Mengapa Anak Menangis? Berikut 4 Kemungkinannya

Photo of author

By Shafira Adlina

mengapa anak menangis

Mengapa anak menangis – Anak yang memasuki usia 3 – 4 tahun biasanya masih sering menangis untuk mengekspresikan keinginannya. Walaupun tangisan anak balita kurang bisa kita pahami secara general, namun kita tetap bisa mengatasinya dengan dasar pemahaman pada perilaku balita. Di usia 0 – 2 tahun, anak menangis karena mengantuk, merasa lapar, lelah, hingga merasa tidak nyaman.

Seiring beranjaknya usia anak, apalagi di usia 3 – 4 tahun, bertambah pula kemampuan kognitif dan verbal yang membuatnya sering menangis dengan lebih banyak alasan. Bertambahnya keahlian ini akan membuat anak memiliki kemampuan mengendalikan emosi pada tahap usia selanjutnya.

Mengapa anak Menangis?

Kira-kira, apa saja ya alasan mengapa anak menangis? Yuk simak pembahasannya di bawah ini!

1. Masalah fisik

Tangisan anak dapat terpicu oleh masalah fisik seperti lapar, mengantuk, sakit, atau bosan. Untuk mengetahuinya, kita perlu membangun kedekatan dan memberikan perhatian pada kebiasaan-kebiasaan anak ketika di rumah.

Misalkan, anak menangis di jam-jam biasanya dia makan, berarti dia merasa lapar sehingga mengekspresikan rasa laparnya dengan tangisan. Begitu juga saat sakit, anak jadi lebih sering menangis ketika jatuh sakit karena merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Tanyakan padanya mana bagian yang sakit atau hal apa yang membuatnya jadi tidak nyaman, sehingga kita bisa memberikan pertolongan pertama yang tepat.

2. Merasa frustasi

Jika kita tak paham dan segera menangani tangisan anak dengan cepat, tangis anak akan menjadi berkepanjangan bahkan sampai menendang-nendang atau membanting barang-barang di sekitarnya. Hal ini merupakan akibat dari ketidakmampuan anak dalam mengendalikan emosi.

Menurut Jenny Emerson, seorang edukator orang tua dari Amerika Serikat, frustasi merupakan suatu hal yang wajar terjadi pada balita. Termasuk saat dia merasa tidak nyaman dengan orang atau berada di tempat baru. Alasan mengapa anak menangis ini mempunyai potensi besar menjadi tantrum atau mengamuk.

Memarahi atau menghukum anak ketika menangis tidak akan membantu. Justru, kita perlu menunjukkan empati, memeluk, dan berbicara lembut sambil melakukan kontak mata untuk menenangkannya.

3. Menangis manipulatif

Kita pasti pernah panik, merasa iba, dan akhirnya menuruti keinginan anak ketika dia menangis. Perilaku ini justru membuat anak menganggap bahwa menangis merupakan solusi agar keinginannya akan kita turuti. Ini yang kita sebut sebagai tangisan manipulatif.

Ciri-ciri dari tangisan ini di antaranya, suara tangisannya melengking, menangis sambil berguling-guling, menahan napas, menghentakkan kaki, atau membanting barang untuk menarik perhatian kita. Terkadang, anak juga mencuri-curi pandang ke arah kita untuk mengetahui seperti apa respon kita ketika dia menangis.

Ciri tersebut dapat muncul beberapa dalam satu waktu. Apabila kita tidak mampu mengatasi atau mengelola tangis manipulatif anak sejak dini, maka akan membentuk reaksi tangis manipulatif berulang pada tahapan usia selanjutnya.

4. Merasa Takut

Alasan mengapa anak menangis selanjutnya bisa terjadi ketika dia merasa takut, cemas, dan terancam. Misalnya, kita meninggalkan anak yang tertidur sendirian di kamar, saat bangun dia pasti menangis karena merasa takut tidak ada sosok orang tua di sekitarnya.anak menangis

Penutup

Bisa jadi karena mengalami kekerasan fisik. Apabila anak menangis saat menginginkan sesuatu, kemudian kita mencubit dengan tujuan agar dia berhenti menangis, hal ini justru akan membuat anak menangis kencang karena merasa takut. Tangisannya akan lebih panjang dan bukan cara efektif untuk mengendalikan perasaannya.

Daripada mencubit, sebaiknya kita memberikan anak elusan dan kasih sayang. Jika masih dalam lautan emosi, lebih baik kita menjauh dan memberi tahu sang anak. “Ka, Mamah khawatir marah, mamah ke samping dulu ya.”

Jika memang kita belum bisa melembutkan nada dan elusan tangan kita. Tenangkan diri terlebih dahulu, jika tidak ada pasangan/orang dewasa yang membantu lebih baik melipir untuk sekadar tarik napas atau cuci muka.

Bagaimana jika sudah terjadi? Ketika kita tidak sengaja mencubit atau memukul anak. Sebagai orang tua pasti kita merasa sangat buruk di saat itu. Saya pun pernah mengalaminya, dan kecewa sepanjang hari. Mengapa, mengapa dan mengapa yang bergelayutan di otak saya. Namun, kita lupa untuk menerima diri. Menerima kesalahan kita, saat itu saya benar-benar memohon ampun pada Allah karena dikuasai amarah. Tangisan dan penyesalan tak akan pernah bisa mengobati hati dan kulit anak yang terluka karena cubitan maupun pukulan kita.

Ketika sudah tenang kedua belah pihak, kupeluk dan kuelus punggungnya. Seraya meminta maaf atas apa kesalahan yang kuperbuat. Berani mengakui kesalahan tanpa menyalahkan orang lain itulah yang ingin kuberikan padanya.

“Maafkan mamah yang terlalu emosi ketika sakha menangis sehingga mencbit sakha tadi.”

Kita memang harus ingat dengan baik bahwa “tidak ada orang tua yang tidak di uji dengan anaknya”

Apapun ujian Allah melalui anak kita, tolong kita ingat Bersama bahwa kita diuji itu bisa pendek, bisa panjang. Bisa besar, bisa ringan.

Jangan lupa pesan dari Bunda Elly Risman dengan 5S: Syukur, Sungguh-sungguh, Sangka baik, Sabar, dan Sedekah.

Nah, itulah beberapa alasan mengapa anak menangis yang harus kita kenali agar dapat mengatasinya dengan tepat. Semoga bermanfaat ya teman-teman!

shafira adlina

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page