“Kak Fira, masih ingat aku? Ini aku Mawar junior kakak pas di LDK Kampus.”
Singkat cerita pertemuan online itu membawa kami nostalgia sesaat. Di tengah perbincangan ia bertanya, “Ka aku pernah baca tulisan kakak tentang cemburu sama mertua. Boleh share ga kak?”
Sejujurnya aku lupa menulis di mana, yang pasti di blog ini belum ada artikel tentang mertua. Rasanya di media sosial, dan sampai hari ini belum ketemu. Kali ini saya mau sharing sedikit perihal urusan hati yang tidak mudah ini. Tidak sedikit cerita fiksi maupun fakta yang bertebaran di luar sana tentang cemburu pada mertua. Saya sendiri tidak memungkirinya, bahwa sesekali, dua tiga kali saya pernah juga merasakan cemburu pada ibu mertua.
Apalagi dengan Riwayat saya tidak punya panutan bagaimana seharusnya bersikap kepada ibu mertua. Kealfaan pengetahuan bagaimana bersikap kepada mertua ini juga menjadi tambahan faktor hadirnya rasa cemburu. Ibu kandung saya kebetulan sosok yang tidak mendapatkan mertua, lantaran orang tua ayaj saya meninggal sewaktu remaja. Dan pernikahan kita pada umumnya tidak mendapatkan nasihat seperti ini.
Kalau orang yang tidak dalam posisi netral pasti akan sangsi ketika mendengar seseorang yang mengalami cemburu ini. “Loh kok cemburu sama Ibu Mertua sih? Laki lo ada kan karena ibu mertua juga.”
Sesimpel itu memang orang akan berkomentar. Apalagi kalau teman-teman yang suka baca di quora, yang ada dihujat tuh orang yang bertanya wajar ga saya cemburu dengan mertu?
Percayalah teman, rasa cemburu ini juga diversifikasinya banyak.
Mulai dari jenis hingga kadar cemburu itu pasti berbeda. Nah, seperti kasus adik kelasku tadi di atas. Bisa sama bisa tidak dengan kasus yang lain. Memang yang perlu diperhatikan di sini, hati-hati dalam melakukan curhat. Jika orang yang tidak tepat yang ada hanya ada pembenaran atau penghakiman tunggal.
Saya sendiri pernah mengalaminya, tidak dalam kadar yang berat setidaknya masih dalam ranah sendiri. Seperti sedih dan galaunya sendiri. Saat itu, rasa cemburu hadir bukan saat suami dekat dengan sang ibu mertua. Justru ketika anak-anak saya dekat dengan ibu mertua saya.
Ketika anak-anak saya dekat dengan ibu mertua, banyak suara goib yang menjajah otak saya yang mendominasi. “kamu bukan ibu yang kompeten, lihat ibu mertua kamu, ah kamu ga bisa dekat dengan anakmu.” Dan sebagainya.
Kalimat-kalimat yang tidak nyaman bermunculan. Sebetulnya kalimat itu adalah pikiran saya sendiri, asumsi yang saya buat. Ditambah citra diri dan pengaruh dari tontonan serta cerita orang-orang.
Jika melihat kejadian tersebut dengan metode helicopter dan senetral mungkin, hal itu sangat wajar karena dengan pengalaman melahirkan dan merawat anak pertama. Semua serba trial dan eror. Ditambah harus tinggal dengan mertua. Subhanallah kan.
Gesekan-gesekan pasti ada. Mulai dari kebiasaan dan kepercayaan yang diyakini mertua dan kami pasti ada celahnya. Dari yang masuk akal sampai tidak. Jika tanpa dukungan suami sebagai penengah yang bijak pasti akan banyak kesalahpahaman. Walaupun dalam kasusku juga hidup tak semulus itu. Sebelum kita beranjak ke bagaimana mengatasi cemburu pada mertua, kita selidiki kenapa sampai ada rasa cemburu pada mertua?
Alasan Cemburu Pada Mertua
#1. Suami yang Tidak Adil
Tidak jarang beberapa teman online maupun offline bercerita bahwa rasa cemburu mertua hadir karena perlakukan suami yang tidak adil. Dari yang kelihatan wajar sampai ga wajar. Dari yang sadar sampai pura-pura ga sadar. Saya meyakini perlakuan setiap orang itu pasti dipengaruhi masa lalu, masa kini dan masa depan. Seperti salah satu cerita gambar di bawah ini : kita bisa berasumsi suami tersebut melakukan demikian bisa jadi karena masa lalunya yang memiliki ekonomi susah dan atau dianggap sebagai saudara yang paling bercukupan.
#2. Miss Communications
Komunikasi memang menjadi tongkat penting dalam kehidupan. Sayangnya, tradisi budaya di keluarga Indonesia tidak membiasakan komunikasi dengan jelas. Semua penuh asumsi dan perkiraan tanpa konfirmasi. Apalagi ketika membangun sebuah rumah tangga, bukan hanya menyatukan dua manusia tapi dua keluarga. Keluarga yang berbeda kebiasaan pasti akan menghadirkan gesekan jikan tanpa komunikasi yang baik dan jelas.
Sama halnya beberapa kali saya melihat kasus cemburu pada ibu mertua ini. Ketika perhatian suami terasa tersita kepada ibunya. Baik suami amupun istri harus berlatih berkomunikasi dengan baik dan tepat. Biasakan menggunakan I massage, contoh : aku merasa tidak diperhatikan ketika Pak Su terlalu sering ke rumah ibu mertua sementara aku kesusahpayahan mengurus anak-anak di rumah sendiri.
Jadi jangan berharap suami atau istri bisa membaca pikiran kita ya.
#3. Latar Belakang Keluarga yang Berbeda
Saya teringat salah satu nasihat pernikahan yang disampaikan senior suami saya adalah pernikahan yang baik-baik saja bukan pernikahan tanpa masalah. Sejatinya hidup ini memang penuh ujian. Agar kita mendapatkan definisi bahagia dalam hidup itu adalah bagaiman menghadapi setiap konflik, masalah dan ujian dalam keluarga. Apalagi ketika menikah.
Akan selalu ada perbedaan, yang menjadi permasalahan ketika kita hanya membiarkan dan melwati setiap ujian tanpa menambah skill diri dan pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
baca juga: Antara Masa Lalu Orang Tua dan Masa Depan Anak
Mengatasi Cemburu Pada Mertua
Berkaca pada pengalaman pribadi dan beberapa cerita teman, ada benang merah yang bisa kita lakukan untuk mengatasi cemburu pada mertua.
#1. Ingat Mertua adalah Orang Tua Kita
Sejatinya mertua adalah adalah orang tua juga. Salah satu titik sadar saya mulai berhenti cemburu pada mertua adalah mengingat bahwa mertua saya selalu menyebut saya sebagai anak bukan menantu.
Selayaknya orang tua sendiri, maka kita pun harusnya bisa mencintai mertua kita tanpa pamrih. Apalagi mereka yang membesarkan pasangan hidup kita. Pasti ada kalanya kita bersebrangan, tapi namanya hidup memang biasa dengan pro juga kontra, bahkan dengan orang tua sendiri juga sama saja kan. Yang harus kita ingat bersama adalah bagaimana caranya supaya kita tetap menghormati meskipun mertua keliru. Sama seperti ketika kita bisa memaklumi jika orang tua salah.
Suami bisa ada dan seperti sekarang itu karena mertua kita. Ibu mertua adalah orang yang sudah melahirkan ke dunia dan bapak mertua pula yang juga sudah merawat dan mendidik suami hingga seperti sekarang.
Sinkatnya suami, pasangan bisa menyayangi kita sedemikian hari ini juga karena ada andil dari mertua. Menjadi sosok yang mau dan tidak malu membantu kita di setiap urusan, suami yang bisa menjadi ayah yang baik bagi anak-anak dan kebaikan-kebaikan suami yang lain itu semua karena ada jasa mertua kita, bukan?
#2. Memposisikan dalam Kondisi Mertua
Salah satu cara untuk mencari solusi dari rasa cemburu adalah memposisikan dalam kondisinya. Mari kita coba bayangkan, ketika nanti kelak. Setelah membesarkan anak laki-laki sepenuh cinta, dalam lautan suka dan duka dengan peluh, keringat, darah juga air mata. Hingga suatu hari kita mendapatkan fase anak kita memasuki gerbang pernikahan dan menghabiskan sisa waktunya dengan belahan hati yaitu wanita asing yang baru dikenalnya. Maka, ketika membayangkan posisinya hadirlah rasa pemakluman dan mencoba memahami kondisi ini.
#3. Berikan Pengertian Ekstra
“Suamiku selalu membela ibunya untuk masalah pengasuhan. Kalau mertua berbeda pendapat tentang anak, suamiku selalu menyuruhku untuk mengalah”
Begitu curhat adik kelasku, sebagai orang ketiga yang mencoba bersifat netral. Memang rasanya sulit, karena sebuah cerita adalah potongan kehidupan mereka. Jika ingin membela juniorku itu tanpa tahu duduk perkaranya, malah jadi menyiram bensin di api membara. Peranku saat itu hanya coba mendengarkan dan berusaha memeluknya meski online.
Seperti validasi perasaan dia, iya cape ya? Merasa frustasi dan sendirian. Tentu akan panjang jika kita mencari mana yang salah dan benar. Salah satu solusi untuk mengatasi rasa cemburu pada mertua adalah memberikan pengertian ekstra, pemakluman double supaya hati lebih legowo juga.
#4. Bicarakan pada Pasangan dengan Baik
Di awal pernikahan, sangat tidak mudah bagi saya karena tidak memiliki kompetensi komunikasi dengan baik. Saya hanya bisa mendadak menangis, mendadak diam dan atau menahan marah apabila hati saya cemburu pada mertua. Melihat betapa mudahnya anak-anak lebih dekat dengan ibu mertua dibanding ibu sendiri. Atau mendapati kenyataan ternyata pulang ke mertua jauh lebih sering dan memungkinkan saat itu dibanding ke rumah orang tua sendiri. Bahkan hal yang ga masuk akal, seperti kenapa ibu mertua saya jauh lebih perhatian dibanding ibu saya sendiri.
Akhirnya saya coba bicarakan pada suami dengan baik, bahwa aku merasakan hal yang kurasakan. Karena pada akhirnya, saya paham masalah bukan untuk dihindari tapi dbicarakan dengan baik dan waktu yang tepat.
#5. Memahami bahwa Mertua Tetap Menjadi Tanggung Jawab Utama Suami
Suami Istri memang berbeda porsi tanggung jawab dan hak. Begitu juga kepada keluarga besar, anak laki-laki seharusnya tetap bertanggungjawab pada orang tuanya. Sementara wanita walaupun sepenuhnya tanggung jawab diambil suami, memang harus tetap berbakti kepada orang tua sendiri. Namun, ridho utamanya tetap pada suami.
Bukan berarti suami juga mengabaikan hak istri ya, di keluarga kami sendiri tetap berupaya bisa “pulang” setiap bulan ke rumah orang tua masing-masing. Selama bisa dan mampu.
#6. Mencari llmu dan Memperkaya Circle yang Baik
Cemburu dengan mertua ini memang dominasi masalah hati. Bagaimana kita memposisikan hati kita agar kecemburuan tersebut tidak sampai merusak hati kita.
Dengan berilmu pada kajian yang tepat kita juga bisa memperkaya relung hati kita. tidak kosong dan mencari fokus lain dalam setiap kejadian yang Allah berikan.
Pertemanan atau circle kecil di antara kita itu juga berpengaruh pada pikiran dan kesehatan mental kita.
Memang tidak mudah dalam mengatasi cemburu pada mertua, tapi kita bisa pengupayakannya. Meski sampai hari ini masih mengolah hati, dengan mencoba menata hati dan memperbaiki circle dan lingkup kepedulian kita pasti bisa lebih baik.
Satu hal yang memang perlu ingat bahwa pernikahan bukan hanya hubungan dua kepribadian tetapi dua keluarga.
Semoga kita selalu dimudahkan dalam kehidupan berumah tangga yang Sakinah mawaddah warohmah.
Jujur saya nggal terlalu punya masalah dengan mertua sih, bukan karena mertua saya baik banget (dalam versi saya), tapi mungkin karena pola pikir saya yang udah terpatok kalau mertua bukanlah seseorang yang harus dicemburui 😀
Padahal ya, kalau dipikir-pikir, papinya anak-anak tuh, selalu mengutamakan ibunya loh.
Sampai-sampai dulu dia menolak saya ajak merantau biar mandiri gitu, saking nggak mau ninggalin ibunya.
Apalagi sekarang ibunya sakit ya, habis waktunya cuman buat jagain ibunya.
Tapi saya nggak merasa cemburu sama sekali, karena mungkin saya juga menganggap ibunya ya ibu saya juga 😀
Tapi bener sih, beberapa teman juga mengalami cemburu sama mertua, karena suami terlalu membela ibunya, apalagi kalau masalah pengasuhan ya
Terus terang saya tidak mengalami masalah ini tapi yakin bahwa ini memang banyak terjadi di luar kehidupan saya, maka terima kasih sudah menuliskan hal ini terutama utk tips mengatasi nya. insyaAllah akan bermanfaat bagi pembacanya terutama yg sedang mengalami permasalahan yg sama…
Kita pernah punya pengalaman serupa, mbak. Tinggal di rumah mertua saat punya anak pertama. Rumit memang ya wkwk. Harus banyak sabar. Padahal, mertua sebenarnya tindakan dan maksud mereka baik, cuma ya, kita punya keinginan untuk memenej anak sesuai keinginan pribadi. Tipsnya mantap, mbak 😀
Drama mertua vs menantu ini emang never ending story ya mbak
Salah satunya ya kecemburuan seperti ini ya
Menantu cemburu pada mertua, mertua cemburu pada menantu
hal yang berhubungan dengan mertua memang bermacam-macam ya, mbak. ada yang nggak akur sama mertuanya ada juga yang cemburu sama mertuanya. sejatinya mertua memang orang tua kita juga dan saya sih berharap anak-anak saya nanti juga dapat mertua yang baik pada mereka.
Aku bersyukur dapat mertua yang open minded, dan bisa Deket Ama semua menantunya. Bisa dibilang, aku bahkan lebih Deket ma mertua drpd ortu sendiri mba. Krn memang mereka yg lebih ngerti dan terbuka pikirannya.
Tapi aku tau, ga semua temenku bahkan adek2ku, yg dpt mertua sama baik seperti mertuaku. Utk itu aku cuma bisa ikut prihatin. Topik sensitif banget kalonudah menyangkut mertua Yaa 😅. Apalagi kalo sampe suami ga mau denger keluhan istrinya, dan tetep membela ortunya .. kayak adek2ku sih… Tapi Krn aku ga mungkin juga ikut campur di masalah pribadi begitu, jadinya cuma bisa kasih semangat Ama adikku, supaya ttp sabar , Krn biar gimana itu toh ortu kita juga..
Alhamdulillah mba aku dapet mertua bener-bener shaleha baeeek banget. ibuku udah gak ada jadi rasanya bener kaya pengganti ibuku. rejeki banget, malah kalo dibelanjain seringnya sama mertua daripada sama suami wkwkw
Komunikasi dengan mertua diawal menikah manis banget, di tengah mulai deh kelihatan cemburu, apa aja yang dilakukan salah. Aku pilih diam aja sih. Tapi sekarang udah enak aja, masak bareng, cerita-cerita alhamdulillah.
Hubungan sama mertua apalagi kalo dekat secara jarak emamg rawan konflik. Kuncinya emang ada pada suami yang kudu bisa jadi penengah di antara kita.
Alhamdulillah aku ga pernah drama sama mertua hehehe kadang mertua baik kalo ada kekurangan sama anak dan mantunya dibantu. Tapi alhamdulillah sampai udha nikah ga pernah merepotkan jangan sampai