Dari Mana Datangnya Kebahagiaan?

Photo of author

By Shafira Adlina

dari mana datangnya kebahagiaan

Beberapa waktu silam, sebelum menyandang status istri, saya pernah terlibat pembicaraan oleh orang tua salah satu saudara. Sebut saja orang tua ipar saya. Entah apa mukadimah dari pembicaraan itu, namun sang bapak berucap satu kalimat yang menarik hingga hari ini saya ingat. “Pada dasar semua wanita itu suka akan harta.”

Bagaimana pendapat kalian Ketika mendengar kalimat ini?

Awalnya aku tak begitu memahami kenapa bapak itu berkata demikian. Kenapa pula harus wanita yang disudutkan. Kalimat itu kemudian mengangguku beberapa waktu, benarkah demikian adanya?

Tak lama setelah menikah, aku mengenal Ustad Harry Santosa. Darinya aku banyak sekali belajar tentang parenting dan ilmu kefitrahan. Memang pada dasarnya ternyata manusia memiliki fitrah cinta kepada harta, namun tak pernah disinggung apakah wanita memiliki rasa cinta yang lebih dari laki-laki.

Merupakan suatu kewajaran karena manusia diciptakan satu perangkat dengan hawa nafsunya. Kita pun sama-sama belajar ada hawa nafsu yang baik dan yang buruk. Ragam keinginan yang menghiasi hasrat kita begitu banyak.

Apakah dengan memenuhi keinginan tersebut, rasa kebahagiaan datang? Kali ini mari sejenak kita bicarakan konsep kebahagiaan dari perspektif islam yuk!

Ragamnya Keinginan Duniawi

Mulai dari keinginan berlimpah harta, rumah megah, kendaraan mewah dan terbaru. Bahkan keinginan pasangan yang parasnya cantik atau tampan. Tentu banyak sekali keinginan yang bersifat duniawi itu dalam diri kita. Sebagaimana kodratnya kita bisa mengendalikan bukan menahan hawa nafsu tersebut.

Meskipun kita sering mendengarnya bahwa mereka yang memilki kekayaan tidak sepenuhnya bahagia. Namun, banyak dari kita yang masih berucap

“Uang tak bisa membeli kebahagian, tapi semua harus dibayar pake uang.”

Tengoklah di sekitar kita baik yang memiliki kekayaan maupun tidak banyak yang diliputi tasa menderita.

Mereka yang tidak ingin menderita versinya, berbuat hal yang melanggar hukum, seperti mengambil hak orang lain dengan korupsi, mencuri, merampok, dan menipu.

Itu jika hidup kita dikendalikan oleh keinginan.

Tentu berbeda Ketika kita bisa mengendalikan keinginan. Maka, keinginan tersebut tidak akan menguasai kita. Memang keinginan adalah sumber penderitaan dalam hidup jika kita tidak bisa mengendalikannya dengan paripurna.

Seolah kita hanya hidup di dunia ini untuk mengejar keinginan-keinginan yang tak kekal dan tak akan kita bawa mati. Sebelum membahas lebih dalam konsep kebahagiaan lebih dalam, mari kita bahas konsep kaya dan miskin terlebih dahulu.kebahagiaan menurut islam

Kaya dan Cukup

Di kehidupan sering sekali kita mendapati banyak orang yang bicara bahwa ada si kaya dan si miskin.

Sama dengan salah satu isi ceramah Ustad Adi Hidayat, ia pernah bertanya apa lawan dari hidup? Semua sepakat lawan dari kata hidup adalah mati.

Dijelaskan pada surat di Al Quran An Najm ayat 44.

“Dan dialah Allah yang menjadikan mematikan dan menghidupkan, anda benar di sini,” terangnya.

Kemudian beliau pun bertanya apa lawan dari tertawa?

di Al Quran Surant An Najm ayat 43 berbunyi ‘Dan dialah Allah yang menjadikan orang tertawa dan menangis’

Lalu bagaimana dengan Kaya? Ternyata lawan kata dari kaya bukanlah miskin. Lawan dari KAYA adalah CUKUP.

Tidak Ada yang Kurang

Jadi Ustad Adi Hidayat mengingatkan tidak ada yang kurang, minimal kalau tidak kaya, kita akan cukup. Quran surat An Najm 53 ayat 48.

“ dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan. dan disebutkan pula bahwa sesungguhnya Dialah yang memberikan kepada semua makhluk kekayaan serta kepuasan hati dari kegiatan yang diusahakan dan memberikan kecukupan atas apa yang disimpan.”

Kita belajar dari burung, burung saja yang keluar pagi pulang sore. Namun, diberi rizki yang cukup. Apalagi burung tidak dihisab.

Sedangkan kita yang dihisab, sudah keluar gelap pulang malam. Kerja Lelah, masa masih kurang juga?

Padahal Allah jelas memberikan statement-Nya :

Wa annahu huwa aghnaa wa aqnaa”

Artinya: “Dan sesungguhnyna Dia yang memberikan kekayaan dan kecukupan.

jadi sebetulnya ketika Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kita, rizki kita itu cukup, tidak ada yang miskin…

yang menjadikan kita miskin itu ternyata perasaan kita yang tidak pernah cukup.

Baca juga : Hikmah Menghadapi Masalah dan Masa Sulit

Bukti Kasih Sayang Allah

Allah sangat mencintai hamba-Nya, semua peraturan yang Allah berikan sebenarnya untuk kebaikan kita sendiri. Seperti kasih sayang Allah yang ingin mengeluarkan kita dari kemiskinan dengan zakat. Bukti kasih sayang Allah pada surat At Taubah ayat ke-60 :

kebahagiaan adalah

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

Masih kurang juga? Ada infaq

“Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”

Masih kurang juga, ada shodaqoh..

Maka dari itu, ustad Adi Hidayat menyampaikan Ketika kita terjebak pada sesuatu yang haram, Jangan pikir panjang. Cari yang halal.

Konsep Bahagia dalam Perspektif Islam – Ust. Harry Santosa | Fitrah Based Life

Ada 3 unsur stabilitas kehidupan, yang pertama Allah. Cahaya di atas cahaya. Pemandu kita, orientasi kita. Untuk itu kita hadir di dunia menjadi HambaNya, kita hidup sesuai maunya Allah. Bukan kita.

Yang kedua adalah fitrah dalam diri kita, yang sudah terinstall dalam jiwa kita untuk menemukan jalan kita di dunia. Yang ketiga adalah ilmu yang berasal dari kitabullah (worldview) sebagai panduan.

Salah pandang dapat mengakibatkan salah bertindak.

Sama seperti makna kebahagiaan. Kalau kita maknai kebahagiaan hanya sebuah kesenangan, maka Ketika kesenangan tercapai, selesai kan?

Kenapa masih ada suami istri yang tercapai semua kesenangan seperti harta, rumah, tanah dan sebagainya malah berpisah. Seperti cerita layangan putus tuh, eh. Mereka berjibaku, berjuang dari muda. Lalu tergelincir, mereka bisa jadi memahami kekayaan dan ketenaran dengan berbeda.

Sesungguhnya kita bukan kurang ilmu, namun rentan keliru ilmu.

Ketika menengok berita, seorang professor, doctor korupsi. Mereka bukan kurang ilmu, namun keliru ilmu.

Kalau mendengar kata ilmu kita langsung teringat technical skill, seperti matematika, menggambar teknik, akutansi, dsb. Ilmu yang dimaksud adalah hakikat kehidupan, fitrah, deen dsb.

Jadilah Allah segala pusatnya. Allah mengenalkan dirinya, bukan hasil berpikir kita.

Yang harus dicatat adalah Islam tidak pernah melarang kita untuk kaya. Tengoklah sejarahnya dari Nabi Sulaiman hingga Nabi Muhammad yang memiliki harta. Namun, islam mengingatkan kita tidak menjadikan kekayaan sebagai orientasi.

Di dalam al quran bukan mengejar kebahagiaan (pursuit of happiness). Namun, mencapai kebahagiaan. Karena pada dasarnya Allah sudah menjamin kebahagiaan.

Kebahagiaan bukanlah kesenangan yang bersifat sementara.

Baca juga : Mengenal Fitrah Based Education

Bedakan Produktif dengan Sibuk

Dalam islam, etos kerja itu bagus. Namun bukan sekadar kerja. Kerja di dalam pandangan agama kita adalah yang memberikan impact. Seperti Race to nowhere (pacuan tidak kemana-mana).

Untuk Kembali memahami apa itu kebahagiaan, kita harus tahu apa lawan katanya. Ingat kebahagiaan bukan soal kesenangan. Lawan kata dari kebahagiaan adalah penderitaan. Jadi bukan hanya kesedihan, kesusahan.

Saadah >< saqowah (penderitaan yang mendalam).

Kebahagiaan tercipta kepada 3 faktor tadi terpenuhi. Mulai dari faktor Allah, fitrah dan cara pandang.

Kebahagiaan bukan sekadar fisik, kepuasaan pikiran, perasaan apalagi kesenangan. Kebahagiaan merujuk kepada kondisi kepastian kebenaran tertinggi dan pemenuhan kepada keyakinan tersebut.

agama menjamin kebahagiaan

Penutup

“Kekayaan bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun, kekayaan adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR Bukhari).

Jika ingin kita sederhanakan, keinginan-keinginan di atas tadi hanya merupakan kejaran untuk hidup dalam kekayaan semata. Cara pandang kita sebelumnya hanya terfokus pada dunia, menganggap semuanya akan lebih bahagia ketika memiliki semua. Ingat bahwa Allah hanya memberikan dua keadaan yakni kaya dan cukup.

Jangan lupa untuk selalu mengedepankan sabar dan syukur. Sabar merupakan penangkal dari segala penyakit hati, terutama keinginan-keinginan yang tak berkesudahan.

Sementara itu, syukur adalah menerima apa adanya serta merasa sudah cukup dengan apa yang telah dimiliki. Manusia yang berjiwa besar dengan menekankan sikap sabar adalah manusia yang akan menerima kabar gembira.

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Quran az-Zumar ayat 10: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Mari kita perdalam Kembali apa yang kita baca minimal 17 kali dalam sehari yakni Al Fatihah. Di waktu solat kita selalu meminta jalan yang lurus, bukan?

Wallahu a’lam.
Bagaimana pendapat kalian? atau punya cerita tentang makna kebahagiaan? drop di kolom komentar ya

shafira adlina

18 thoughts on “Dari Mana Datangnya Kebahagiaan?”

  1. Mbaaaaak. Makasih sudah mengingatkan aku. Artikel ini berasa bikin hatiku meleleh, tenang, dan bersyukur banyak2. Penutupnya hadits HR. Bukhori juga bikin deg, jangan2 hatiku dan cara pandangku masih jauh dr kata bersyukur. Uhuhu

    Reply
  2. Setuju sekali, Mbak. Ketika kita merasa cukup, itulah kekayaan yang sebenarnya. Sebab, orang kaya raya pun ada yang nggak cukup-cukup. Sampai hutang riba ke sana sini demi mengumpulkan lebih banyak harta. Banyak sekali pemandangan nyata, terutama dari keluarga dekat juga. Kaya nggak bikin manusia merasa cukup. Tapi, ketika kita merasa cukup, sudah pasti kita jauh lebih kaya.

    Reply
  3. kebahagian tdk diukur dengan kekayaan, krn kekayaan sudah ditetapkan jauh sblm kita diciptakan. kebahagian hakiki hanyalah bisa dicapai dg ketaqwaan, kepada orang yg taqwa lah Allah akan memberikan rezqki dr arah yg tdk disangka2..
    Jadi capailah kebahagian dengan ketaqwaan dan otomatis Allah akan menjamin kekayaaan.wallohu’alam ta’lam
    Anyway your writing is excellent my smart.daughter!

    Reply
  4. Ah bagus sekali dan reminder ketika hawa nafsu akan harta membombardir diri ini agar selalu mengingat Allah dan memilih inner circle yang tepat 😊🙏👍. Terimakasih tulisannya Mama

    Reply
  5. Inspiratif sekali kak, ternyata kita emang harus kontrol keinginan dan lebih banyak bersyukur dan mengenal kata cukup.

    Aku paling suka ” Sesungguhnya kita bukan kurang ilmu namun rentan keliru ilmu ”
    Terima kasih sharing kak 👍

    Reply
  6. Tepat banget nih

    Kemarin waktu pengajian di komplek juga membahas tentang kebahagiaan

    Rasa bahagia itu akan bisa didapatkan ketika kita sudah bisa bersyukur

    Refleksi dari rasa syukur itu dengan melakukan semua ketaatan

    Reply
  7. MasyaAllah, semua memang tercantum di Al Quran ya Mbak.
    selama ini kita masih banyak yang keliru soal lawan daripada kaya ini ya.
    mesti banyak bersyukur juga agar kita bisa merasa bahagia dengan apa yang kita miliki, apa yang diberikan pada kita ya.

    Reply
  8. Sejatinya harus pandai bersyukur.
    Belum kaya tapi nggak miskin juga. Tapi cukup… sekalu dicukupkan, kalau kekurangan selalu diberi jalan oleh-NYA. Masayaallah nikmaynya harus selalu diingat…

    Reply
  9. Saya takjub ketika menemukan di Qur’an bahwa lawan kaya adalah cukup, bukannya miskin. Masya Allah, demikianlah adanya sebab kita diuji pastinya atas kesanggupan kita ya … ketika diuji tak kaya, seharusanya cukup.

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page