[vc_row][vc_column][vc_column_text]Beberapa bulan lalu, saya bertemu dengan teman kuliah saat duduk di bangku sarjana. Jika bertemu dengan teman lama, pastinya bicara masa lalu adalah suatu kewajiban. Teringat bersamanya dan beberapa rekan lainnya kami pernah terjun bersama dosen kami untuk melakukan pengabdian masyarakat.
Dulu, jika ada kesempatan memajukan proposal penelitian entah itu internal dari kampus maupun dari luar seperti dari kementerian pendidikan, saya dan teman-teman merasakan semangat untuk mengikutinya.
Bermula diajak dosen. Saat itu ketua prodi kami bisa dibilang baru menjabat. Ibu yang memiliki senyum teduh itu sering membagikan semangatnya untuk mendaftarkan ide-ide kami. Maklum, namanya kampus swasta, jumlah muridnya tak banyak. Hanya ada 24 orang satu angkatan saya. Jadi, nama dan kelakuan kami sudah diingat di luar kepala.
Kami dibagi perkelompok, mencoba menyusun proposal penelitian lalu direvisi dosen pembimbing pilihan yang sesuai dengan niche-nya.
Misalnya, kalau penelitiannya berbasis lingkungan, diarahkannya dibimbing oleh Bu Nita. Jika penelitiannya berbau satwa, Bu Dewi paling tepat. Namun, kalau ke ekologi atau serangga Pak Hidayat adalah masternya. Oiya, jurusan saya waktu strata satu adalah biologi (bioteknologi).
Lalu kamipun menunggu pengumuman mana-mana proposal yang lolos dibiayi.
Saat itu tahun ketiga kuliah, rasanya sambil menunggu jeda dari kerja lapangan dan penelitian akhir, kami memutuskan untuk mengajukan tidak hanya penelitian tapi pengabdian masyarakat. Nama programnya adlaah Ipteks Bagi Masyarakat.
Berkegiatan positif bersama teman kampus
Namanya darah muda, pasti penuh rencana dan penasaran. Bersama beberapa teman dengan ragam karakter kami menjadi satu tim. Mengikuti kegiatan penelitian bersama dosen saat itu menjadi ajang latihan untuk memahami pola pikir meneliti sebagai tugas akhir nanti. Selain itu karena temanya menarik mengenai lingkungan. Saat itu sekitar tahun 2011, tidak begitu sering dan banyak yang aware dengan kegiatan go green seperti saat ini.
Pemberdayaan Masyarakat Sadar Lingkungan
Singkat ceritanya, dalam rangkaian pemberdayaan masyarakat melalui pengabdian masyarakat tersebut kami dari Universitas Al Azhar Indonesia bersama BATAN mensosialisasi dan mendampingi beberapa Kepala Keluarga di salah satu RT di daerah Pamulang. Kenapa daerah Pamulang, Tangerang Selatan? Karena daerah tersebut tempat tinggal salah satu anggota tim kami. Jadi sangat memudahkan dalam mengkoordinasi.
Dulu belum ada aplikasi pesan singkat seperti WhatsApp sekarang. Saat itu kami benar-benar mengandalkan sinyal dari masing-masing provider untuk telepon dan SMS. Kebayang sekarang kita dimudahkan dengan internet yang menyatukan Indonesia. Mau telepon, berbagi lokasi, kirim ambar dan video begitu mudah dalam hitungan detik.
Di awal kegiatan kami dilatih terlebih dahulu oleh tim dari salah satu dosen kami yang bekerja di BATAN. Ia mengajarkan kami secara teknis dalam mengolah sampah organik di rumah tangga. Bagaimana cara membuat pupuk kering dan cair. Setelah itu kami akan melakukan sosialisasi dan pendampingan di lingkungan tersebut.
Mengapa Pemberdayaan Masyarakat itu Penting?
Cerita nostalgia itu membuncah karena awal Juni kemarin. Setelah Hari Kelahiran Pancasila, saya bertegur sapa dengan salah satu anggota tim pengabdian masyarakat lalu. Lewat internetnya Indonesia yang dikeluarkan Telkomgroup, saya yang berada di luar kota masih bisa bertegur sapa dengan teman-teman semasa kuliah dulu yang sudah tersebar di seluruh Indonesia.
Pemberdayaan Masyarakat dengan Sila Kelima
Tentu kita tidak asing mendengar pancasila yang saban hari diucapkan pembina upacara saat kita upacara bendera di sekolah dulu. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satu amalan dari sila tersebut adalah dengan melakukan kegiatan menyebarkan pengetahuan mengenai pengolahan limbah sampah rumah tangga tersebut. Dengan harapan nantinya masyarakat dapat mandiri mengelola sampah rumah tangga.
Perjalanannya memang tidak mudah, banyak sekali tantangan seperti komunikasi ke warga agar terlibat aktif dalam kegiatan tersebut. Pada akhirnya kami hanya sebagai jembatan agar masyarakat menjadi berdaya dan mandiri untuk memulai proses kegiatan sosial guna memperbaiki kehidupannya. Sekarang, kita dimudahkan dengan internet yang menyatukan Indonesia seperti IndiHome yang memberikan kita begitu banyak informasi yang bisa kita dapatkan dan membuat aktivitas tanpa batas lebih bermakna.
*
Itu dia cerita nostalgia mengenai pemberdayaan masyarakat yang pernah saya dan teman-teman kampus dulu pernah lakukan. Kalau kalian apakah ada cerita serupa saat di bangku kuliah dulu?
Baca juga : Program Langit Biru, Secercah Harapan Indonesia[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][us_single_image image=”10″][/vc_column][/vc_row]
Wah keren mbak, waktu kuliah gak kepikiran bikin-bikin proposal begini. Biasanya dulu lebih banyak ikut pelatihan atau workshop yang sesuai minat.
Nostalgia pengabdian masyarakat kampus memang ngangenin ya..
Saya malah lebih parah, kuliah 1994-1999 di Bali belum ada HP. Ada juga yang versi awal segede bata itu akhir-akhir kuliah, dan karena masih mahal nomor perdana jadi jarang banget yang punya. Jadi ya begitulah, kegiatan KKN, wisata karya (berwisata sambil melakukan pengabdian masyarakat) masih berasa guyubnya, karena semua fokus pada acara ga ada yang sibuk mantengin HP atau sosial media haha
Memang ya kalau ketemu teman lama itu mesti cerita nostalgia masa kuliah. Temanku juga sekarang banyak yang merantau Alhamdulillah bisa terhubung dengan internet.
Wah seru sekali ya pengalamannya. Sekarang apakah kegiatannya berkelanjutan atau gimana? Semoga semakin berkembang ya pemanfaatkan sampah dan go green nya!
Seru ya bisa bertemu dan berkumpul dengan teman lama. Saya juga waktu kuliah suka sekali dg kegiatan pengajuan proposal pengabdian masyarakat. Mengabdi sekalian dapet pengalaman baru, tempat baru. Yang paling berkesan bagi saya, saat pengabdian di kaki gunung rinjani, Lombok.
Seru ya ikutan pengabdian masyarakat gitu. Selain KKN dulu saya pengabdian masyarakat bareng organisasi yang diikutin di kampus. Liat banyak orang terbantu rasanya ikut bahagia juga. Sekarang semua dipermudah dengan adanya internet. Komunikasi juga makin lancar ada wifi indihome di mana-mana. Kalau dulu mau rapat harus ngumpul, mau cari tau tempat harus survey sendiri dan gmaps belum secanggih sekarang.
Senang banget ya punya kenangan bisa mengabdikan diri langsung kepada masyarakat, kayaknya saya nih yang belum pernah punya kiprah kayak gitu, hehehe.
Btw internet memang benar-benar bikin segalanya bisa lebih mudah dalam berkembang 🙂
waktu kuliah dulu belum ada hp hehe, setelah lulus kuliah baru bisa beli hp. Waktu itu harga HP belum murah seperti sekarang. Satu per satu teman sudah emmeiliki HP, sehingga kami bertegur sapa kembali, sampai saat ini kami mempunyai WAG. Internet mendekatkan yang jauh
Senang ya. Seru gitu bisa ngadain acara yg setelah sekian lama akhirnya bisa dikenang. Alhamdulillah sekian jauh jarak akhirnya tetap bisa komunikasi
Ah jadi kangen masa lalu hehehe
Wah iya deh, kebayang dulu masih PKL pake BB. Ngga semudah sekarang juga. Memang yah IndiHome ngebantu banget menyatukan sampe pelosok negeri. Apalagi yang butuh banget sinyal di tempat terpencil. Pengabdian masyarakat juga makin lancar.
Dulu pas kuliah, kebetulan pengabdian masyarakatnya aku dapat yg deket dari rumah hwahahaha jadilah ngga ada seru2nya huhu. cuman seneng sih jadi punya kenalan baru sampai skrg juga masih bertegur sapa. Nambah relasi lah yaa. Apalagi sekarang pas pandemi, kebayang adek2 kita gimana kalau ngga ada internet yah belajar dan menerapkan ilmunya ke masyarakat. Alhamdulillah jangkauan IndiHome sampe pelosok jadi lebih tenang mereka2 yang butuh untuk belajar dan bekerja
Keren sekali mbak, aktif selama perkuliahan ya. Saya tidak mengalami ikut pengabdian masyarakat sih jadi tidak punya pengalaman seperti ini. Waktu KKN saja hanya di sekolah saja.
Jadi teringat juga sensasi saat jadi relawan, ikutan nostalgia deh jadinya hehe. Saat itu susah internet, jadi terasa banget pentingnya internet
Waktu kuliah dulu saya juga senang mengajukan proposal apalagi tentang sosial dan kesehatan. Sampai sekarang ilmunya masih terasa. Pun dari sana malah tambah pengetahuan dan teman baru yang ternyata lebih menarik dari perkuliahan. Ho ho
Iya nih Mbak, dulu komunikasi kalau di tempat terpencil bisa 3 hari sekali, kalau sekarang internet sangat membantu.
kenangan P2M dan KKN memang selalu menyenangkan bila diingat, walau pas pelaksanaan suka ada aja masalah dan konfliknya
Waah seru sekali pengalamannya dan senang sekali bisa bertemu kawan lama. Dan aku setuju kalau internet sangat membantu kita, jaman sekarang tanpa internet kita bisa “ketinggalan”
Tempat pengabdiannya dekat sm rumahku mba, di pamulang. Suamiku jg sering dampingi anak didiknya pengabdian masyarakat disana. Semoga apa yang kita berikan bisa bermanfaat bagi masyarakat disana🤲🤲