Memiliki anak adalah sebuah anugerah dari sang pencipta kepada kita sebagai orang tua. Memiliki anak bukan hanya menikmati kelucuan dan keluguan mereka. Kita sebagai orang tua sudah selayaknya menjalankan amanah dari Sang Kuasa untuk membersamai, membimbing, membesarkan dan mendidik putra-putri kita. Kali ini saya akan bercerita bagaimana cara menghadapi anak tantrum.
Kita paham dan sepakat bahwa anak adalah titipan anugerah terbesar dalam hidup yang akan dimintai pertanggung jawabannya kelak. Oleh sebab itu kita tentu ingin memberikan yang terbaik pada anak kita.
Bukan hanya mendambakan menjadi anak yang sekadar lucu dan mengemaskan, memiliki anak yang cerdas juga menjadi dambaan setiap orang tua. Cerdas bukan hanya soal intelektual, kecerdasaan seseorang juga erat dengan kecerdasan mengelola emosi. Nah, sebagai orang tua kita mestinya paham tahapan perkembangan emosi dan sosial anak sesuai tahapan usianya. Salah satu referensinya saya membaca di artikel dari theasianparent.
Seperti anak sulung saya yang berusia 4 tahun, dalam perkembangan emosinya beberapa kali ia mengalami keadaan tantrum. Berdasarkan pengalaman dan beberapa sumber artikel dan insight beberapa kuliah whatsapp bersama psikolog saya coba berbagi di artikel ini mengenai mengenal dan menghadapi emosi anak saat tantrum.
Mengenal Emosi dan Tantrum
Tantrum dan anak adalah sebuah pasangan kata yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Bagi anak kecil yang normal secara jasmani dan rohani pasti pernah mengalami tantrum. Sebelum itu kita harus tahu apa itu definisi dari tantrum.
Tantrum merupakan ekspresi emosi, terutama rasa marah, yang dikeluarkan secara berlebihan. Tantrum biasanya pertama kali muncul pada anak yang berusia 12-15 bulan, tantrum memuncak pada usia 1.5 sampai 3 tahun dan dapat bertahan sampai anak berusia 4-5 tahun
Mari kita jawab pertanyaan ini, apakah anak-anak kita di sini masih ada yang suka tantrum? atau sudah lewat masanya? atau sudah jauh lebih membaik di usia sekarang? atau justru ada yang baru muncul lagi nih terutama di masa pandemi ini??
Cara Orang Tua Menghadapi Tantrum Anak
Pada usia Batita (baru tiga tahun), tantrum biasanya terjadi karena anak terlalu lelah, lapar, atau takut. Sedangkan pada anak dengan usia yang lebih besar, tantrum terjadi karena keinginan untuk menguji batasan yang sudah diterapkan orang tua, frustasi, atau berusaha mendapatkan keinginannya. Di usia yang lebih besar ini, perilaku tantrum tadi juga bisa menjadi bagian dari perkembangan kemampuan negosiasi anak.
Beberapa cara orang tua untuk membantu anak menyelesaikan tantrumnya dan membantu mengelola emosinya:
1. Pahami Anak
Pertama kali yang harus dilakukan oleh kita sebagai orang tua adalah memahami. Ketika anak tantrum kita harus memahami dulu bahwa tantrum si kecil disebabkan ia yang tidak bisa mengelola emosi yang ia rasakan.
2. Cobalah Melihat Dari Sudut Pandang Anak
Ketika anak tantrum mari kita sejenak berpikir bahwa masalah apapun yang ia hadapi, adalah hal yang berarti bagi anak. Jangan coba kecilkan atau anggap remeh permasalahan dan emosi yang dirasakannya.
Suatu hari anak sulung saya pernah menangis karena adiknya mandi di pagi hari terlebih dahulu sebelumnya. Di mata kita mungkin anak terlihat konyol atau tidak penting “mempermasalahkan” sesuatu.
“Gitu aja nangis!”
“Kan cuma mandi doang Mas, gapapa dong dede duluan.”
Itu adalah kalimat-kalimat yang meremehkan masalah yang sedang dilalui anak. Jangan sampai kita meremehkan atau menyepelkan masalah anak. Kalau kita terbiasa menyepelekan masalahnya, anak akan merasa bahwa dirinya tidak berarti di mata orang tua atau orang dewasa di sekitarnya.
Jika ingin melatih dan memberi nasihat jangan saat anak tantrum, ajak bicara ketika anak sedang dalam kondisi senang dan rileks seperti saat sebelum tidur atau bermain mainan kesukaannya.
3. Beri Jeda 3 Detik
Sebagai orang tua kita harus dapat mengelola emosi. Orang tua jangan sampai ‘tertular’ emosi negatif anak. Kita dapat melatih kebiasaan untuk memberi jeda minimal 3 detik sebelum memberikan respon. Selama 3 detik itu kita bisa bernapas dan melafazkan istigfar. “Astaghfirullah al azim.”
Kita dapat mundur sejenak atau minta bantuan Pak Suami apabila merasa emosi diri sedang tidak dalam kondisi ok. Jangan lupa bahwa anak selalu mengobservasi orang tuanya dan cenderung untuk meniru apa yang dilakukan orang tua di rumah. Apabila orang tua merespon marahnya anak dengan amarah juga, anak akan belajar, bahwa untuk mengatasi perasaan atau situasi yang tidak menyenangkan adalah dengan marah-marah.
Akhirnya menjadi seperti “lingkaran setan” yang muter-muter aja tuh serumah marah-marah semua dan tidak selesai-selesai..
4. Temani dengan Sepenuh Hati
Saat anak tantrum jangan sampai kita pergi. Saat anak tantrum kita temani dan dengarkan dengan sepenuh hati.
Dengan menemani anak saat tantrum dengan sepenuh hati, anak mengetahui orang tua menemaninya dalam suka dan duka. Manfaat lainnya ketika kita menemani anak sedang dalam keadaan tantrum adalah kita menjadi teladan tenang saat melalui badai tantrum emosi. Selain itu, anak juga akan menjadi merasa aman atau secure dan disayang saat tahu ia bisa tantrum dengan orang tua membimbingnya melewati dan bersamanya di masa-masa bingung dan kalut.
5. Validasi Perasaan Anak
Ketika kita menemani anak tantrum, kita harus memvalidasi perasaannya. Atau bahasa lainnya, terima perasaannya.
“Iya Kak, kamu sebal ya.. karena hari ini papa duluan yang mandi.. bukan kamu..”
jangan sampai kita malah berbicara seperti ini :
“Udah lah gak usah sebal, begitu aja koq sebel sih.. yang penting kan kamu mandi!”
Ini membuat anak merasa bahwa perasaannya tidak penting atau tidak berarti bagi orang tuanya.. huhuhu kan sedih yaa..
6. Beri waktu Anak Untuk Mengekspresikan Emosinya
Meskipun kita memberi waktu pada anak untuk mengekspresikan emosinya tetapi tetap tegas pada kesepatan dan aturan. Saya pribadi sering mengucapkan tiga hal penting kepada si sulung bahwa : Sakha boleh nangis, tapi tidak melukai diri sendiri, melukai orang lain atau merusak barang ya.
Ketika anak sedang mengekspresikan emosi seperti ini, kita sebagai orang tua jangan suka gatel untuk memberikan wejangan-wejangan atau nasihat yaa. Kenapa? Sebab dalam keadaan emosi anak tidak akan mendengar karena dia sibuk dengan emosinya saat itu.
7. Fase Anak Sudah Tenang
Nah di fase ketika anak sudah tenang kembali, baru kita bisa membahas mengenai emosi yang dirasakan dan perilaku yang muncul. Apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan ketika lain kali merasakan emosi yang sama. Ini adalah waktu untuk kita dan Pak Suami menjelaskan bagaimana mengkomunikasinya perasaan mereka dengan asertif.
Penutup
Itulah beberapa cara orang tua untuk menghadapi tantrum anak. Bagaimana orang tua menanggapi tantrum anak akan berpengaruh perkembangan emosi anak. Bagaimana cara kita menghadapi tantrum anak tentu akan mempengaruhi cara dia mengekpresikan emosi ke depannya. Semoga bermanfaat, salam.
View this post on Instagram
Sering banget lihat anak tantrum di mall atau supermarket. Macam-macam juga respon orang tuanya 🙂
Respon kita memang benar-benar mempengaruhi. Saya bersyukur, anak-anak di rumah nggak pernah tantrum sampai parah. Beda lagi dengan keponakan di rumah, bisa heboh banget kalau tantrum. Karena selalu dituruti, akhirnya lebih ngeri lagi kalau minta-minta. Padahal, nggak semua keinginan mereka mesti dipenuhi juga. Tantrum yang begini sungguh merepotkan 😀
Sangat Bermanfaat ini, Memang tantrum sering terjadi pada anak apalagi jaman sekarang orang tua harus bener-bener punya ilmu untuk menghadapi anak Tantrum, agar pelampiasanya bisa positif dan membangun ke diiri anak menjadi lebih baik
keponakan saya ada seperti ini niy mba, tapi justru dia mulainya dari usia 4 tahunan sekarang 5 tahun, kalau marah suka berlebihan bikin seisi rumah ga bisa berbuat apa-apa. tidak begitu parah sih, tapi yaitu menangis kejer dan harus diturutin maunya, awalnya padahal enggak. bisa saya sharing artikelnya ke mamanya niy mba
Ini sangat bermanfaat Bun… walaupun alhamdulillah anak pertama tidak tantrum, namun saya sedang punya anak ke dua usia 11 bulan nih. Ini ilmu yang sangat penting untuk berjaga dan menjadi solusi nantinya. Semoga si dedek juga lebih mudah diasuh seperti kakaknya… amiin…
Aku yang belum berkeluarga aja ngerasa tertampar banget mbak, soalnya sering bilang gitu ke adek dan keponakan tanpa sadar, huhu
ternyata memang setiap yang kita ucapkan ada efeknya ya, nggak cuma orang tua aja yang harus memperhatikan perkataan tapi lingkungannya juga kudu banget paham gimana berbicara dengan anak2
Memahami anak emang butuh kesabaran yang Besar, ya mbak.. Jadi ingat dengan buku yang kubaca kemarin. Mendidik dengan cinta. Moga Kita bisa jadi orang tua yang sabar..
Setuju dengan poin nomor 2. Kadang kita sebagai orang tua juga abai menempatkan diri dalam posisi anak, menganggap apa yg mereka alami hanya masalah kecil saja. Padahal untuk usia mereka, hal itu termasuk masalah besar.
Itulah kenapa kita sebagai orang tua harus terus belajar ya Mbak.
Point 7 hanya untuk anak yang yang udah bisa ngomong ya?
Anak saya nomor 2 dan 3 pernah nih selalu tantrum di malam hari
Bingung penyebabnya apa
Karena gak sakit, lapar atau kelelahan
kuncinya adalah kesabaran dan saling mengerti ya Bun.. semangatttt!
Tips yang komprehensif untuk memahami tantrum anak.Anak ternyata punya emosi yang bisa diexpresikan. Jika ibunya tidak mengetahui bagaimana cara mengatasinya, pasti tambah runyam. Mendidik emosi anak memang sangat penting demi tingkat emosional yang tinggi.
Saya nemu anak-anak dengan sifat seperti itu biasanya di rumah sakit. Makanya itulah saya juga gk tahan jika berada di rumah sakit, bukan karena takut dokternya, cuman karena ada anak-anak kecil dengan sifat tantrum nya seperti itu.
Meskipun saya masih remaja dan belum menikah, saya merasa cemas dan kadang suka memikirkan gimana saya sudah berkeluarga dan sudah punya anak nanti ^^
Sebagai orangtua pasti pernah namanya mengalami anak tantrum ya sengaja ataupun tanpa di sengaja. Ternyata ada banyak cara yang bisa kita lakukan ya untuk menghadapi anak tantrum.
Anakku masih dalam fase tantrum, walau gak sampai parah. Cuma ya gitu kalau ke inginannya gak langsung di turuti suka teriak-teriak. Sebagai orang tua kita memang harus memahami perasaan anak ya, Mba.
Owh tantrum itu ngambek sama mutung ya tak kira apa gtu hehe
Tips nya sangat bagus bund untuk di terapkan
Saya baru tahu istilahnya disebut tantrum. Memang tantangan tersendiri menjadi orangtua untuk mendidik dan membesarkan anak dengan penuh kasih sayang dan tanggungjawab.
7 tekniknya jadi wawasan nih buat daku yang kadang juga menghadapi siswa saat mengajar saat yang seperti itu. Jadinya dibalikkan lagi juga ya gimana perasaannya sewaktu kita kecil dulu
Wah ini ilmu parenting yang bermanfaat sekali yg bisa diterapkan kalo sudah punya anak nanti. Sekarang belajar menerapkan ke ponakan dulu. Mungkinkah fase tantrum anak masih berlanjut setelah usia 5 tahun?
Belum jadi orangtua, tapi sewaktu adek saya masih bocil rewelnya minta ampun. Anak tantrum emang perlu treatment khusus untuk menangani emosinya supaya menjadi stabil kembali
Jangan menyepelakn ketakutan dan perasaan anak kecil ya Mbak yaa. Nahla nih blkgn suka tiba2 nangis sendiri, disitu kadang aku keceplosan ngomong ' kok nangis sih' haduh emang harusnya divalidasi dan dipahami dlu yaaa
Emang perlu bgt diem dlu ya teh, biar lebih terkendali sikap dan perkataan kita nih. Makasih buat pengingatnya teh Ina
Nah ternyata tantrum itu bisa dipelajari sebab musababnya ya mbak ..antara sedih, kasihan dan kesel saya tuh kalo lihat anak tantrum ..tapi baca artikel ini jadi lebih tau sata tentang emosi tantrum ..pencerahan banget maksih ya,..
tantrum anak adalah drama sepanjang masa pertumbuhan dan perkembangan anak ya. apalagi anak mulai masuk usia 3 tahun. dramanya banyak, hehehe. bener nih sebisa mungkin orangtua mengenali emosi anak, memahami dan mendampingi . karena kalau orangtua gak paham kenapa anaknya tantrum,orangtua bisa bersikap kasar terhadap anak. ini kan bahaya ya. semisal kenapa anak usia 3 tahun banyak tingkahnya dan aneh aneh. kalau gak paham anak sedang dalam masa threenanger , mulai mengenal diri dan lingkungan, maka orangtua yang gak paham akan menilai anak nih tingkahnya aneh dan gak wajar lantas berkata dan bersikap kasar. amit – amita Ya Allah. edukasi orangtua penting banget ya teh.
ini komennya panjang ya, hihihi
huhuuu memang sesuatu ya memahami emosi orang ini, apalagi anak-anak yg mereka aja kadang belum paham apa yg mereka rasain ;( semoga terus bisa sabar jd orang tua menghadapi anak-anak 😉 thanks sharingnya mbak 🙂
Jaman sekarang lebih terbuka masalah cara menghadapi tantrum ini, kadang tiap ortu khususnya Ibu wajib tahu bagaimana mengatasinya. Ga sekedar hanya nyubit ato marahin anak yang lagi tantrum, khawatir nanti trauma buat anaknya di masdep yaa.
Makasih remindernya.
anak tantrum memang bikin pusing ya. Tapi Alhamdulillah sih, sejauh ini, 4 anakku waktu kecil, tantrumnya gak parah. Dan gak di luar juga. Klao nangis lama dan sedikit berulah, biasanya di rumah. Dan obatnya lihat bapaknya. Pasti langsung diem. 😀
Alhamdulillah anakku waktu kecil gak tantruman. Ponakan trantuman akunya ikut pusing deh. Mungkin karena dimanja juga huhu
Cara orang tua menghadapi anak tantrum sangat berperan, aku setuju dengan cara memahami dari sudut pandang anak dan biarkan anak mengekspresikan emosinya. Cara itu yang aku pakai.
Menghadapi anak tantrum tuh Ibu harus tetap tenang supaya bisa memahami anak ya. Noted banget ini tulisannya
Thanks for sharingnya Mbak. Anak saya lagi fase-fasenya tantrum nih Mbak, kadang bingung juga hadapi. Yah emang benar kita harus memahami perasaan anak ketika tantru tapi bukan bukan berarti juga harus mengikuti semua keinginannya.
Hai Mbak, anakku sekarang 5 tahun, alhamdulillah nggak pernah tantrum sampai parah banget. Beda cerita sama ponakanku, Mbak, dia ikut neneknya, kalau malam Ya Allah, kasihan, kalau tantrum bisa sampai berjam-jam.
Hai Mbak, anakku sekarang 5 tahun, alhamdulillah nggak pernah tantrum sampai parah banget. Beda cerita sama ponakanku, Mbak, dia ikut neneknya, kalau malam Ya Allah, kasihan, kalau tantrum bisa sampai berjam-jam.
Setuju banget, memang bukan orang tua saja yang ingin dimengerti, anak juga. Dan masih banyak orang tua yang meremehkan perasaan anak.
Tenang sebelum menenangkan anak. Memang kalau anak tantrum, orang tuanya kurang sabar yang ada anak makin tantrum ya Mba. Respon Kita sebagai ibu memang penting, jangan sampai menyepelekan perasaan anak. Trims sharingnya Mba.