Siapa yang tidak kenal dengan penyakit DBD atau Demam Berdarah Dengue?
Penyakit dengan tanda turunnya trombosit ini pernah saya idap saat duduk di bangku kuliah. Rasanya pun masih ingat betapa badan ini terasa linu dan nyeri hebat seolah tulang mau patah. Selain demam di awal yang melanda lebih dari 3 hari. Mau tidak mau, memang perawatannya dengan rawat inap.
Penyakit DBD ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini jika tidak ditangani dengan baik, demam berdarah bisa menyebabkan komplikasi yang cukup parah, bahkan berpotensi menyebabkan kematian.
Walaupun kita merasa sudah menjaga lingkungan rumah bersih dan resik, bahaya dengue masih dapat mengancam. Sebab, nyamuk pembawa virus dengue ini justru suka berkembang biak di tempat yang cenderung bersih.
Jika sebelumnya banyak kasus DBD terjadi di pedesaan, maka selama 10 tahun terakhir penyakit ini justru semakin tinggi terjadi di wilayah perkotaan, teman. Terbukti salah satu anak dari pasangan artis Ringgo Agus Rahman dan Saba Morschek, Mars yang berusia 1 tahun terkena penyakit ini.
Hal ini disampaikan juga di event Demam Berdarah di Sekitar #Ayo3Mplusvaksin, tanggal 31 Mei 2023 di Hotel Rafflesia di Jakarta. Selain pasangan artis tersebut, dokter ahli yang berkaitan dengan penyakit ini pun hadir untuk memaparkan fakta yang ada di lapangan.
Pembicaranya yakni:
- Andreas Guthnect, General Manager Takeda Indonesia
- dr. Siti Nadia Tarmizi Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI
- Dr. Dr Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI
DBD di Indonesia
Di Indonesia sendiri, menurut data Kementerian Kesehatan, di tahun 2022, jumlah kasus dengue mencapai 131.265 kasus yang mana sekitar 40% adalah anak dengan usia 0-14 tahun. Sementara, jumlah kematiannya mencapai 1.135 kasus dengan 73% terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Angkanya cenderung meningkat apalagi musim penghujan.
Di wilayah atau negara dengan penularan demam berdarah yang tinggi, anak-anak cenderung paling berisiko banyak terkena dampak dengue berat dibandingkan dewasa. Data tahun 2019, data Kementerian Kesehatan, demam berdarah merupakan salah satu penyebab kematian anak tertinggi di Indonesia.
baca juga: Tips Memilih Asuransi Kesehatan Terbaik
Mengenal Demam Berdarah Dengue
Gejala DBD ini diawali dengan demam, lalu nyeri di belakang mata, nyeri sendi, otot dan tulang, sakit kepala, ruam bercak, mual hingga muntah.
Mirip Covid ya? Bedanya memang tidak ada ruam bercak, tapi karena kulit masyarakat kebanyakan juga sawo matang hal ini jarang terlihat. Seperti tahun lalu, salah satu keponakan harus dirawat karena penyakit DBD ini, kulitnya tidak menunjukknya ruam bercak.
Selain ciri-cirinya mirip virus Covid, peningkatan penderita juga memang sangat cepat, bahkan fatality rate-nya bisa mencapai 50%. Namanya virus pasti mudah menyebarnya.
Namun, ingat tidak iklan di TV bahwa DBD ini ada 3 fase seperti kuda pelana?
Jadi yang pertama Fase Demam, biasanya terjadi 1-3 hari. Lalu saat Fase kedua ini, Fase Kriris terjadi di hari 4-5. Demam turun drastis seolah terjadi kesembuhan. Di sinilah kita perlu waspada akan kemungkinan terjadinya “Dengue Shock Syndrome (DSS)”. Fase terakhir, biasanya terjadi di hari ke-6 atau 7, demam kembali tinggi sebagai reaksi dari kesembuhan.
Hal yang baru saya ketahui saat penjelasan di acara tersebut adalah bahwa adanya DSS atau Dengue Shock Syndrome alias pendarahan pada organ pasien DBD. Ini termasuk komplikasi yang tidak dapat diprediksi menuru Dr. Anggraini Alam.
Sederhananya, kondisi pasien DBD mengalami kebocoran pada pembuluh darah. Pembuluh darah ibarat selang air yang nocor, jika mengalir terus tentu akan kekurangan darah. Ini sebabnya pasien DBD sering kali diambil darahnya untuk dicek sebab memang peru dipantau terus kandungan darahnya bisa sehari 2x pengambilan darah. Hasil pantauan tersebut selain mengecek DSS juga sebagai acuan cairan dan obat yang masuk ke dalam pasien. Cairan yang masuk harus sesuai.
Semakin kecil usia pasien, semakin sering pengambilan darah dilakukan. Inilah salah satu sebab “trauma” yang dialami anak pasangan Ringgo dan Saba karena diambil darahnya terus, meskipun untuk keperluan pengobatan anak itu sendiri.
“Mengingat bahwa tidak ada pengobatan yang spesifik untuk demam berdarah, maka, kita tidak boleh menyepelekan gejala demam berdarah yang dapat timbul gejala yang lebih serius,” kata Dr. Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K).
Penyebab Demam Berdarah Dengue
Seperti yang dijelaskan di awal, penyakit ini disebabkan oleh virus DENGUE yang dibawa oleh vector nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini merupakan penyebab DBD yang akan menularkan virus saat menggigit dan menghisap darah korbannya. Jenis nyamuk tersebut biasanya menyerang di pagi dan sore hari.
Virus dengue 4 macam serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Jadi, setiap orang itu berpeluang terkena dengue sebanyak 4x.
Secara tampilan, nyamuk ini cukup mudah dikenali dengan warnanya yang belang hitam-putih dengan ciri fisiknya yang kecil. Mereka tidak suka mendiami tempat yang kotor, melainkan menyasar tempat-tempat bersih, seperti bak mandi.
Cegah DBD dengan Metode #Ayo3MplusVaksin
Walaupun namanya penyakit tidak bisa diprediksi, bisa saja anak saat berangkat sekolah masih sehat dan ceria. Lalu, pulang sekolah ia justru mengalami demam mendadak. Kondisi inilah yang perlu diwaspadai, diamati dan disarankan untuk langsung membawa anak ke petugas kesehatan.
Namun, kita bukan berserah tapi perlu berusaha mencegah penyakit DBD ini. Maka dari itu, sebagai upaya pencegahan, tentu kita sering mendengar 3M. Namun, kini 3M-nya berbeda yaitu menguras, menutup genangan air dan me-recycle alias memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis.
Kita tentunya sebagai ibu ingin menghindari penyakit ini, sejalan dengan itu negara juga berupaya untuk menurunkan angka DBD itu sendiri.
Kementerian Kesehatan RI menargetkan angka kasus demam berdarah, yaitu kurang dari 10 per 100.000 penduduk pada 2024, dan akan menjadi 0 kasus kematian pada tahun 2030. Selain menerapkan 3M tadi, kini ada teknologi terbaru yaiktu Plus Vaksinasi.
Dokter Siti Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa penanganan dari masyarakat menjadi hal yang penting. Terlebih lagi efek pandemi membuat semua kegiatan dilakukan di rumah.
“Penting diperhatikan jika nyamuk sangat menyukai genangan air bersih, penampungan air dispenser, dan pot tanaman. Oleh sebab itu jaga agar jangan sampai ada air bersih menggenang,” jelas beliau. dr Siti Nadia juga menambahkan dari sejak awal kasus DBD ditemukan, sejumlah pihak sudah mencari vaksin dengan perjuangan yang tidak mudah.
baca juga: Rekomendasi Roll On Minyak Kayu Putih Habbie Praktis Wangi Seharian
DBD kini ada vaksinnya!
Diharapkan dengan kehadiran vaksin DBD bisa mencegah pertumbuhan virus dengue di dalam tubuh.
Saat ini kita bisa melindungi diri dan keluarga kita selain dengan 3M dengan vaksinasi DBD.
Di Indonesia kini sudah ada vaksin untuk DBD yang direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Spesialisasi Anak Indonesia). Vaksin ini dapat diberikan kepada anak usia 6 tahun sampai dewasa usia 45 tahun.
“Vaksinasi dapat menurunkan tingkat rawat inap karena demam berdarah. Hal ini akan mengurangi beban biaya rawat yang signifikan dan juga kehilangan waktu kerja dan sekolah karena rawat inap demam berdarah,” jelas dr. Anggraini.
Vaksin DBD ini seperti angin segar untuk kita masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah tropis, yang memiliki populasi nyamuk tidak sedikit. Walaupun kini belum menjadi program tetap dari pemerintah, keberadaan vaksin untuk mencegah penyebaran virus dengue ini dapat menjadi wujud ikhtiar kita dalam melindungi diri dan keluarga. Apalagi dengan penjelasan pakar di atas bahwa penyakit DBD ini dapat dicegah dengan vaksinasi.
Dengan kata lain, vaksinasi melengkapi perlindungan dari penyakit DBD, tidak hanya 3M tapi plus 3MplusVaksin.
Penutup
InsyaAllah kini kita bisa lebih tenang dalam menghadapi penyakit DBD dengan tetap melakukan program 3M Plus Vaksin. Jangan lupa untuk Menguras, Menutup genangan air dan melakukan daur ulang serta lakukan vaksinasi DBD!
Semoga kedepannya vaksinasi ini termasuk vaksin yang diberikan gratis oleh pemerintah sehingga bisa menyasar segala golongan masyarakat ya.
Semoga bermanfaat, salam.
C-ANPROM/ID/QDE/0144 | Aug 2023