terpapar asap rokok juga. jadi khawatir. Smeoga kedepannya bisa diatasi aamiin
Asap rokok itu bener2 musuh ya mom. Saya selalu wanti2 sama suami pokoknya anak ga boleh terpapar asap rokok. Kalau ada org terdekat merokok saya bakal cerewet tapi kalau orang ga terlalu akrab gitu saya pilih menghindar. Kalau ingat kisah di atas, duh pasti nyesek orang tuanya 😖
Anakku pernah kena penyakit paru Kak Ina.
Mungkin aku kecolongan imunisasi yang gak lengkap kali ya..
Jadinya imunitasnya enggak sebaik anak lain.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati, semua berharap anak-anaknya tidak kena penyakit mematikan ini
Wah, baca artikel ini telah mengingatkanku pada ponakan yang punya anak laki-laki dan terkan pneumonia. Bawaannya nangis mulu. Ternyata memang ayahnya sendiri yang sering merokok deket-deket sama anaknya. Tapi setelah menjalani perawatan di rumah sakit bumi waras bandarlampung, akhirnya sembuh.
Ini pesan untuk saya sendiri termasuk orang-orang khusunya perokok agar lebih aware dengan lingkungan sekitar. Jangan sampai merokok sembarang di depan bayi atau anak-anak yang masih rentan dengan sistem imunitas belum sekuat orang dewasa. Tetap peka dan stay healhty, bila perlu berhentilah merokok ganti dengan hal-hal positif lain seperti olahraga, mengganti uang jajan rokok untuk mengonsumsi buah dan sayur jauh lebih sehat.
Bude sya wafat karena pneumonia karena kbtulan lingkungan sekitar bnyk perokok aktif ..duh kalau lihat anak kecil dikelilingi perokok aktif jadi kasihan lihatnya kasihan klo kena paru2 nya
waktu mau operasi , aku dicek ekseahtannya dan saat diuji paru2nya , ternyata hasil rontgen banayk jaringan ikat. padahal aku dan klgku gak ada yang merokok. apa mungkin karena setiap hari aku naik angkutan umum yang penuh dg asap rokok, entahlah
Saya paling sedih kalau mendengar cerita anak yang sakit secara tiba-tiba. Langsung khawatir, apalagi jika itu mengancam nyawa. Semoga anak-anakku jauh deh dari pneumonia. Harus waspada.
Saya paling kesel kl ada yg merokok seenaknya, mana di sekitarnya ada anak2 yg masih balita. Semoga gak ada lagi anak2 yg terjangkir penyakit Pneumonia.
Pernah nih aku dengar cerita sudara yang anaknya panas tinggi, muntah gitu untung langsung dibawa ke rumah sakit malam-malam lagi , sampai bapaknya udah pasrah kalau udah waktunya dia ikhlas mana anak pertama .Alhamdulillah sampai sekarang anaknya sehat sih. Semoga para orang tua bisa lebih waspada terhadap pneumonia dan anak-anak Indonesia selalu sehat dan bebas dari penyakit ini.
Jadi sebenarnya perilaku hidup bersih itu seharusnya nggak digalakkan akhir-akhir ini aja karena ada corona ya. Karena pneumoniapun bisa terjadi kalau lingkungan sekitar bayi tidak bersih
Lagi-lagi perokok yang bikin ulah. Saya pun membenci rokok, bukan orangnya. Dan saya pun gak ngerokok.
Asli, baca artikel ini bener2 nyadarin banget kalau pneumonia itu super bahaya. Apalagi kalau bayik2 dan bocah yang kena. Duuh, mending bijak lagi deh buat perokok aktif ya
Infografis nya cantik bgt Weh mbak
Aku sebelumnya nggak ngerti pneumonia itu apa dan gimana cara ngatasinnya. Ternyata cukup bahaya juga ya mbak.
Udah saatnya org2 mulai aware nih.. lagi lagi yaa.. rokok nih.hmm
Ada juga mba shaf tetanggaku yg kena pneumonia. Dan meninggal. Kasian banget. Gejalanya juga sama dan sebabnya jg sama, asap rokok bapaknya. Sedih dngernya