Perjalanan persalinan terus berlanjut 16 Agustus hingga tanggal 19 Agustus saya dirawat di RS Sukanto Polri.
Setelah mendengar ucapan dokter itu, kami tak patah arang lagi untuk mengusahakan persalinan normal. Sebelumnya pun tengah banyak lautan doa, jengukan saudara yang terlantunkan untuk saya dan bayi di dalam perut. Tidak sedikit sanak saudara yang menjenguk dari yang tinggal di Jakarta hingga Bogor, dari yang kukenal hingga tidak sama sekali (mungkin itu jadi efek psikologis untuk saya sendiri entah positif atau negatif, tetapi saya selalu berbenak dalam otak saya “lets delivery this baby”).
Tepat pukul jam 10 malam, saya dibawa ke ruang OKA (ruang operasi) di lantai 2. Roda-roda kursi roda berputar mengantarkan saya ke ruangan. Suami, mamah dan ibu mertua mengikuti dari belakang. Tak henti ayat kursi dan dzikir terus kulantunkan dalam hati, berharap ini hanya mimpi dan aku segera terbangun.
Setelah diberi kesempatan untuk melahirkan normal, setiap hari saya berjalan naik turun tangga, mengitari komplek cempaka hingga hapal dengan semua bidan yang berjaga di komplek cempaka 2 tempat saya dirawat inap. Selain itu entah berapa sari kurma, madu, telur ayam kampung bahkan jus nanas yang sudah diminum untuk mengakselarasi persalinan. Nyatanya hingga hari jumat tanggal 21 Agustus pembukaan rahim saya masih di level 4, sementara dokter kandungan yang berjaga pada saat itu sudah menyarankan kaminuntuk melakukan SC pada hari itu juga. Namun berbekal dengan kondisi ibu dan bayi terus dipantau baik DJJ(detak jantung janin), DJ, suhu, tensi Ibu masih normal dan baik kami menolak dan berharap bahwa vagina birth masih bisa dilakukan.
Saya sadari mungkin ada efek psikologis bahwa semua keluarga sudah cemas dan lelelah menunggu persalinan saya, lelah, capek semua terada (walaupun rasanya ingin bilang bahea saya lebih lelah yang merasakannya).
Esoknya pun belum ada kemajuan. Hingga akhirnya saya disarankan indukai synto (lagi) dengan dosis meningkat jika belum mules dan kontraksi. Dari 8 tetes permenit hingga 32 teyes per menit 1 labu synto itu habis, pembukaan masih si level 4. Hancur rasanya setelah di BT (Vagina Test) Ibu bidan berkata demikian. Padahal kontraksi teratur 2-4 kali per 10menit, DJJ normal. Pukul 7 malam bidan yang mengobservasi saya melaporkan ke dokter kandungan yang berjaga malam itu (Dokter Budi, bukan Dokter Adi selaku obgyn saya di RS tersebut). Hasilnya dokter tersebut meminta kami untyk operasi sesar malam itu juga.
YaRabbi, disana saya merasa menjadi hamba selemah lemahnya…”tiada daya dan upaya selain Allah”.. Akhirnya suami saya menandatangani surat tindakan operasi, pukul 11 malam dijadwalkan, di saat itu juga saya puasa.
Bersambung ke postingan selanjutnya ya…
Salam,
@shaadl