Aliran Rasa Mengikuti Kampung Main Komunitas Ibu Profesional

Photo of author

By Shafira Adlina

kampung main ibu profesionalKali aku mau bercerita dan mengalirkan rasaku yang selama kurang lebih satu setengah bulan ini menyediakan waktu untuk bermain dan belajar di Kampung Main Komunitas Ibu Profesional.

Nah, sebelumnya karena tidak semua pembaca artikel ini pasti mengenal Ibu Profesional? Izinkan aku intermezzo beberapa kata terlebih dahulu

Ibu professional

Kurang lebih sekitar Tahun 2017 aku menemukan tempat belajar menjadi pribadi khususnya ibu yang lebih professional. Sebuah komunitas pasti lekat dengan foundernya, pasti memiliki value yang dijunjung dan tujuan mengapa dibangun.

Saat itu tujuan dari Komunitas Ibu Profesional pun menjadi ekosistem bagi para ibu atau calon obu untuk mendapatkan tempat belajar baru. Lewat beberapa kelasnya dari Matrikulasi ibaratnya tempat kita kuliah dasar sebelum penjurusan. Lalu ada kelas bunda sayang, bunda cekatan dan sebagainya.

Blog ini pun menjadi saksi betapa kecintaanku pada Komunitas tersebut. Pemaparan setiap materi tentang seperti adab sebelum ilmu, misi hidup, komunikasi dan sebagainya. Kewajiban kami untuk membuat sebuah tugas yang diberi #nicehomework

Perubahan sistem

Sekitar tahun 2018 setelah lulus Matrikulasi, perubahan komunitas besar-besaran pada Ibu Profesional terjadi. Selain terbagi regional, komponen di dalam komunitas tersebut berubah. Awalnya Institut Ibu Profesional, lalu berubah menjadi Ibu Profesional dengan 3 komponen. Apa saja? Institut, Komunitas dan Sejuta Cinta.

Singkatnya Insititut ibarat kampusnya, komunitas tempat berkomunitas dan sejut cinta semacam Lembaga filantropinya.

NICE HOME WORK #4 MARTIKULASI INSTITUT IBU PROFESIONAL : MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH

Mengambil Jeda

Lulus dari Matrikulasi Angkatan 5 kala itu, membuat saya mengambil jeda. Saya merasa tidak perlu melatih semua pengetahuan apa yang didapatkan kala itu agar menjadi keterampilan. Namun, di 2019 saya mencoba untuk mengambil kelas Bunda Sayang sambil mempraktikkan kepada kedua buah hati saya.

Meskipun lulus, saya mengambil jeda setelahnya. Benarkah lanksah saya? Apa yang say acari karena saya merasa bahwa ilmu-ilmu ini perlu saya praktikan pada anak-anak saya. Bukan sekedar mengumpulkan tugas saat itu.

Intinya saat itu saya tidak bahagia ambil jeda memperbaiki diri.

Bergabung dengan Komunitas Ibu Profesional

Tahun 2020, saat selepas mengikuti sebuah workshop menulis blog acara dari Rumah Belajar Menulis IP Jakarta (RBM). Mbak Wahyu saat itu mengajak untuk bergabung menjadi pengusurs di bagian blogging. Saat itu aku juga yang baru memulai kembali merajut hobi baru jadi tertantang dan bersedia. Nah, tapi keanggotaanku juga diberikan persyaratan bahwa saat pembukaan kampung main harus mengikutinya.

Apa itu kampung main?

Kampung main semacam gerbang untuk kita ikut komunitas. Di sana kita akan belajar bersama dan diberi bekal apa-apa yang dibutuhkan saat bermain bersama warga di kampung.

Sayangnya sampai 2 kali kampung main saya pun terlewat, karena memang tidak fokus. Akhirnya di akhir masa jabatan kemarin di awal 2022, saya harus keluar dari rumah belajar.

Kenapa bisa terlewat kampung main? Karena sumber informasi utama itu di facebook dan membukanya jarang. Selain itu karena fokus di blog, saya jadi sibuk macam-macam. Intinya, saat itu memang belum ada keinginan untuk bermain di sana.

Beberapa waktu setelah keluar dari RBM, Mbak Galuh menjapri saya mengajak untuk menjadi Tim Media dan Komunikasi Kampung Komunitas IP Jakarta. Salah satunya karena melihat hasil-hasil desain saya di blog dan Instagram. Namun, syaratnya tahun ini aku harus ikut kampung main.

Aku pikir mungkin ini bisa jadi sarana motivasiku mengikuti kampung main dan masih menyoal soal desain, kenapa tidak?

Kampung Main 4 Ibu Profesional dengan Tema Super Niat

Kata pengantar cukup panjang ya lebih dari 400 kata, tapi rasanya memang lebih plong setelah menceritakannya. Ga salah kalau aku bilang Kampung Main 4 IP  ini dengan tema super niat. Dengan tema Gastroditional, mulai dari logo, sebutan dan nama sesi materi dibuat dengan unsur makanan.

kampung main

kampung main ibu profesional

Tujuan dari Kampung Main yang didapatkan dari panduan saat pertama kali sesi online pertama adalah

  1. Menjadi gerbang pembuka bagi calon warga untuk lebih mengenal kampung komunitas sebelum ke Regionalnya
  2. Memantik kreativitas dan kepercayaan diri calon warga agar dapat mengambil peran sesuai ketertarikan dan potensi masing-masing.
  3. Menumbuhkan rasa cinta dan memiliki terhadap kampung komunitas.
  4. Mempersiapkan calon warga agar peduli dan siap berkontribusi di kampung komunitas regional.

Nah, acaranya sendiri ada beberapa macam.

Jadwal belajar

Tugas Kampung Main IP ngapain aja?

Aku merasa seperti model belajar di Institut baik matrikulasi maupun bunda sayang, mendengarkan materi-aliran rasa lalu posting. Posting bisa cerita di blog macam seperti ini, atau di media sosial apapun bahkan posting privat di google docs juga ga masalah.

Bagi blogger kaya aku gini pasti inilah saatnya mengisi blog dengan curhatan.

Dengan timeline yang super padat, semua masih terkendali ketika tugas masih individu. Aku masih menikmati juga mengeksplor podcast saat itu. Menjadi tantangan mencoba media baru, supaya bisa eksplor juga di platform itu. So far its okay ketika aliran insigt setiap materi meracik bumbu dari para petinggi IP sampai tiba kami dibagi kelompok untuk megerjakan tugas mengolah menu dan hajatan.

Tugas Mengolah Menu dan Hajatan

Tibalah saat 200 orang di dalam grup kampung main itu dibagi menjadi 5 kelompok. Seiring berjalan waktu juga ada yang berguguran karena tidak mengumpulkan tugas.

Satu kelompok terdiri 30an orang berdasarkan regionalnya. Nama kelompoknya juga unik berdasarkan olahan. Ada goreng, bakar, tumis, rebus dan kukus.

Aku sendiri dari regional Jakarta bergabung dengan peserta lainnya dari Regional Palembang, Regional Samkabar, Regional Semarang, Regional Sulawesi, Regional Sulawesi Tengah, Regional Sulawesi Utara.

Secara administrasi, di grup tersebut ada 30 kepala. Namun kenyataannya…

Memang ini tahapan seleksi alam, mengingat tujuan dari kampung main itu sendiri benar-benar mencari calon warga yang siap kontribusi.

Dinamika Grup Tiada Henti

Meski kami sudah dibentuk grup semenjak tanggal 7 November, tugas yang diberikan tanggal 14 -26 November membuat ketar ketir. Kenapa? Bayangkan ya teman-teman, kita belum ada building rappo saat itu, blas saya pribadi hanya kenal satu orang karena satu Angkatan matrikulasi. Belum lagi antar regional. SKSD (sok kenal dan sok dekat) pun harus dikeluarkan. Setelah satu hari satu malam, diskusi cenderung slow dan a lot. Tidak ada yang mau menunjuk diri sebagai ketua pelaksana.

Tugas kelompok tersebut semacam kita harus membuat sesuatu. Entah itu zoombinar atau produk. Lalu ditampilkan namanya sesi hajatan. Hajatan menjadi sesi penampilan kita saat mengolah menu itu.

Mengajukan Menjadi Ketua

Akhirnya saya mengajukan diri sebagai ketua pelaksana. Dengan penuh kesadaran. Mungkin orang mengira saya ibu rumah tangga dan blogger yang rebahan yang cari kerjaan lain. Tidak sebetulnya ini di tengah deadline, tiba-tiba harus tugas menjadi asesor pun saya lakoni.

Saya pun sebelumnya minta izin suami untuk mengikuti kegiataan kampung main ini. Namun, memang tidak disangka sepadat ini.

Saya paham tujuannya baik, tapi cara sangat tidak tepat. Bagaimana bisa memberikan tantangan sepadat itu? Di kepala saya saat ini, ya proses penulisan ini sesi mengolah menu kelompok kami belum rampung loh guys.

Di kepala saya saat ini untuk melatih emosi saya menghadapi berbagai macam orang, melipat ego dan mengoordinasikan pekerjaan teman-teman untuk menjadi sesuatu.

Dengan padatnya timeline, memang saya banyak potong Kompas. Tapi Allah memang tidak memberikan ujian melebihi Pundak hambaNya yaa..

Aku diberikan teman-teman yang helpful juga. Meski jumlah kami sedikit, ada Mbak Muti, Mbak Vika, Mbak Dini dan Mbak Nanda yang siap menjadi penanggungjawab di tim. Iya akhirnya kami putuskan bikin e-book dengan harapan lebih banyak teman yang bisa berperan.

Kami putuskan ambil tema MAKNA BAHAGIA. Tema tersebut seharusnya lebih umum dan mudah dialirkan oleh setiap penulisnya nanti, harapannya begitu. Nama produk kita harus nama makanan kan, terpilih lah Carabikang – cerita ibu kreatif dan cemerlang.

Sayangnya, saat live check in, panitia atau mamagas disebutnya, Kak Ros seolah meminta kami untuk membuat sesuatu di hari H-nya jangan Cuma mempersentasikan ini e-book. Rasanya sih saya gatel saat dia bicara seperti itu, bukankah ini pilihan membuat produk atau zoombinar? Kalau begitu pada akhirnya semua akan membuat talkshow?

Seperti nambahin kerjaan. Semoga aku tidak termasuk pasif agresif, Cuma itu lah yang aku rasakan. Panitia tidak memposisikan sebagai peserta. Padahal mereka ada di setiap grup kecil harusnya bisa melihat dinamikanya seperti apa.

Meskipun ujiannya adalagi.

Anak-anak dari Mbak Dini sebagai PJ Editor mengalami sakit, bahkan ada yang masuk IGD. Mbak Nanda PJ VIdeo pun berjuang di tengah kehamilan yang besar, anak-anaknya bergiliran sakit.

aku mencoba untuk selalu menyapa diri dan berkata… its oke Na..its oke Na..

kita pasti bisaa.

Setidaknya ada 11 penulis, 3 editor, 3 desainer dan 4 teman videography yang mengajukan diri. Walaupun ya Di tengah betapa silent grupnya itu grup goreng, ada juga dinamikanya. Ada yang baper karena merasa ga diajak kerja sama, alurnya lah. Ada yang egois juga mau begini begitu. Masya Allah Subhanallah. Ada juga yang silent, sampai kami beberapa kali japri. Namun, ya bermcam karakter dan prioritas. Hampir 8 orang akhirnya mengundurkan diri karena tidak bisa mengejar flow dan ada prioritas lain tentunya.

Mengalirkan Rasa

Tidak mungkin dalam menjalankan peran tanpa ada rasa marah, sedih, kecewa. Tetap ada rasanya menyenangkan, mendebarkan dan membahagian dalam peran ini. Namun persentasenya bagaimana dalam hati?

Justru rasanya membuncah saat aku Menyusun narasi ini. Awalnya betapa sombongnya aku mengajukan diri sebagai ketua. Aku ingin keluar dari “menggerutu” jika hanya sebagai anggota kepanitiaan. Aku merasa tidak all out. Beberapa kali ikut kepanitiaan memang passionku di tim acara. Tapi begitu jadi anggota, otakku seperti beku. Memang begitu banyak faktor yang mempengaruhi pastinya.

Amanah besar menjadi ketua ini, memang memiliki angin yang besar. Jika ingin cepat selesai ya dikerjakan sendiri bisa tapi badan bisa copot. Namun, kerja tim kan ga gitu ya guys…

Sebisa mungkin aku mendelegasikan tugas sepenuh cinta kepada para tim. Para penanggung jawab mendelegasikan kembali pada timnya. Tentu semua demokrasi, kita selesaikan musyawarah. Beda pendapat itu wajar, cara penyampaian dan bagaimana kita meresponlah menjadi seninya.

Sebisa mungkin aku tidak ingin memunculkan ranah pribadiku ketika berperan sebagai ketua, tapi ya sesama ibu pasti akhirnya ada satu dua kejadian yang menjadi alasanku. Aku sangat merasa kacau dalam mengatur waktu, seperti pikiranku terlalu curah ke kampung main ini dalam satu minggu ini.

Aku tetap berterima kasih, di tengah diri sebagai Mamah yang mencari kesibukan lain. Hafsah dan sakha, putera puteriku tetap bisa dikendalikan bermain di sekitar mamah meski lagi zoom. Huhu maaafkan mamah..entah kenapa aku menangis saat menulis ini.

Apakah benar tindakanku? Kenapa aku mencari pekerjaan dalam komunitas ini?

Kalau ingat materi Bu Septi di akhir sesi meracik bumbu. Tak perlu ada yang dikorbankan ketika berkomunitas. Belajar, bahagia, berdaya dan berkarya bersama-sama. Niatku sedari awal, aku mencari tempat yang nyaman untuk bermain sesama ibu-ibu untuk berkarya dan berdaya.

Kenapa saat menulis ini jadi berat? Seperti semua baru kurasakan.

Kemana kebahagiaan yang kudapat pertama kali ingin mengikuti ini.

Daripada sibuk bertanya. Aku diam, menikmati tetesan air mata yang membasahi pipi. Jawabannya pasti ada…namun, tidak sekarang.

***

Rencana kami merampungkan ini di tanggal 30 November 2022. Memang jika melihat timeline harusnya hari ini selesai, lalu hajatan sampai tanggal 5 Desember 2022.

Lucunya di tengah kita lagi proses pengerjaan proyek kelompok, kita dikasih tugas lagi. Ya Allah, aku ingin menjaga lisan dan pikiranku.

Membuat aliran rasa dan membuat video kelompok.

Kehabisan energi dan kata di hari kemarin untuk berkomentar, aku pun menyusun tugas sepadat mungkin karena berpacu peran di tempat lain. Ya Allah semoga ini bukan sebuah kesibukan semata, apakah betul ini sebuah produktivitas?

***

Lalu aku tersadar mungkin otak alam sadarku memaksa untuk selalu berpikir it’s oke. Tapi alam bawah sadarku tetap merasa ragu ini benar jalannya? Membandingkan dengan kelompok lain yang lebih terlihat solid, mengantungkan pada orang lain.

Apa hikmah yang bisa aku cari dari perjalanan yang hampir sampai ini..

  1. Keyakinan

Jika yakin kita bisa, ujian seberat apapun pasti kita akan cari jawabannya. Tapi kalau kita ragu, saat hal susah sedikit saja pasti kita mundur.

  1. Menyapa diri

Hal yang sering kulupa, peran sebagai istri, ibu, blogger, PIC campaign, Asesor, Fasilitator, Content creator, teman dusel-dusel anak, koki rumah kita jalankan sepenuh hati. Namun, sering kita lupa tidak menyapa diri, mengatakan terima kasih atas semua yang sudah dilakukan, percaya bahwa Allah pasti membantu kita selama niat kita baik.

ilustrasi ibu berkerudung tersenyumJika semua bergantung pada orang lain …

Jika semua bergantung pada serba perhitungan dan pengharapan, apa yang mau dikejar?

Lakukan yang bisa dilakukan dari diri sendiri dulu. Sederhananya memberi peran terlebih dahulu. Kuncinya perlakukan orang lain sebagaimana diri ingin diperlakukan. Bukan menuntut tapi menuntun lewat dakwah sikap yang nyata diperbuat.

Karena sebagai manusia kita pun akan dihisab dengan sikapnya masing-masing yang telah kita perbuat.

Karena diri maupun orang lain akan tetap dihisap atas perbuatan sendiri.

Dari sana, aku mulai berhenti menuntut apa yang harus pasangan lakukan. Fokus ke diri sendiri, apa yang bisa dilakukan dan diberikan.

Saat menuntut tidak diganti menuntun tentu hanya ada rasa lelah yang menahun atas bilangan ekspetasi dan kejadian tak sesuai harap.

Saat berbalas dengan kebaikan, alhamdulillah. Ingat itu bonus. Bisa jadi tidak sekarang kebaikanmu dibalas dari orang yang sama.

Satu keyakinan yang guru saya tanamkan adalah kebaikan dan keburukan bagaikan bola yang dipantulkan ke tembok pasti akan kembali pada pelemparnya. Jika tidak terbalaskan di dunia tidak apa, karena Allah sudah janjikan ya minimal sebagai tabungan amal di akhirat kelak.Akhirnya memang makna bahagia itu didapatkan ketika menjalankan peran di hajatan ini.

Azzam dan saranku untuk kampung main berikutnya, berangkatlah dari hal yang menyenangkan. Perbanyak soft skill saat materi awal, hindari deadline yang menumpuk antar tugas, sinkronkan tujuan dengan materi dan Latihan tugas yang diberikan. Jadilah panitia yang helpful dan mengayomi.

Sebuah Penutup : Kemana mencari bahagia?

Aku lelah mencari dimana bahagia? Berlari-lari tak jumpa.

Ternyata hanya rasa syukur yang bisa mengakses rasa kebahagiaan.

Bukan hidup yang kurang bahagia, namun hati keruh tak bisa menemukan kata sandi syukur.

Mari coba kita aktifkan panca indera. Mari dengarkan suara anak-anak, rasakan kehadiran mereka.

Lihat apa yang kita kenakan, apa yang sedang dilihat, diminum dan dimakan. Rasakan, nikmati dan syukuri. Mari ucapkan alhamdulillah atas semua hal yang diberikan baik kita minta maupun tidak dari sang pencipta.

Mencari bahagia, tak akan pernah diri ini menemukan selagi hidup masih dipusatkan pada apa-apa yang menjadi pencapaian orang lain.

Bahagia, hanya mampu dirasa saat diri mampu merasa.

Merasakan kehadiran diri sendiri, merasakan kehadiran pasangan, merasakan kehadiran anak-anak, merasakan apa yang ada di sekeliling kita penuh rasa syukur.

Karena bahagia bukan dicari namun diciptakan di dalam diri.

shafira adlina*Penutupnya adalah penggalan tulisanku nanti di e-book Carabikang, nantikan linknya di blog ini ya. Doakan lancar semua, aamiin.

 

 

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page