Anak itu Titipan

Photo of author

By Shafira Adlina

Siapa yang tidak kenal dengan jasa angkutan commutter line? Makin hari makin terang namanya, karena semakin hari pula ada kemajuan pelayanan dari bidang transportasi darat ini. Tetapi sesungguhnya bukan hal itu yang saya ingin bahas kali ini. Hari ini untuk kesekian kalinya pulang menuju kota Bogor menggunakan commuter line.

 

Di setiap perjalanan pasti ada pelajaran
Jikapun tidak ada, artinya kita yang kebangetan.
Tetap penuh
Saya tidak ingat waktu itu entah pulang dari menghadiri walimah kerabat atau sekedar bersilahturahmi dengan beberapa kawan dekat. Hari sabtu dan minggu, bukan berarti sepi dari pengguna jasa kereta api. Justru setelah manusia-manusia yang biasa hijrah menggunakan kereta untuk mencari sesuap nasi sekarang berubah menjadi sekelompokan manusia manusia yang ingin menghabiskan akhir pekannya di Jakarta, Bogor dan sekitarnya.
Keduanya sama saja, baik arus ke Bogor maupun dari Bogor tetap banyak peminatnya. Rata-rata pengguna memang ingin berakhir pekan, terlihat dari sebagian besar busana yang dipakai cenderung casual, beberapa pasangan suami istri pun membawa anak ataupun keponakannya. Hal ini sangat mencolok jika kalian akhir pekan menggunakan jasa angkutan kereta api ini pasti sering melihat entah itu Ibu atau pengasuhnya yang membawa bayi balita balitanya.
lucunya…

Anak itu

Kali ini entah kenapa saya tetap masuk di rangkaian kereta yang hanya membawa saya hanya sampai Depok, padahal jelas tujuan akhir saja adalah stasiun Bogor. Sambil menunggu-menunggu kereta ke Bogor datang saya asik mengamati sekitar. Ada 2 anak lelaki yang sibuk mondar mandir mencoba menghitung langkah masing-masing di pinggiran batas tanda untuk menunggu. Ada beberapa Ibu-ibu yang mungkin habis pergi berbelanja di Jakarta tadi untuk keperluannya dagangannya esok hari. Oke ternyata fokus saya bukan kesitu, tepatnya di arah timur saya terlihat anak lelaki balita sekitar 3-4 tahun (sebenarnya saya suka salah memprediksi umur anak hehe, yg jelas anak itu kalau digendong kelihatan berat banget) parasnya ganteng, kulitnya putih mungkin keturunan turan Arab, timur tengah atau ukraina (?). anak itu ternyata digendong jelas bukan sama Ibunya (yang tidak mirip sama sekali), ternyata Ibu anak itu yang jelas cantiknya ada di sebelahnya. Ibu itu hanya menggendong tas anaknya yang berisi susu botol dan pakaiannya. Ayahnya juga tepat di sampingnya hanya memegang topi anaknya. Spontan perhatian saya tertuju mereka dikarenakan anak itu nangis luar biasa berisiknya, namun sebelumnya juga terdengar pembicaraan antara suami istri itu berdebat masalah dimana seharusnya mereka turun. Justru ketika anak itu menangis karena rewel itu, sang Ibu memaksa anak itu untuk meminum susu dari botol, ya terang aja sang anak bukannya berhenti malah makin kejer. Ya coba temen2 bayangkan, ketika lagi nangis dipaksa langsung minum. Ga enak bukan?  Kelihatannya si Ayah anak itu sangat amat khawatir, namun sang Ibu yang mungkin parasnya khawatir juga hanya bisa terus memasuki botol itu kepada sang anak. Siapa sangka, bukan Ibu atau Bapak anak tersebut namun sesosok Ibu yang sejak awal mengendong anak tersebut yang bisa meredakan tangis sang anak. (entah mungkin bibinya, but i think she isnt his aunty)
“biasanya emang begini kalau dia mengantuk Pak, Bu..”
Terlihat dari gaya bicara terhadap Orang tua sang bayi menunjukkan Ibu tersebut kemungkinan besar adalah pengasuh. Pengasuh yang apik mengambil langkah-langkah meredakan tangis rewel anak itu.
Anak itu titipan
Mari berkhusnudzon bahwa mungkin sang Ibu mempunyai luka caesar atau kecelakaan sehingga tidak bisa menggendong anaknya sendiri. Oke lupakan kejadian detail pasangan suami istri itu.Yang digarisbawahi adalah betapa pilunya ketika ada orang lain yang bisa lebih dekat dengan anak kandung kita sendiri. Ketika terlihat kita tidak lebih apik merawat anak. Walaupun sesungguhnya proses itu dapat kita pelajari. Tetapi untuk kasus ini, ketika ada orang yang jauh lebih mengenal anak kita dibanding kita sendiri?
Tentu kita semua sepakat, bahwa anak itu diciptakan oleh Allah SWT. Kita sebagai makhluk yang segala terbatas juga harusnya sepakat bahwa anak adalah titipan dari Allah SWT. Jika kita menyakini hal tersebut (bukan hanya tahu) pasti kita harusnya berhati-hati dalam mendidik dan membesarkan anak-anak kita.
Catatan di awal tahun 2014
keponakan perempuan pertama, lucunya…doakan tantemu ini ya nak, sedang menanti untuk mengandung sepupumu kelak 🙂

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page