Pelajaran Tentang Meminta Maaf Saat Idul Fitri

Photo of author

By Shafira Adlina

Hai Sahabat semua, semoga dalam keadaan sehat lahir batin ya.

Masih dalam suasana idul fitri, ada satu yang selalu dirindukan. Kalimat yang sering dilontarkan setiap ihsan, taktala bertemu ataupun mengucapkan selamat hari raya. Yakni Permohonan maaf. Ya setiap manusia yang bertemu sering sekali mengucapkan selamat hari raya dan permohonan maaf, baik ke sanak saudara ataupun rekan kerja dan sahabat serta tetangga.

Kenapa ya kita meminta maaf di Hari Raya Idul Fitri?

Mengugurkan dosa kepada sesama manusia

Alasan yang pertama dan menjadi alasan terkuat adalah untuk mengugurkan dosa atau kesalahan yang pernah kita lakukan kepada sesama manusia. Taubat dan istigfar dapat menghapus segala dosa kita kepada Allah. Namun tidak kepada sesama manusia? dosa kepada manusia baru dapat dihapus dengan meminta maaf.

Orang yang paling merugi di akhirat nanti adalah orang yang pahalanya habis untuk membayar kesalahan-kesalahannya yang pernah ia lakukan kepada manusia di masa hidupnya di dunia. Jangan sampai kita demikian ya… Naudzubillah.

“Barang siapa telah melakukan kezaliman kepada saudaranya, baik menyangkut harga diri/kehormatan atau harta, maka pada hari ini hendaklah ia meminta dibebaskan (dihalalkan) sebelum datang hari di mana tidak berguna lagi dinar dan dirham. Apabila (orang yang berbuat zalim itu) mempunyai amal kebaikan/kesalihan, maka kesalihannya akan diambil untuk saudaranya sebesar kezalimannya kepadanya. Dan apabila ia tidak mempunyai amal kebaikan, maka dosa amal buruk saudaranya itu akan ditimpakan kepada”

(HR Bukhari)
Pada riwayat lain yang semakna, Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam bersabda :

“Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada hari Kiamat datang membawa amalan shalatnya, puasanya, dan zakatnya. Pada saat yang sama, ia juga membawa dosa mencaci si fulan, membunuh si fulan, memakan harta si fulan. Pahala kebaikan-kebaikannya lalu diambil untuk diberikan kepada si fulan, si fulan, dan si fulan. Apabila kebaikannya habis sebelum dosanya tertebus, akan diambilkan dari kesalahan orang-orang yang terzalimi itu untuk ditimpakan kepadanya lalu ia dimasukkan ke dalam neraka,”

(HR Muslim)
Jika dengan taubat dan istigfar mengugurkan dosa-dosa kita kepada Allah, semoga dengan saling bermaafan dan bersilaturahim menjadikan kita bersih terhadap kesalahan-kesalahan kita kepada sesama manusia. Mudah-mudahan setelah itu kita dapat menjadi pribadi yang fitrah, suci, seolah memulai kehidupan kita yang baru, lantaran hubungan dengan Allah secara vertikal (habluminallah) kita ‘bersih’, juga hubungan dengan manusia secara horizontal (habluminannas) pun juga ‘bersih’.

Sahabat Mamah, ada pelajaran tentang meminta maaf dari salah satu peristiwa yang dialami sahabat-sahabat Rasulullah  Sallallahu alaihi wasallam.

 

 

Bilal bin Rabbah Radhiyallahu’anhu adalah salah satu sosok tokoh dalam sejarah islam yang mengukirkan namanya dengan tinta emas. Meski awal sejarah hidupnya adalah orang yang tidak dihargai, budak yg diperjualbelikan dan mungkin dipandang sebelah mata. Lalu dengan islam, nama Bilal Radhiyallahu’anhu menjadi mulia, bahkan menjadi rujukan amal amal shalih yg kita lakukan saat ini.

Kita juga mengenal Abu Dzar al Ghiffary Radhiyallahu’anhu, seorang manusia yang mencari kebenaran dengan seluruh hidupnya. membela kebenaran dengan seluruh keberanian jiwanya. Dua manusia mulia yg pernah dilahirkan oleh sejarah islam, hasil tarbiyah baginda Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam.

Diceritakan suatu hari, keduanya berselisih pendapat. Entah didorong rasa apa Abu Dzar sampai mengucap “Hai anak orang hitam!” ucapnya kepada Bilal Radhiyallahu’anhu.

Sahabat Bilal sangat sedih dan mengadukan kepada Rasul. Setelah mendengar pengaduan ini, Rasul memanggil dan mengajak Abu Dzar berbicara seraya beliau berkata :

“hai Abu Dzar dihatimu masih terselip sifat sifat jahiliyah”

Singkat cerita Abu dzar menyadari betul ada sifat dan perilaku jahiliyah yg masih tertinggal dan dilakukannya. dengan sunguh sungguh, kemudian Abu dzar mencari Bilal. ketika bertemu dengannya, Abu dzar duduk dengan takzim di depannya. Kemudian Abu dzar meminta maaf, ia tempelkan sebelah pipinya ke tanah dan berkata.

“wahai Bilal, injaklah pipiku dgn kakimu”

Masya Allah, ini adalah catatan sejarah tentang keseriusan permintaan maaf. Betapa banyak hari ini kita melakukan kesalahan lalu sebesar apa perasaan bersalah yg muncul ke permukaan? sedalam apa penyesalan yang telah kita lakukan. Sekuat apa kita memperbaikinya?
Jika menyangkut orang lain, sedahsyat apa usaha permintaan maaf kita?

Secara bahasa, kini sering kita jumpai perkataan maaf diganti dengan “sorry”, “afwan”, “gomen”. “Mian” yang sering diucapkan dengan hambar nyaris tak berarti, yang kita keluarkan dengan sangatlah ringan.
Tapi sesungguhnya kita melupakan menitipkan kesungguhan disana. kita alpa dari ruh maaf itu sendiri….

Kata maaf perpaduan dari dua komponen utama. Pertama tentang rasa bersalah dan niat memperbaiki diri keadaan. Kedua, ikhlas membuka pintu maaf dan juga memperbaiki keadaan.

Mari kita lihat pertunjukkan drama kolosal yang kita sering saksikan hari ini, tentang pelajaran menghindar dari kesalahan. Ada jumpa pers yang digelar utk membela diri. Ada selebaran klarifikasi. sumpah menyebut anak istri di depan seluruh rakyat indonesia. Pidato politik melankolis untuk mengubah kesalahan menjadi gelombang gelombang simpati.

Tak ada yang mengakui kesalahan dengan gagah berani. Tapi sesungguhnya ini sama sekali bukan tentang gagah atau berani atau digabungkan sekaligus, gagah berani. Ini tentang masa depan yg lebih baik.
Ketika kita sudah menyadari kesalahan dan berniat memperbaiki keadaan, mari kita tanyakan kepada diri sendiri. Seberapa seriuskah permintaan maaf yg sudah kita lakukan?

Hurting someone can be easy as throwing a stone in the sea.
But you have any idea how deep that stone can go?

Sekali lagi dengan memanfaatkan momentum hari raya, kita dapat saling meminta maaf. Perlu kita pahami, bahwa dalam Islam saling meminta dan memberi maaf tidak mesti menunggu lebaran.

Dari lubuk hati terdalam, untuk semua pembaca blog ini. Saya Shafira Adlina memohon dibukakan pintu maaf untuk segala perbuatan dan salah kata, semoga Allah mempertemukan kita kembali dengan bulan Ramadan.

Salam,

 

25 thoughts on “Pelajaran Tentang Meminta Maaf Saat Idul Fitri”

  1. Maaf lahir batin ya mbak Shafira. Memang benar sekali, terkadang kita sering meminta maaf tanpa memaknai arti kata makna maaf itu sendiri.Terima kasih sudah menulis tulisan yang mengetuk hati saya ini.

    Reply
  2. Benar sekali mbak, saat meminta maaf kita harus menunjukkan sikap yang tulus dan juga menunjukkan bahwa kita akan memperbaiki kesalahan kita. Jangan sampai kita lupa hakekatnya maaf yang sebenarnya karena hal ini akan membuat kata maaf kita tidak berarti lagi

    Reply
  3. Kadang orang merasa berat dan gengsi untuk meminta maaf, padahal sudah jelas-jelas salah. Seringkali ketika dua orang berselisih, yang salah malah lebih galak. He he . . Semoga kita termasuk golongan yang mudah meminta maaf dan memberi maaf.

    Reply
  4. Yang sulit adalah memaafkan. Selalu seperti itu. Hingga ada lagu yang didedikasikan dengan judul "Forgiven not forgotten". Rasa ikhlas itu adalah tantangan terbesar umat manusia ketika di dunia dan nyatanya, demi melepas konflik, banyak yang memaafkan bukan karena ikhlas tetapi karena tak ingin memperpanjang masalah. Semoga kita dimudahkan untuk lebih mampu untuk ikhlas pada banyak hal ya Mbak.

    Reply
  5. Benar kakak. Meminta maaf tidak hanya pada saat lebaran saja. Mengerti arti dari minta maaf yang ikhlas.

    Reply
  6. Maaf Lahir Batin ya mba..memang maaf dibibir terkadang mudah diucapkan namun sulit untuk melupakan kesalahan jadi kesannya hnya formalitas saja..tp hrs kit senantiasa untuk belajar memaafkan ya..

    Reply
  7. Semoga kita bisa menjadi insan yang baik, senantiasa meminta maaf segera mungkin setelah sadar telah berbuat kesalahan terhadap orang lain. Orang yang mau meminta maaf adalah orang-orang yang berjiwa besar

    Reply
  8. Yup kak sepakat. . Terkadang karena terlalu sering meminta maaf dan sifatnya sebatas rutinitas jadi lama kelamaan kata maaf hanya sebatas lip service..

    Semoga kita dijauhkan dari itu semua ya . . Dan menjadi pribadi2 yang baik..

    Maaf lahir bathin ya kak 🙏🙏

    Reply
  9. Menikmati banget artikel ini dari awal sampe akhir. Kisah-kisah Bilal dan permintaan maaf Abu Dzar membuat saya terharu. Benar, kadang maaf kita hanya sebatas lisan, hanya formalitas di hari lebaran. Maaf yang hampa. Maaf tanpa self-reflection.

    Terima kasih atas pengingatnya. Dari lubuk hati yang paling dalam, mohon maaf lahir dan batin. Selamat kembali menjadi pribadi yang fitri…

    Reply
  10. Memang seringkali kita berbuat dosa tanpa disadari, terutama dosa yang disebabkan oleh lisan. Makanya momen idul fitri ini menjadi momen tepat untuk saling memaafkan.

    Reply
  11. Sebelumnya. Mohon maaf lahir batin Mah.

    Saya sebenarnya agak sesih, lebaran kali iningak bebas minta maaf.

    Hanya bisa beberapa orang anggota keluarga.

    Itupun hanya lewat video call.

    Reply
  12. Hallo, Mbak Shafira. Secara personal mungkin kita belum berkenalan ya secara saya jarang aktif di WAG. Saya Damar, salam kenal ya. Mumpung masih bulan Syawal sekalian Mohon maaf kalau selama ini ada yang kurang berkenan dalam berkomentar.
    Btw, saya akui kadang kali halal bi halal pun sifatnya udah kayak cuma ritual aja, gak kayak bener2 saling memaafkan. Jadi memang mungkin perlu diasah lagi kepekaan kita tentang makna meminta maaf dan memaafkan.

    Reply
  13. Pelajaran yg sangat berharga bahwa memaafkan dan minta maaf itu sangat di anjurkan oleh Allah agar menghapus kesalahan di akhirat nanti dan tidak menimbulkan kebencian atau permusuhan

    Reply
  14. Kalau ada salah, baiknya langsung minta maaf seketika itu juga. Pada komunikasi virtual antar blogger kadang terjadi crash, kan.
    Kalau lebaran, minta maaf untuk kesalahan yang kita tidak menyadari pernah melakukannya. MEmang sebaiknya tidak hanya saat lebaran saja.

    Reply
  15. Mohon maaf juga bunda🙏
    Semoga kita tidak enggan mengakui kesalahan saat kita bersalah ya bun. Sebab, tidak jarang di kehidupan kita temui udah bersalah malah tidak minta maaf malah makin merasa paling benar.

    Reply
  16. Taqaballahu minna wa minkum ya mba shafira. Semoga salah kata yang pernah saya ucapkan bisa dibukakan pintu maaf. Insyaallah, saya pun sudah memaafkan hihi. Barakallahu fik.

    Reply
  17. Pertama kali saya mendengar cerita Abu Dzar ra. dan Bilal ra., serasa ada getaran di hati saya. Abu Dzar nyatanya mengatakan kebenaran, tapi bahkan mengatakan kebenaran tentang diri orang pun bisa menyakiti hati orang lain. Jika para sahabat Rasulullah saw yang mulia saja pernah tersalah, apalah kita ya Mbak. Saya pribadi minta maaf juga kalau ada salah dengan Mbak.

    Reply
  18. Ada yang mengatakan, minta maaf kok hanya di hari raya Idul fitri saja. Bagiku, momen tahunan ini tetap berarti karena merupakan salah satu momen kita bisa meminta maaf tanpa harus merasa tidak enakan ke semua orang.

    Reply
  19. maaf, kata yg simpel. tp pelafalannya sungguh berat. saya pun bila mendapat kata maaf, hanya bs diam dan melihat bagaimana selanjutnya. bisakah mengubah sikap atau tetap demikian? bila berubah, namanya sungguh minta maaf

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page