Daftar Isi
Lihat
Padatnya transportasi, sempitnya jalan menimbulkan kemacetan. Sejenak warga yang mengalami kemacetan pun mengalami sesak menghirup gas buangan dari kendaraan bermotor yang menimbulkan polusi udara.
Gambar di atas adalah jalan di Ibukota yang sering saya lewati di daerah Kalibata menuju Ciliitan, Jakarta Timur.
Polusi Udara Picu Penyakit Berbahaya
Indeks kualitas udara Jakarta mencapai di atas 150 mikrogram. Dalam rentang angka tersebut kualitas udara Jakarta sudah tidak sehat. Beberapa indikator udara tidak sehat sudah sering kita rasakan saat menghirup udara di kota-kota besar Indonesia.
Jarak pandang terbatas, tidak nyaman di luar ruangan dan mudah lelah menjadi beberapa indikator udara tidak sehat yang sering kita rasakan. Sektor transportasi adalah penyumbang buruknya kualitas udara. Sadarkah kita bahwa pertumbuhan kendaraan bermotor dan peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM), berimbas pada bertambahnya emisi gas buang yang menyebabkan polusi udara.
Setidaknya emisi kendaran bermotor menghasilkan beberapa polutan seperti gas karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), dan partikular lain (Particulate Matter/PM). Jelas kandungan ini berdampak negatif pada manusia atau lingkungan bila melebihi ambang konsentrasi tertentu.
Kesehatan masyarakat di wilayah tersebut pun makin merosot. Masalah utama akibat polusi udara adalah kerusakan paru-paru yang dapat menyambar kebagian lain termasuk penyakit strok dan jantung.
Penyakit jangka pendek seperti iritasi mata, batuk, sesak napas dan asma yang sering kambuh. Penyakit jangka panjang akibat polusi udara yang akan dirasakan seperti kanker paru-paru, struk dan masalah pernapasan lainya.
Terbukti dengan perkiraan ongkos kesehatan pernapasan yang harus dibayar di Indonesia hingga US$805 miliar atau Rp11.250 triliun antara 2012 hingga 2030 (CNN Indonesia). Artinya kita harus mengeluarkan hingga Rp50 triliun perbulan hanya untuk penyakit saluran pernapasan saja. Dengan kata lain polusi udara adalah pemborosan bagi kesehatan manusia dan bumi.
Hal ini senada apa yang disampaikan Fabby Tumiwa, perwakilan Institute for Essential Service Reform pada Diskusi Publik “Penggunaan BBM Ramah Lingkungan, Guna Mewujudkan Program Langit Biru.“ Program ini kerjasama antara Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bersama KBR yang diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 11 Februari 2021 lalu.
BBM yang tidak ramah lingkungan selain menyebabkan polusi udara juga menjadi penyebab utama Infeksi Pernapasan (ISPA), jantung dan penyakit berbahaya lainnya. Dengan memperbaiki kualitas bahan bakar yang lebih ramah lingkungan kita juga memperbaiki kualitas udara, jelas Pak Fabby.
Mengenal Bahan Bakar Minyak Ramah Lingkungan
Di antara bahan bakar beredar di pasaran yang ada kita harus memilih bahan bakar minyak (BBM) yang lebih ramah lingkungan demi terwujudnya udara yang layak untuk kesehatan. Apa yang disebut BBM yang lebih ramah lingkungan?
Research Octane Number (RON) merupakan ukuran tingkat ketahanan suatu jenis bahan bakar jenis bensin dalam menerima kompresi. PT Pertamina memproduksi beberapa jenis bahan bakar minyak (BBM) berdasarkan RON atau nilai oktan-nya. Berikut BBM dan nilai oktan-nya.
- Pertama Turbo dengan nilai oktan (RON) 98.
- Pertamax Plus dengan nilai oktan (RON) 95.
- Pertamax dengan nilai oktan (RON) 92.
- Pertalite dengan nilai oktan (RON) 90.
- Premium dengan nilai oktan (RON) 88.
Prinsipnya semakin tinggi nilai oktan atau RON suatu jenis BBM akan membuat emisi gas buang dari kendaraan akan semakin rendah. Tentu sebanding dengan zat kimia yang dikeluarkan oleh kendaraan. Singkatnya dengan memakai BBM yang nilai oktan lebih tinggi, polusi akan menjadi semakin rendah, yang mengurangi dampak buruk bagi lingkungan dan manusia. Dari nilai oktannya jelas bahwa BBM jenis premium adalah bensin yang paling tidak ramah lingkungan.
Premium oh Premium
Uni Eropa (European Union – EU) dalam upaya mengurangi emisi, menggunakan teknologi transportasi yang lebih ramah lingkungan. Pada awal tahun1990, EU mengeluarkan peraturan yang mewajibkan penggunaan katalis untuk mobil bensin, sering disebut standar Euro 1 (baca : Euro one).
Dengan tujuan untuk memperkecil kadar bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor. Lalu secara bertahap EU memperketat peraturan menjadi standar Euro 2 (1996), Euro 3 (2000), Euro 4 (2005), Euro 5 (2009), dan Euro 6 (2014). Aturan mengenai penerapan BBM ramah lingkungan telah tertulis dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 20 Tahun 2017 tentang Penerapan Bahan Bakar Standar Euro 4.
Kebijakan ini dimulai dari kendaraan bermesin bensin di 7 Oktober 2018, berlanjut untuk kendaraan diesel di 7 April 2021 mendatang. Disebutkan pada peraturan tersebut bahwa standar baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor harus sesuai Euro 4, atau memiliki nilai oktan atau RON 95.
Memang pergerakan Indonesia ini terbilang lambat. Negara-negara lain sudah ada yang memberlakukan standar emisi Euro 5 bahkan Euro 6. Dilansir dari sindonews, Indonesia merupakan salah satu dari tujuh negara di dunia yang masih menjual BBM dengan RON kurang dari 90.
Harga menjadi isu yang sensitif bagi masyarakat. Kebanyakan dari kita memiliki pemikiran lebih memilih BBM yang lebih murah.
Bapak Dasrul Chaniago (Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK) mengatakan bahwa sejak tahun 2006, BBM Ramah Lingkungan sebenarnya sudah tersedia di pasaran seperti Pertamax 92. Akan tetapi karena harga Pertamax lebih mahal dibandingkan Premium dan Solar tentu masyarakat lebih memilih yang murah meskipun tidak cocok untuk mesin kendaraannya.
Pada Diskusi Publik, Hari Kamis lalu, Fanda Christanto, Sales Area Ritel Jabodetabek Pertamina juga menyampaikan bahwa saat ini Pertamina sudah telah menyediakan BBM dengan kualitas lebih baik dan ramah lingkungan yang siap dikonsumsi untuk masyarakat Indonesia.
Hari ini Pertamina masih berupaya untuk menjual produk BBM dengan kualitas tersebut yang dilakukan secara bertahap. Fokusnya adalah memberikan experience kepada masyarakat untuk merasakan BBM yang lebih ramah lingkungan dengan Program Langit Biru.
Mengenal Program Langit Biru
Program Langit Biru adalah program upaya pengurangan polusi udara yang dilaksanakan Pertamina sebagai dukungan kepada Pemerintah. Program ini di mulai dari wilayah Denpasar sesuai dengan Pergub 45/2019 terkait Bali Energi Bersih. Program Langit Biru ini kemudian dilebarkan ke daerah Tangerang Selatan, Gianyar dan Palembang serta wilayah lainnya.
Program Langit Biru dilakukan dengan cara mengedukasi market dengan memberikan pengalaman kepada pengguna Premium untuk menggunakan Pertalite kepada segmen konsumen tertentu. Dengan keberhasilan program di 4 kota tersebut, maka Program Langit Biru akan dilanjutkan ke kota/kabupaten lainnya di wilayah Jawa, Madura dan Bali.
Program Langit Biru memiliki harapan untuk mendapatkan dukungan regulasi dari Pemerintah Daerah setempat serta stakeholders lainnya (YLKI, KLHK, Dinas Lingkungan Hidup DKI, Kemenkes).
Program utama dari Langit Biru ini adalah program marketing dan edukasi konsumen yang dilakukan oleh Pertamina berupa program harga khusus untuk BBM pertalite untuk konsumen kendaraan bermotor, roda 2, roda 3, angkot olat kuning dan taksi plat kuning. Agar pengguna BBM yang beroktan rendah alias premium dapat beralih ke petralite.
Fanda Christianto juga menjelaskan bahwa harga khusus bertahap ini bertujuan untuk memberikan pengalaman atau experience pada masyarakat agar bisa menikmati BBM yang lebih ramah lingkungan.
Seperti di awal dikatakan Pak Dasrul kebanyakan masyarakat ogah dengan BBM yang lebih mahal. Padahal kalau tahu kelebihan dari Pertalite, pasti lebih banyak masyarakat yang akan beralih kepada BBM jenis ini. Yuk cari tahu apa saja kelebihan dari Pertalite ini.
Selain karena BBM Pertalite (RON 90) memiliki angka oktan yang lebih baik dari pada Premium. Mendorong moderanisasi dan pembangunan kilang-kilang baru di yang dibutuhkan Indonesia. Harga Pertalite lebih terjangkau daripada Pertamax maupun Pertamax plus. Hal yang terpenting mendukung kelestarian lingkungan hidup dan Program Langit Biru.
Kalau ditanya berapa sih harga khusus yang diberikan Pertamina pada Program Langit Biru?
Harga khusus atau diskon yang diberikan Pertamina dilakukan secara bertahap.
Diskon Rp1.200 perliter di mana harga Pertalite sama dengan harga Premium dan dilakukan selama 2 bulan. Konsumen dapat membeli Pertalite dari harga Rp 7.650 menjadi Rp 6.450 per liter.
2 bulan berikutnya diskon per liternya berkurang menjadi Rp800 per liter.
Tahap ketiga selama dua bulan diskon hanya diberikan Rp400 per liter. Setelah 6 bulan Program Langit Biru ini berjalan harga harga Pertalite kembali normal, dengan kata lain tanpa diskon. Program Langit Biruini dilaksanakan secara bertahap di kota/kabupaten di wilayah Jawa, Madura dan Bali dimulai pada tanggal 7 November 2020.
Konsisten Pemerintah Menuju Langit Biru
Jika menelisik ke belakang, Program Langit Biru merupakan program yang sudah tua. Kenapa? Sebab Program Langit Biru ini sudah melalui berbagai pemerintahan mulai dari Presiden Soeharto hingga Presiden Joko Widodo. Melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 1996 oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup Program Langit Biru ini pertama kali diluncurkan.
Melihat lamanya program ini, Tulus Abadi, Ketua Pengurus harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) pada Diskusi Publik juga mengemukakan bahwa kesuksesan langit biru sebenarnya tergantung dari konsistensi pemerintah.
Contohnya masihkah kita ingat sekitar tahun 2014 wacana Premium siap dihilangkan. Namun, menjelang lebaran dan pemilu premium kembali lagi hadir. Saat itu Kementerian ESDM untuk merevisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
Dalam Perpres BBM yang pernah direvisi itu, Pertamina masih wajib menyediakan BBM jenis Premium di wilayah Jawa, Madura, dan Bali. Tentu Program Langit Biru tidak akan pernah berjalan efektif jika kesiapan Pertamina dan penugasan pemerintah yang tidak konsisten.
Penutup, Mari Sukseskan Program Langit Biru
Sesungguhnya dengan menyukseskan Program Langit Biru artinya kita menjaga alam yang merupakan titipan untuk anak cucu kita sendiri. Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menyukseskan Program Langit Biru?
Jangan Memakai Premium!
Saat ini kita belum bisa banyak berharap agar pemerintah dengan tegas menghapus BBM bernilai oktan rendah, terlebih Premium yang hanya memiliki RON 88.
Dengan mengganti BBM yang lebih ramah lingkungan yang memiliki nilai oktan lebih besar, kita membantu suksesnya Program Langit Biru.
Penggunaan BBM ramah lingkungan tentu akan berdampak positif bagi lingkungan dan harapan hidup masyarakat. Mari ganti BBM yang lebih ramah lingkungan dan rasakan manfaatnya.
Sebisa Mungkin Gunakan Transportasi Publik
Kalau kamu belum mempunyai kendaraan pribadi, kita bisa loh mengurangi polusi udara dengan menggunakan transportasi publik. Tentu ini akan menghemat konsumsi bahan bakar dan akan mengurangi polusi udara yang dihasilkan emisi gas buang kendaraan bermotor.
Edukasi ke Masyakarat
Tidak harus menunggu jadi influencer seperti selebgram atau artis papan atas. Dengan mengedukasi betapa bahaya polusi udara yang dihasilkan emisi gas buang kendaraan bermotor dan dampak positifnya kita memakai BBM yang agak mahal sedikit ini, kita telah menyebarkan kebaikan.
Nadine Candrawinata pada diskusi publik mengatakan masyarakat saat ini memang butuh informasi yang ringan. Apalagi di era media sosial ini, kita bisa berbagi kebaikan dan menyebarkan kabar gembira tentang Program Langit Biru ini ke teman dan sanak keluarga.
“Awal perubahan adalah ketidaknyaman.“Nadine Candrawinata
Artinya bukan tidak bisa kita mengubah kebiasaan kita, mari lakukan perubahan sebelum menjadi korban sebuah perubahan. Semoga tulisan ini menjadi pengingat sesama dan menjadi doa panjang agar pemerintah bersatu dalam nada yang tegas untuk mengupayakan langit biru di Indonesia. Program Langit Biru, secercah harapan Indonesia.
Semoga bermanfaat, salam.
Di Bekasi, spbu yang menyediakan premium pun sudah banyak berkurang. Kalaupun ada seringnya sudah tak berlaku untuk kendaraan pribadi. Masih dibolehkan untuk angkutan umum. Tapi karena sudah langka keberadaan spbu yang menyediakan bensin biasa. Akhirnya sedikit demi sedikit mulai terbiasa pengendara pribadi untuk mengisi bbm dengan yang lebih ramah seperti pertalite
Dulu suamiku suka pakai premium kak. Sekarang lebih paham dan malah suka pakai Pertamax. Paling mentok kalau lagi mau hemat uang ya pertalite. Kadang di SPBU deket rumah ada kayak promo harga pertalite sama kayak premium.
Upaya yang baik dari pertamina untuk menjaga kesehatan udara. Namun kalau kendaraan juga tetap bertambah tentu emisi yang dihasilkan tetap saja akan banyak
pemakai pertalite ngacung, kalau memang ada subsidi dalam rangk aprhram langit biru sih sangat membantu ya. karena iyess issue ekonomi selalu jadi tembok permasalahan di negara berkembang seperti indonesia. imginnya memang mengikuti sebagaimana negara eropa mengembangkan transportasi ramah lingkungam tapi tingkat ekonomi mereka kan jauh berbeda dengan indonesia. secara halus, kita masih memikirkan efisiensi ekonomis ketimbang dampak lingkungan.
program langit biru ini bagus, diharapkan kedepannya berkelanjutan dan konsisten, sama halnya dengan urusan tarik ulur penggunaan premium
Edukatif. Sejak ada pertalite jadi sering pakai pertalite. Tapi emang dulu punya mindset kalo mahal maka kualitasnya bagus. Meksi tidak selalu benar. Tapi untuk bbm ini, selain menjadi salah satu cara merawat kendaraan. Juga upaya menjaga lingkungan dari polusi udara
kalau baca langit biru jadi inget waktu kuliah, belajar ngukur pencemaran udara
Banyak pihak memang harus bekerja sama dan memainkan peran masing-masing ya, kalau mau masalah polusi ini teratasi. Kita lakukan apa yang memungkinkan kita lakukan dari diri sendiri, mulai dari hemat bahan bakar misalnya. Tapi kalau yang berbahan bakar khusus juga perlu waktu sih buat nabungnya biar bisa beli, hehe.
Wah bagus banget nih programnya. Saya sih gak gitu ngeuh dg harga BBM soalnya yg biasa beli itu suami, tapi emang sudah lama hijrah ke Pertalite
Kalimantan belum ni ya mah,,bertahap ya. Padahal pertamax itu juga membuat mesin lebih awet juga, gak gampang rewel. Hemat juga kan di ongkos perawatannya. Dan lagi-lagi kalau disuruh milih, memang kebanyakan masyarakat pilih yang murah, tapi resikonya itu juga berdampak pada alam. Semoga program ini bisa diterima oleh masyarakat Indonesia, no demo-demo. Demi terciptanya langit biru.Aamiin
nah, gebrakan begini yang semoga bisa menjadikan bumi kita lebih sehat ya 🙂 memang awalnya sedikit berat, tp kudu dijalankan untuk kebaikan semua, keren pertamina 🙂
wah upaya begini memang harus dilakukan ya demi bumi kita yang sehat. Apalagi banyaknya orang yg sekarang pakai kendaraan bermotor karena mudah didapatkan, jadi harus diimbangi dg penggunaan BBM yg ramah lingkungan 🙂
wah memang perlu gebrakan untuk perubahan biar bumi kita terjaga terus ya 🙂
Dari judup programnya aja udah kecee mba shaf.
Langit biru.
MasyaAllah yaa. Kalau soal pertamax aku jg lebih suka pakai ini. Lebih alus aja gitu di motor pas pakainya. Hampir nggapernah pakai selain pertamax. Oh ternyata manfaatnya ngga hanya di mesin. Baru tau ini loh akh
semoga program ini terus berjalan selamanya … demi masa depan generasi kita karena hanya kita yg harus merawat lingkungan ini
Baru dengar soal program langit biru ini. Kebetulan kalau di kotaku, bensin jenis premium udah langka. Kalaupun ada pasti langsung habis dibabat eceran. Jadi pertalite itu udah biasa jadinya 😂
Alhamdulillah sih, udah nggak pernah pakai Premium. Sudah lama pindah ke Pertalite, malah kalau antrinya lama, cuzz aja ke Pertamax biar cepet. Plus biar langit kita biru, hehe.
iya sih, kalau lihat Jakarta, macetnya naudzubilah. Jangankan Jakarta, Yogyakarta aja sekarang ini sering udah kayak Jakarta. Macet. Saya baru tahu klo premium itu BB yang kurang ramah lingkungan. Klo saya ikut ae lah, klo ikut mendukung program langit biru
Program langit biru memang menarik ya.. Mari kita dukung program ini dg cara membeli BBM ramah lingkungan
Mantap progaram langit birunya,kak. Jakarta mah gak usah ditanya seberapa macetnya dan polusi semakin melebar dimana-mana yang membuat pernapasan kita jadi gak enak serta menimbulkan udara kotor
Langit Biru ini memang jadi PR bersama juga pastinya yaa, senang banget deh kalau bisa lihat langit yang berwarna biru itu, makanya ya semua harus sadar kalau pemakaian BBM yang bernilai oktan tinggi itu lebih baik daripada yang nilai oktannya rendah walau harga yang oktan tinggi itu lebih mahal siih ya tapi kan kita juga yang dapat manfaatnya. 🙂
Ingat banget waktu awalawal pandemi
Saat semua orang dirumah aja, saat jalanan sepi dan beberapa pabrik istirahat sejenak
Langit jadi biru cantiiiiiiiiik
Sekarang langit biru jadi impian banget
Semoga bisa segera terwujud dengan BBM ramah lingkungan
Saya selalu isi bensin dengan Pertamax, selain bagus buat mesin, ternyata emisi gas buangnya juga cukup rendah ya.
Semoga saja program Langit Biru bisa sepenuhnya terwujud di seluruh wilayah Indonesia ya Mba. Jadi Pemerintah gak terkesan setengah hati menggarap program ini.
baru banget kemarin isi bensin dan saya salah masuk di area tangki pertalite dengan harga premium, jadi ternyata itu toh program langit birunya Pertamina
Kak Ina aku tuh heran ya pas lagi mau isi BBM di SPBU masih aja ada mobil keluaran terbaru yang ngantri di premium. Itu selain buat masyarakat tidak mampu, bukankah akan membuat kinerja mesin mobil terbarunya menjadi lebih buruk ya.. dan juga emisi gas buangan nya semakin banyak sehingga mengakibatkan polusi. Mudah-mudahan dengan artikel ini semakin banyak orang yang tobat ya pakai BBM tidak ramah lingkungan.
Duh ada Pak Tulus. Saya ingat dulu sering banget wawancara beliau pas masih jadi jurnalis. Saya sih pengennya di Indonesia itu udah gak ada lagi solar dan premium, semua pakai pertamax, atau minimal pertalite dan pertamax. Cuma ya lagi-lagi kepentoknya sama masalah ekonomi ya. Keterjangkauan masyarakat kita untuk mengakses bahan bakar itu gak semuanya sama, kecuali pemerintah menggratiskan. Hihihi
Program yang menarik nih, cuma masalahnya di masyarakat masih banyak pandangan bahwa Premium lebih aman untuk mesin dibanding Pertalite, akhirnya mereka tetap pakai Premium. Kalau saya pribadi alhamdulillah pakai Pertamax atau Pertamax Turbo
sebenarnya gampang banget untuk bisa mmebuat langit biru cukup menggunakan kendaraan tanpa bensin di ganti dengan baterai atau bahan bakarnya jangan bensin itu aja deh
Wah, sebetulnya sudah lama ya Mbak program ini eh tapi saya baru tahu. Dangkal amat ya pengetahuan saya. hehe.. Wajib dukung nih program langit biru. Sepakat dengan salah satu caranya lebih memilih menggunakan transportasi umum. Makasih Mbak artikelnya. Keren..
Dilema ya mbak. Kebanyakan dari kita memang melihat ke harga dulu baru kualitas. Seperti beli bensin. Cari yang murah aja yang penting motor bisa jalan. Gak peduli kalau jenis bensin atau solar yang dipakai gak sesuai dengan mesin kendaraan. Saya dapat pengetahuan ini dari suami, yang alhamdulillah selalu memilih jenis bensin yang sesuai mesin motor. gpp mahalan dikit, asal gak merusak mesin. motor suami jadi awet.
Yuk, kita sukseskan program langit biru. Saya sudah lama pakai pertamax buat motor kesayangan. Cuek aja, ikut di deretan antrian mobil. Bukan berlagak sok kaya, tapi emang rasanya kendaraan lebih enteng gitu kalau dikasih minum pertamax
wah bener banget kak. menjaga alam dengan menggunakan bahan bakar premium. tapi kendalanya, masyarakat yang perekonomian rendah akan kesulitan krena harga premium lebih mahal dr pertalite dan bensin. baiknya pemerintah menyediakan solusi ya kak agar semua masyarakat menggunakan bahan bakar premium untuk mengurangi polusi udara
Baru tahu istilah BBM ramah lingkungan, ternyata dilihat dari nilai oktannya ya. Btw suami juga kalau beli bensin pilihnya pertamax atau pertalite, udah lama ninggalin premium karena ya meski harganya lebih mahal tetapi kualitasnya juga dirasa lebih oke dibanding premium