Saat suami tidak mau mengasuh anak, apa yang harus kita dilakukan? Tidak sedikit para istri yang merasa dalam kesehariannya sang suami tidak terlibat dalam pengasuhan. Selain menjadi pendengar curahatan hati teman-teman, saya juga pernah menjadi saksi bagaimana salah satu kerabat saya mengalami tantangan ketika Ayah tidak terlibat dalam pengasuhan anak.
Sulitnya Mencari Ayah yang Tertarik Parenting
Memang tidak mudah menjadi seorang Ibu yang harus membersamai tumbuh kembang fitrah si kecil sementara sang Ayah ada namun tiada. Maksudnya sang Ayah hanya hadir sebatas fisik alias tidak memerankan fitrah keayahannya dengan baik.
Rasanya sulit menemukan sosok seorang Ayah yang tertarik dengan Parenting. Beberapa kali mengikuti seminar, workshop, kuliah mengenai parenting baik offline maupun online, mayoritas dari pesertanya pasti para perempuan dan kaum Ibu.
Stigma yang beredar adalah fitrah Ayah hanya masalah materi dan pekerjaan. Sementara untuk pendidikan anak hanyalah urusan kita sebagai istri. Padahal itu bukan fitrah, stigma akan sesuatu bukan berarti itu fitrah. Bahkan justru fenomena di masa kini, lebih sering karena menjauh dari fitrah.
Banyak dari mereka yang bertanya Bagaimana cara membuat suami terlibat dalam pengasuhan? Jika kita mencari jawaban di internet mungkin bukan solusi yang bisa hadir. Bisa jadi malah bumbu perselisihan yang muncul dengan suami. Kenapa? Begitu kita cari di pusat informasi internet yang muncul kebanyakan adalah teori komunikasi, harus kita komunikasikan. Tak jarang beberapa artikel yang mengatakan untuk “memaksa” para suami memilih gaya parenting yang harus diaplikasikan ke anak.
Kekuatan Ayah, Ketika Ia Hadir dan Tidak Hadir di Rumah
Sudah sering kita membaca hasil riset betapa banyak keuntungan untuk tumbuh kembang si kecil jika Ayah dapat terlibat dalam pengasuhan. Contohnya manfaat bermain dengan ayah dapat membangun sikap dalam bersosial si kecil.
Penelitian di University of Oxford mengemukakan bahwa anak yang berinteraksi intents dengan ayahnya cenderung mendapatkan nilai tinggi di sekolahnya. Riset dari dalam negeri dari Universitas Negeri Semarang menyebutkan bahwa ada pengaruh positif antara peran ayah dalam pengasuhan dengan prestasi belajar anak di sekolah dasar.
Bagaimana jika seorang anak yang tidak dibesarkan oleh ayah? Saya pribadi merasa ngeri sekali melihat banyaknya penelitian kepada anak mulai dari masalah akademis, kesehatan mental, perkembangan otak hingga masalah kesehatan seksual.
Dari fakta-fakta ini tentu kita sepakat bahwa kehadiran ayah adalah syarat mutlak untuk terjadinya perubahan positif kan?
Bagaimana dengan AlQuran?
Baik Al-Quran maupun berbagai hadis, banyak sekali bahasan tentang ayah mendidik anak.
Di dalam kitab Al Quran juga banyak mencatat peran Ayah dalam mendidik anak-anaknya. Seperti Kisah Luqmanul Hakim dan anaknya. Betapa indahnya dialog-dialog indah antara mereka sebagai orang tua dan anak yang terekam kisahnya. Begitu pula dialog Nabi Ibrahim AS dengan ananda Ismail AS, sebagai Ayah dan Anak.
Jika kita lihat semua percakapan sang Ayah diawali dengan panggilan “Yaa Bunayya (wahai ananda, wahai anakku sayang)”
Jika dilihat sepintas orang menyangka itu panggilan lembut seorang Ibu pada anaknya namun ternyata begitulah Al Quran merekam dialog para ayah sejati memanggil lembut anak-anaknya.
Pada berbagai kesempatan, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam mewasiatkan agar para ayah-suami untuk selalu berbuat baik kepada keluarga, istri dan anak-anak.
Dari Aishah ra, berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang terbaik perilakunya terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian dalam memperlakukan keluargaku” (HR Tirmidzi).
Apa saja sesungguhnya peran Ayah?
Dalam kehidupan anak, ini pentingnya peran Ayah dari Fitrah Based Education bisa lihat di bawah ini :
Menuntut Tidak Akan Menyelesaikan Masalah
Ketika suami tidak mau mengasuh anak. Percayalah jika hanya menuntut suami terlibat dalam pengasuhan dan memerankan fitrah ayah, tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Di satu sisi kondisi begini membuat sangat cemas dan gundah melihat sang Ayah lambat menerima perubahan bahkan nampak “ogah-ogahan”.
Jangankan meminta ayah untuk terlibat pengasuhan kepada anak, kadang ada beberapa kasus dalam hal menentukan misi keluarga hingga kewajiban nafkah mengandalkan istri. Kemudian banyak yang menasehati “banyak sabar dan syukur.”
Eits, tapi sabar dan syukur harus dipahami bukan sebagai “take it for granted” atau menerima begitu saja tanpa berupaya mengembalikan kepada fitrahnya sebagaimana Allah kehendaki. Artinya kita harus berusaha dan berupaya dalam sabar dan syukur tersebut.
Lalu bagaimana caranya agar suami mau mengasuh anak?
Agar para ayah bisa terlibat dalam pengasuhan, tentu kita harus mengembalikan peran fitrah ayah. Kita harus dapat berdakwah atau menyebar kebenaran dengan cara yang baik dan smart. Percayalah segala tips dan trik pengasuhan atau parenting bukan untuk sekadar dikoleksi dan diterapkan. Kita harus terlebih dahulu mengenal diri sendiri dan keluarga, karena tidak semua tips akan sesuai ciri dan keunikan keluarga kita sendiri.
Di bawah ini adalah beberapa kiat-kiat apa yang bisa kita lakukan agar suami, ayah anak-anak kita, mau terlibat dalam pengasuhan. Dengan kata lain agar fitrah keayahan suami kita bangkit, iniyang diutarakan Ustaad Harry dan sedikit saya modifikasi.
1. Mensucikan diri atau Tazkiyatunnafs
Pertama perbanyaklah kita untuk melakukan tazkiyatunnafs atau mensucikan diri. Agar Allah berikan qoulan sadida yakni perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa). Selain itu agar Allah berikan juga kita kekuatan menjadi hamba yang qoulan layina atau bicara dengan lemah lembut dan sebagainya.
Tazkiyatunnafs agar kita bisa semakin mencintai dan dicintai Allah, lalu Allah membimbing kita memiliki tutur dan ucapan yang berkesan mendalam, ide dan gagasan yang inspiratif, perilaku atau akhlak yang pantas ditiru, mata hati yang tajam yang mampu membaca hati pasangan sehingga menemukan solusi mengubah jiwanya.
2. Perbaiki Diri dan Tunaikan Kewajiban
Jika kita menjalani hari-hari bersama pasangan hanya dengan lautan tuntutan, percayalah tidak ada rasa nyaman yang tercipta. Salah satu nasihat dari Ustad Nuzul Dzikri, dalam biduk rumah tangga sebaiknya kita perbanyak ilmu bagaimana menjalankan peran kita di keluarga dengan baik.
Jika sebagai istri, cari ilmu dan amalkan bagaimana menjadi istri dan ibu yang baik.
Jika sebagai suami, cari ilmu dan amalkan bagaimana menjadi suami dan ayah yang baik. Tentu dengan kaidah agama kita dan keridhoan Allah.
Jangan terbalik, kita hanya mencari bagaimana suami atau istri kita menjadi baik tapi kita sendiri tidak memperbaiki diri dan menunaikan kewajiban dengan baik.
3. Tumbuhkan Fitrah Diri dan Keluarga
Selanjutnya pantaskan dan sibukkan diri kita dengan menumbuhkan fitrah diri dan fitrah anak-anak. Kita tidakperlu menunggu, suami atau pasangan terlibat. Kita dan anak anak berhak bahagia. Kita bisa bergabung bersama komunitas pendidikan keluarga sehingga tidak merasa sendiri dan bisa saling menguatkan. Hari ini sudah banyak sekali komunitas berbasis fitrah hadir. Ada komunitas Hebat, ada komunitas fitrah lebah dan lain-lain.
4. Berikan Kesempatan
Terakhir berikan kesempatan pada pasangan untuk memerankan fitrah keayahannya dengan apa yang dia mampu lakukan. Misalnya kita bisa menanyakan pendapatnya, minta ia bermain bersama anak-anak. Membangkitkan fitrah ayah juga bisa dengan melibatkan pasangan dalam komunitas dengan peran yang dia sukai sekecil apapun.
Memang Tidak Mudah Ketika Suami Tidak Mau Mengasuh Anak
Rasanya memang tidak mudah ketika suami tidak mau mengasuh anak dan terlibat dalam pengasuhan. Mari berikhtiar dengan sebaik-baik ikhtiar, singkirkan rasa sedih dan cemas karena itu mengundang kemalasan dan ketidakbecusan. Percayalah setelah kesulitan selalu Allah beri kemudahan. Memang tidak akan ada perubahan yang instan atas izin Allah. Semoga semua saudari-saudariku yang sedang berjuang agar pasangannya mau terlibat dalam pengasuhan dan membangkitkan fitrah keayahannya tetap semangat dan tawakal.
Semoga bermanfaat, salam. Shafira
kesetaraan gender memang tidak seindah yang digemabr gemborkan, karena faktanya sistem patriaki masih banyak terjadi. meski ini bukan satu-satunya alasan hilangnya sosok dan peran ayah dalam parenting, tapi begitulah yang saya rasakan. terlepas dari alasan lain mengapa ayah tidak hadir dalam pengasuhan, tetapi saya yakin setiap ayah juga melalui proses adaptasi menjadi seorang ayah. sama bingungnya dengan kita para ibu ketika pertama kali menjadi seorang ibu. tapi aku setuju banget sama mba Ina, mengenai mensucikan diri, tunaikan kewajiban dan beri kesempatan. terkadang para ayah bingung harus ngapain, intinya ada di komunikasi.
terasa sedih memang ketika merasakan kehadiran ayah hanya secara fisik saja namun tiada secara mental ya mbak eka. Indonesia juga tenryata negara kedua yang fatherless atau tiada sosok ayah setelah Amerika.
Kini kita telah menjadi Istri dan Mamah bagi anak-anak kita, semoga kita selalu dimudahkan ya mbak dalam ibadah pernikahan kita.
Dududuuh…sedih memang kalau suami enggak ada pendekatan dg anak2, ya. Banyak2 berdoa untuk keharmonisan rumah tangga kita semua ya, Mbak.
Aamiin Mbak Idah, semoga kita diberikan pengetahuan dan kemampuan untuk mengamalkannya ya Mbak
Setuju dengan poin terakhir, berikan kesempatan. Karena mungkin banyak moms yang terlalu khawatir dan tidak percaya dengan “kinerja” suami dalam menjaga anak. Padahal, mengurus anak tanggung jawab pasangan suami-istri!
iya, aku jadi teringat dulu sampai ada yang buat kaos untuk pasangan suami istri serta anak baru lahirnya gitu “Bikinnya berdua, ngurusnya juga berdua”
Keterlibatan kedua ortu dalam mendidik anak mmg penting dilakukan ya mba. Karena itu ilmu parenting ini kalau dari kita dulu yg pastinya memperbaiki diri biar gak ada lagi yg namanya luka pengasuhan gituu, hehehe
Bwtul Mba Ulfah, dampak akhirnya bisa ke luka pengasuhan. Semoga kita terhindar yang demikian ya mbak
Aduh sedih nih baca ini, kalau suamiku mau banget terlibat dalam pengasuhan anak. Tapi kami LDM, suami kerjanya jauh. Jadi hanya ibu yang selalu dekat dengan anak.
tidak sekadar fisik Mbak Ning, psti ada cara supaya ayah masih terlibat di pengasuhan anak. mudah-mudahan kita semua dimudahkan dalam mendekatkan hati kita dan anak ya mbak
Stigma di masyarakat yang terlalu kuat mengakar kalau ayah bekerja di luar, ibu mengurus anak di rumah. Padahal keduanya bisa dilakukan berbarengan. Selama dilakukan dengan komunikasi yang baik, dipilihkan cara-cara yang memang senyaman-nyamannya bagi kedua pihak.
Misal, kalau seorang ayah sudah pulang kerja, maka stop bahas kerjaan/kontak dengan rekan kerja ketika di rumah. Sepenuhnya jiwa dan raga ayah harus hadir untuk anak-anaknya. Percayalah meski letih, melihat senyum bahagia anak, seakan kerja capai seharian tadi itu nggak ada artinya.
iya Kak, yang membuat saya sedih juga masih banyak kaum adam yang merasa tanggungjawab stop di mencari nafkah. Memang perlu kerja sama yang baik antara Ayah dan Bunda di rumah
Keterlibatan kedua belah pihak baik ibu dan ayah memang benar-benar berpengaruh buat kesehatan mental anak-anak. Anak-anak akan lebih terbuka dan kreatif jika ditemani orang tua mereka dalam bermain. Wahh semoga kelak pasangan saya bisa jadi ayah yang baik dan bersedia membantu mengurus anak-anak kami.
Aamiin Mbak Natih:)
Noted nih kak, buat bekal daku dalam mencari pendamping hidup setidaknya dia juga senang dalam pola asuh anak ya. Sebab ketika menjadi orangtua, ya anak kudu diasuh gak hanya oleh mamanya tapi juga papanya
Iya semua harus dikomunikasikan, apalagi ketika sudah menikah. Semnagat Mbak Fenni
Sepertinya Indonesia masih memegang paham bahwa Ayah tugasnya adalah mencari nafkah, padahal seharusnya juga terlibat dalam pengasuhan anak.
Walau begitu, pasti banyak juga ayah yang sangat perhatian dengan tumbuh kembang anaknya.
Saya belum menikah sih, semoga bisa bertemu dengan lelaki yang bisa menjadi calon ayah yang perhatian.
Makasih sharingnya kak.
Pengasuhan terbaik memang kolaboratif. Ada peran ibu dan ayah. Hanya saja ayah lebih susah kalau diminta momong. Mungkin karena sudah capek kerja juga sih. Tapi sebenere capeknya bisa ilang kalau ikut momong
Aku setuju bahwa peran ayah mampu meningkatkan prestasi anak di sekolah, karena adikku prestatif banget gara2 dekat sama ayahku. Dan aku pun lebih dekat dengan ibu, alhasil aku kalah pintar sama adikku kak hehhehe
Benar sekali mba. Intinya kita tidak bisa mengubah orang lain, jadi mending kita mengubah diri sendiri jadi lebih baik. Saya yakin kok sebenarnya para suami itu ingin terlihat, cuma mungkin mereka bingung harus mulai dari mana. Lalu bingung juga caranya, dsb
Bahwa yang mendidik anak adalah perempuan saja saya pikir itu adalah stigma dominan di masyarakat. Mendidik anak ya berdua. Kalau bisa laki-laki juga mau mengasuh anak ketika istrinya kelimpungan saat bekerja.
Tazkiyatun nafs berarti : membersihkan jiwa, memperbaikinya dan menumbuhkannya agar menjadi semakin baik serta mengembangkan potensi baik jiwa manusia.
Ini bener banget mba. InsyaALLAH kalo tips2 itu dilakukan dg seksama, bakal ada hasilnya ya.
Semangaatt!
Saya pernah membaca sebuah buku yang mengupas tentang peran Ayah dalam pendidikan anak. Ternyata pendidikan anak menjadi tanggung jawab seorang Ayah dan ibu adalah partner. Ayah memiliki peran2 sendiri yang tidak bisa digantikan oleh ibu, sehingga kehadirannya sangat diperlukan untuk menjalankan peran tersebut. Intinya ada komunikasi yang sehat dan lancar dari Ayah dan ibu, sehingga tujuan pendidikan terhadap anak dapat tercapai dan anak memiliki kedekatan emosional dengan kedua orang tuanya.
kalau aku kebalikan, aku punya kakak cowok yang justru ngurus rumah dan anak sejak berhenti kerja.
Anak sebetulnya urusan bersama ya mam, tapi kadang kita harus berdamai dengan diri dan menurunkan ekspektasi agar tidak kecewa. Minimal suami mau rutin menemani anak dan bermain dengan anak rasanya sudah lumayan. Mungkin bukan suami kita, tapi anak laki-laki kita yang kelak akan menjadi seorang ayah yang mau belajar parenting secara mendalam.
Memang ada laki2 yang mau turut serta dalam pengasuhan anak ada jg yg tak acuh ya mba. Mgkin harus pelan2 diajak sambil bercrita misal kisah si fulan yang anaknya menjadi tak dekat dgn ayah karena ayah tak mau mengasuh dr kecil. Semoga para ayah yg tak mau ikut mengasuh anak bisa segera berubah dan turut serta dalam mendidik anak, tak hanya sekadar materi saja
aku gak tahu ya gimana suamiku nanti
kalau sekarang sih, sama pacarku ya ngobrol2 doang… gimana cara ngasuh anak. mbahas sedikit masalah, kasus, cara, dll. ya mbahasnya santai2 saja
kadang dia butuh ilmu tapi gak tau dapat ilmunya dari siapa
ya dari siapa lagi kalau bukan kita
bukan berarti menggurui, tapi lebih kepada sharing
komunikasi adalah kunci
baiknya dibicarakan baik baik
klo prinsipku, bikinnya berdua urusnya juga berdua
Mungkin yang perlu diperbaiki masalah komunikasi dulu Mba. Anak pasti butuh waktu bersama ayahnya juga.
Biasanya nih laki-laki itu kalau istri pengen dibantuin jagain anak, harus bilang langsung minta bantuan, engga pakai kode-kodean, kadang mereka engga ngeh, Mba
Bisa jadi pertimbangan juga nih saat memilih calon pasangan, dikomunikasikan terlebih dahulu kalo pas udah berumah tangga nanti kerjasama dalam mendidik dan pengasuhan anak penting banget
Pembagian tugas dalam berumah tangga itu penting agar bersama-sama lelahnya mengerjakan tugas tersebut. Misal kalo di aku ya, ayah beberes bagian paling depan rumah dan bagian paling belakang rumah. Ayah mengajarkan mengaji dan bahasa asing ke anak. Mencuci pakaian dan aku yang jemurin baju. Gitu…
Intinya dikomunikasikan yang tak bisa kukerjakan, paksu yang mengerjakan. Begitu…
Jadi tidak ada saling ego satu sama lain.
Rata-rata memang kaum ibu ya yang mengambil peranan besar dalam pengasuhan anak. Mengikuti fitrah sebagai si pembasuh luka tadi kayaknya ya.
Komunikasi yang terbuka bisa membantu menjembatani kekurangan dalam hal pengasuhan ini. Bisa berbagi peran sesuai yang disepakati antara ayah dan bunda.
Kuforward aaahh artikelnya ke suami :)))
Meski alhamdulillah nggak begitu sih, tapi gapapa… menekankan, hahahaha
Masyaallah ya memang aperan ayah tak dapat dikecilkan dalam mengurus anak agar ayah mendapatkan dua sisi sempurna dari kedua orangtuanya. Semangat wahai para bunda, terus ajak suami kita agar bisa ikut berperan dalam pengasuhan.
Memang idealnya ayah terlibat aktif dalam pengasuhan anak jadi harus dikomunikasikan sejak awal, kalau bisa sebelum menikah. Tapi kalau sudah terlanjur nggak mau ikut mengasuh dan segala cara sudah dicoba tinggal minta sama Allah untuk membalikkan hati suami.
Kalau ada gap antara anak dan Ayah ini bikin sedih banget.
Semoga dengan kekuatan doa dan usaha yang dilakukan maka akan berhasil. Sosok figur Ayah tidak hanya sekedar dipanggil “Ayah” tapi juga pandangannya bisa berpengaruh untuk masa depan anak-anak.
Pastinya sedih banget ya mbak kalau suami ngak mau bantu2 mengasuh anak apalagi kalau anaknya lebih dari satu. Untungnya suamiku termasuk full help kalau urusan RT, kadang dia bantu masak, cuci, asuh anak, atau apapun saat weekend tanpa canggung.
Sedih banget sih melihat banyak keluarga/tetangga sekitar yang begitu. Kadang mikir enak jadi suami dong, tapi sosok yang begitu pasti tidak akan mendapatkan kasih Sayang dari anak-anaknya juga kelak kalau sudah tua ya mbak
saya adalah anak yang tidak mendapat pengasuhan dari Ayah. Masa tumbuh saya pun banyak dipengaruhi karena ketidaklengkapan pengasuhan dan kasih sayang yang saya terima mbak.
Bagaimanapun setiap anak butuh kedua sosok orangtuanya,- ayah dan ibu. Makanya, saya ngga pengen anak saya nantinya ga dapat kasih sayang ayah seperti saya ini
tulisan ini, semakin menguatkan niat saya untuk turut terlibat dalam pengasuhan. terimakasih banyak mbak sharingnya
Salam kenal, Kak Sabda. Semoga semangatnya terus dijaga agar bisa mengamalkan ilmunya ya Kak. semoga bermanfaat.