Membuktikan cinta kita kepada anak sebagai orang tua tak hanya dalam sebuah suratan tetapi harus tersirat. Anak tidak akan bisa merasakan dan menikmati kasih sayang dan cinta orang tua jika tidak dibuktikan, jika tidak dibuktikan. Bagaimana membuktikannya? tentu tidak dengan membelah dada ya, hehe. Salah satu caranya adalah dengan merespon anak dengan tepat pada semua tingkah lakunya.
Membuktikan cinta kepada anak adalah berilmu. Dengan belajar parenting, sedikit banyak akan meringankan langkah kita sebagai orang tua yang penuh tantangan. Kita tahu bahwa anak bukanlah kertas kosong, mereka memiliki sifat khas dan keunikannya masing-masing. Sebuah buku parenting mengenai ini pernah dibahas oleh blogger buku.
Lembut Berbicara dengan anak bukan berarti lemah!
Berbuat lembut kepada anak bukan berarti lemah dan harus menuruti semua keinginan anak. orang tua terlebih dahulu memahami pendapat dan keinginan anak yang sering “menjengkelkan” dan tidak masuk akal. Setelah itu, dengan penuh kasih sayang mengarahkan mana yang boleh dan tidak.
Jika kita merespon tingkah laku anak dengan perkataan kasar atau pemberian hukuman hanyalah pemenuhan hawa nafsu semata yang mengakibatkan tumbuhkan bibit kebencian pada anak.
Satu kunci yang harus kita ingat dalam berinteraksi dengan makhluk yang belum berdosa ini adalah mendidik anak dengan penuh cinta kasih.
Rasulullah SAW bersabda “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun. dan apabila sudah mencapai umut sepuluh tahun, maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.” (Hadist Riwayat Abu Daud)
Santai Merespon Anak
Saya memiliki dua anak, satu berusia satu tahun dan sang kakak balita baru saja menginjak usia 5 tahun. Usia sang kakak berada di fase keinginan tahuannya sangat tinggi. Bahkan cenderung sangat kritis, semoga kelak jadi pribadinya yang selalu beragumen calon negosiator ulung yang amanah, Aamiin.
Ia selalu bertanya jika melihat keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang biasanya ia ketahui terlebih dahulu. Contoh ketika kami sedang berjalan-jalan di salah satu kampus kenamaan Indonesia di daerah Depok, Ia melihat banyak Mahasiswa atau Mahasiswi yang makan sambil berjalan. Bahkan banyak di antaranya yang santai memasukkan makanan ke dalam mulutnya menggunakan tangan kiri. Sontak si sulung langsung bertanya
“Mah kenapa orang itu pakai tangan kirinya? “Mah kenapa orang itu minumnya berdiri?”
Pada awalnya saya bingung merespon sikap anak ini yang tiba-tiba bertanya demikian, ingin rasanya Mamah langsung bercerita padamu bahwa di luar sana banyak orang dewasa yang tahu tapi pura-pura tidak tahu. Mereka sekedar belajar tanpa mengamalkan. Sebagai banteng nomer 1 anak-anak, menjadi Mamah memang terlihat berat tapi Allah kan menciptakan pundak untuk dipakai bukan?
Kembali lagi ke si sulung, kali ini sebagai orang tua ada beberapa catatan dalam menjawab pesan anak yang mendadak membuat kita bingung atau gugup, sebagai pengingat bersama. Jadi agar kita sebagai orang tua tetap santai dan tenang ketika merespon anak caranya adalah sebagai berikut :
1. Jangan Panik
Panik membuat imunitas turun, yes. Energi emosi yang tidak seimbang di dalam tubuh Mamah akan merembet alias nyamber alias nular ke anak. Pesan legendaris dari Suami adalah jadilah Kalem. Walau bibir seakan bergetar, jantung dag dig dug. Berusahalah tenang, karena level selanjutnya anak-anak selalu menyemburkan pertanyaan atau penyataan yang fantastic.
2. Bernapaslah
Ini yang sering dilupakan para orang tua, bernapas! Loh kok bisa lupa? Kadang kita pikir usia anak itu seperti kita, otak anak seperti kita. Jadi ketika anak maunya dibalas langsung, padahal bukan lagi balas pantun, kan?
Jangan sampai kita adu pendapat dengan anak, ingat bernapas ini penting untuk mensuplai oksigen. Tarik napas 3 detik membuat otak kita teraliri oksigen yang dibawa sel darah merah di dalam darah. So Jangan lupa napas ya, Gaes.
3. Berikan sentuhan/usapan saat berbicara
Saat menjelaskan kepada Anak usahakan posisi mata lita sejajar dengannya. Mengapa? Karena dengan memberikan posisi yang sejajar, informasi yang diterima anak-anak akan lebih mudah masuk.
Kesimpulan yang pertama ada 3 elemen dalam komunikasi yaitu;
kata-kata hanya berperan 7% intonasi suara 38% dan bahasa tubuh atau ekspresi wajah sebesar 55%.
Kesimpulan Kedua, elemen non verbal yang sangat penting untuk mengkomunikasikan perasaan dan sikap, khususnya ketika terjadi ketidakselarasan, jika kata dan bahasa tubuh tidak sesuai, maka orang akan lebih condong percaya pada bahasa tubuh.
So hati-hati ya Teman. “Jangan manis di bibir saja” tapi mata melotot sampai mau keluar.
4. Lembutkan Suara
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Intonasi juga memegang peranan penting dalam komunikasi produktif. Menjawab pertanyaan pertama Sakha mengenai orang lain yang makan minum berdiri biasanya saya jawab dengan lembut seperti ini
“Sakha, mungkin Kakaknya lupa”
“Mungkin Kakaknya ga sengaja ya”
Atau sebelum memberi jawaban, kita juga bisa memancing daya nalar anak sekaligus memberi jeda kita untuk berpikir.
“Kira-kira kenapa ya Ka?”
“Menurut Mas Sakha, kenapa?”
5. Jujur
Jika memang kita tidak tahu akan jawaban pertanyaan anak, sebaik jujur lah pada anak. Jangan sekali-kali mengarang karena ini bukan ujian mengarang pelajaran Bahasa Indonesia. Anak akan berlajar dari respon orang terdekatnya dalam hal ini kedua orang tuanya. Ketika saya mengakui pada Sakha akan ketidaktahuan saya terhadap pertanyaannya
“Mah mesin cuci bikinnya gimana sih?”
“(….) Mamah gatau Kha, maaf, nanti kita tanya Ayah atau cari tahu ya sama-sama ya”
Meski hanya dijawab melongo atau anggukan, dari respon kita yang menyatakan kekurangan kita akan ketidak tahuan kita membuat anak belajar bahwa “Oh gapapa loh kalau kita gatau, karena bisa dicari tahu” selain itu belajar untuk tidak malu untuk berkata tidak tahu karena hal tersebut berlatih untuk berkata jujur.
Penutup
Hai mami Inna.
Ternyata bukan hanya makan aja yang ada porsinya ya, merespon kelakuan anak juga ada porsinya. Intinya tetap santai dan jangan panik. Supaya anak juga belajar dari sikap baik orangtuanya 🙂
Makasih untuk sharingnya mam Inna 😀
Sharing pengalaman seperti ini penting banget. Nggak sekadar teori. Saya bisa terapin, nih, ke keponakan atau nggak anak tetangga yang suka main ke rumah.
Nanti juga akan terasa kegunaannya kalau sudah punya anak sendiri 🙂
Cara orang tua berbicara kepada anak akan mempengaruhi kepribadian anak tersebut ketika dewasa nanti.
Hi kak salam kenal.
Terima kasih atas sharing-nya, bagus banget walaupun aku belum menikah setidaknya mendapat insight baru tentang ilmu parenting ya kak. Dan memang benar sih, kita harus jujur terhadap anak kalau tidak tahu jawabannya kita bisa bilang akan dicari tahu jawabannya bersama" ya kak.
Bagus untuk tips parenting di masa covid 19 karena orangtua banyak yang emosinya mudah meledak, tidak sabar. Anak itu bagaikan tulisan yang perlu ditulis dengan benar oleh orangtua.
Untuk nggak panik, itu yang sulit. Pas lagi jagain ponakan, apalagi yang masih balita…Kadang-kadang kalo mereka lagi ngerjain sesuatu, ekspresi panik langsung keliatan. Takut mereka jatuh, atau luka.
Bisa saya coba terapin langkah kedua, biar lebih tenang.
Terima kasih atas sharingnya. Memang sebagian orang tua bingung dan panik, bahkan membentak dan memukul, ketika anak rewel, nangis gak bisa didiemin. Semoga orgtua yg demikian baca tulisan ini dan belajar jadi ortu yg baik
Sampai sekarang daku pun masih belajar mengendalikan ekspresi. Apalagi karena anakku udah beranjak remaja ya. Kadang bisa bikin ingin teriak – teriak aja. Soalnya, bocah di rumah udah masuk ke kondisi, punya rasa mager dan galau yang kadang enggak bisa diganggu kalau moodnya ambyar. Jadi belajarnya bener-bener masih terus. Tapi, emang bener penting banget intonasi sama ekspresi
Hahahahaaa… Ngakak..
Iya adek manis anakku sayang tapi sambil melotot dan nyubit ((gemessh))
Manis banget ya…
Maksih loh tipsnya, semoga membantu orang tua yang memiliki anak masih kecil2.
Wah Mbak Shafira masuk Komunitas 1minggu1cerita ya? , samaan kita
#tos
Eniwei tidak mudah mendampingi anak dalam tumbuh kembangnya sering kepleset tanpa sadar
Benar sekali kak, kalau sama anak harus santai dan tenang ya untuk membuktikan cinta , ditambah dengan semua kegiatan dilakukan di rumah saja , plus ekstra sabarnya ya .
Terima kasih Mba Shafira sungguh teduh ilmu ini. Saya harus forward ke adi saya yang masih punya balita 🙂
Oh ya, orangtua yang bahagia tentu akan diserap energi positifnya oleh anak makanya tak heran anak akan selalu bahagia jika orangtuanya mampu memancarkan kebahagiaan melalui perilaku selama kebersamaan. Great post Mba.
Setuju ya, berbicara atau memberikan informasi kepada anak tidak sekedar memerhatikan apa yg dibicarakan, tetapi juga bagaimana cara menyampaikannya. Dengan cara2 seperti yg dituliskan di artikel ini, anak bisa mudah menangkap poin2 pembicaraan dg baik
Menyentuh anak saat ngobrol itu lagi dipraktikkan nih blkgn. Kerasa bgt emang efeknya. Waktu anak ato saya lagi high temper sudah merasa hilang aja gt kalo sambil sentuh ato meluk. Jadi anak merasa jg disayangnya.. Nuhun teh Ina tipsnya. 🤗
Setuju mbak setiap rasa ingin tahu yang keluar dari pertanyaan anak itu harus kita jawab yang benar dan jelas ya..supaya anak tidak salah mengerti atau malah memilih mencari jawaban di luar yang salah2 bisa menimbulkan kesalahan pengertian. Tentunya jawaban yang kita berikan dikondisikan dengan daya nalar anak ya.
Si kecil kritis juga ya mba. Memang makan sambil jalan bukan adab yg baik, benar apabila dikritisi oleh si kecil.
Iya bener ya saat bersama anak tuh harus tenang. Apalagi saat lagi PJJ sekarang ya.
Anakku yang baru berumur 2 tahun lima bulan memang menguji sabar mbak kalau nanya. Semuanya ditanya. Misalnya lagi makan dia makan wortel langsung nanya. Ini apa? Wortel. Beli dimana? Diwarung Bude Supi? Bude Supi mana? Perumnas. Perumnas mana? Gimana ya mbak putus dia nanya secara soft. maksudnya setiap pertanyaan selalu panjang gak ada akhirnya? Itu setiap hal dia tanya. pakai baju gitu juga. pakai sampoo gitu juga.
Emang bener sih bahasa tubuh tuh pengaruh banget ya buat anak-anak. Dibandingkan bicara, malah seringnya gak didenger haha
Insight yang bagus untuk jadi orang tua dan menjadi orangtua itu harus bisa bersikap bijak dan lembut
Hiks.. saya suka gak sabaran kak Ina, suka lupa kalo anak-anak ya masih anak-anak. Saya kadang lupa hingga suka ngomong sampe keras. KaKa udah gitu lebih sering menyesal.
Setuju sekali Kak ketika banyak orang tua mengeraskan suara kepada anaknya ketika anaknya melakukan sedikit kesalahan, saya jadi miris. Kenapa tidak bisa melembutkan suara sementara banyak anak yang begitu menurut bahkan dengan suara yang super lembut
Setuju, saat bersama anak memang kudu tenang, agar anak nyaman bersama orangtuanya. Karena mendidik gak selalu pake cara yang keras ya kan mah?
sangat setuju kak, kita harus merespon tiap pertanyaan anak yang ditanyakan dengan lembut dan santai
Anak saya juga lagi dalam fase banyak tanya, kayak tempo hari dia tanya, "Ma, gimana caranya adek bayi keluar dari perut Umma?"
Karena saya caisar, saya jawab santai sambil tunjukin luka bekas operasinya juga. Hihi
PR terbesar saya adaalh nomor 4. Masih selalu dan lagi emak ini selalu teriak sama anak sulung. Sedihnyaaa. Hubu.
Hahahaha kurang-kurangin cyint.. Kak nurul termasuk hebat lho
Intonasi dan bahasa tubuh memiliki point yang besar dalam tersampainya pesan ke anak ya kak.. dan memang ini ga mudah karena terkait juga dengan emosi kita selaku orang tua, pada saat menyampaikan pesan ajar kepada anak…tfs kak
Menjadi orangtua memang tidaklah mudah, tapi kl dijalani dgn penuh ikhlas dan sabar in syaa Allah akan lebih mudah.. Miris kadang melihat orangtua yg berkata ataupun bersikap kasar dan keras pada anaknya, terlebih anak2 tersebut masih kecil2. Smg kita bisa menjadi orangtua teladan bagi anak2 kita