Sebagai orang tua, kita tentu sepakat bahwa memiliki anak adalah sebuah anugerah terindah sekaligus amanah terbesar. Siapa sih yang tidak mendambakan anak yang sehat dan cerdas? Begitu anak kita terlahir di muka bumi, kita otomatis mendapatkan gelar sebagai orang tua. Hal ini yang membuat kita ingin belajar sebanyak-banyaknya dan bertanya ke sana ke mari demi mendapatkan info dan ilmu tentang pendidikan orang tua atau parenting. Pada artikel ini kita akan mengenal aspek dan tahap perkembangan anak.
Tahap Perkembangan Anak
Mengenal tahap perkembangan anak menjadi salah satu topik yang harus kita pahami untuk menambah ilmu. Kenapa harus menambah ilmu seputar perkembangan anak?
Dengan kita mengetahui tahapan tumbuh dan kembang anak, seperti kapan anak menunjukkan kemampuan berguling, merangkak atau berjalan. Kita akan meminimalisir rasa kekhwatiran yang kita alami. Dengan memiliki lmu yang tepat kita dapat mengurangi emosi negatif seperti gelisah, cemas khawatir berlebihan bahkan marah dan sedih karena tumbuh kembang anak.
Hal ini yang saya rasakan ketika mendapatkan kesempatan berbagi dengan para Ibu, Mamah, Bunda yang tergabung di komunitas @momandkidshealth hari Sabtu, 13 Maret 2021 via WhatsApp Grup. Pada sesi sharing itu saya membagikan paparan mengenai mengenal tahap dan aspek perkembangan anak.
Kali ini saya akan membagikan materinya mengenai tahap perkembangan anak. Rangkuman tahap perkembangan anak ini didapatkan dari berbagai sumber, mulai dari tokoh perkembangan seperti Elizabeth R. Hurlock, Jean Plaget, Oswald Kroch, Erick H hingga sahabat Nabi Muhammad Saw, Ali Bin Abi Thalib yang dipadukan penelitian Michael Rutter dan Eric Taylor mengenai gelombang otak.
1. Tahap Delta Sensori (0-2 Tahun)
Anak di tahap 0-2 tahun memahami segala sesuatu dengan panca indranya. Mereka tidak mengenal rasa takut kecuali insting bertahan hidup seperti berkedip ketika ada sesuatu yang akan mengenai mata atau menghindari lubang yang dilihatnya saat merangkak. Hal tersebut bagian fitrah manusia untuk bertahan hidup.
Oleh sebab itu, anak dalam tahap sensori ini suka memegang kabel listrik bahkan api, memasukkan mainan ke mulut bahkan lubang hidung. Hal tersebut karena ia ingin mengenali benda-benda tersebut dengan indranya.
Bagaimana dengan potensinya? Anak-anak terlihat penuh semangat, menyukai senyuman dan gembira ketika melihat orang-orang menyayanginya. Anak di tahap ini pun tidak pernah takut dengan kata gagal. Setuju?
Anak-anak dalam tahap sensori ini gelombang otaknya dominan Delta, yaitu kondisi yang salam ketika tidur dalam (slow wave sleep). Jadi apapun yang terjadi di sekitarnya tidak mudah diakses dalam kondisi sadar setelah dewasa, namun terekam di bawah sadarnya. Itulah sebabnya mengapa pada anak usia ini terlalu peduli dengan sekitarnya.
Stimulasi luar yang diberikan seorlah tidak memberikan pengaruh kepadanya, tapi jelas terekam dengan baik dan akan ditirukan kemudian hari. Ingatan akan pengalaman sebelum usia 2 tahun, sebagian besar sulit diakses secara sadar akan tetapi terbentuk menjadi program bawah sadar yang dapat diproduksi sebagai perilaku.
Otak-otak bayi memiliki jutaan neuron (sistem syaraf) yang belum tersambung. Akan sangat berbahaya jika menerima stimulus yang berlebihan (Sensory overload) baik secara audio ataupun visual. Senada dengan rekomendasi The American academy of pediatric bahwa anak di bawah usia 24 bulan sebaiknya tidak terpapar media audio termasuk TV.
Kebanyakan dari kita memilih media audio visual agar anak mempunyai kesibukan sehingga kita bisa melakukan kegiatan lain. Padahal ada akibat yang ditanggung anak akan kurang terpapar dengan interaksi sosial emosional secara natural.
2. Tahap Bahasa (2-7 Tahun)
Tahap ini berada di usia 2 sampai 7 tahun di mana anak sudah mengerti bahasa dan simbol sehingga perkembangan kemampuan bahasanya luar biasa. Perkembangan emosinya merupakan hasil pembelajaran dari kondisi emosi orang-orang di sekitarnya. Rasa ingin tahu serta keinginan belajarnya tinggi sekali sehingga ia banyak bertanya.
Sering lihat anak seusia ini main mobil-mobilan sambil menjiwai dan berbunyi “ngeeeng..ngeeeng”. Seolah-olah mereka sungguh berada dalam arena balap. Itu karena anak-anak di usia tahap bahasa ini belum bisa membedakan antara imajinasi dan kenyataan.
Kondisi otak anak pada tahap ini kondisi theta dan alpha yaitu kondisi relaks dan sugestif. Gelombang otak pada tahap usia ini sama dengan seseorang dalam kondisi hypnosis. mereka akan menyerap dan meniru apapun yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Baik secara langsung dari orang-orang sekitarnya maupun dari media audio visual.
Oleh karena itu, kita perlu sangat berhati-hati dengan apa yang kita lakukan dan katakan ya Parents.Tahap ini adalah tahap emas untuk menanamkan keyakinan dan nilai-nilai. Luangkan waktu sebanyak-banyaknya untuk menambah keimanan. Kaitkan segala sesuatu dengan kasih sayang Allah. Contohnya jika sedang melihat langit bersama anak :
”Lihatlah awan itu Ka, beraneka bentuknya ya? Di dalam awan itu ada kumpulan uap air yang nanti menjadi hujan. Begitu cintanya Allah kepada kita, dipenuhi kebutuhan air kita dan makhluk hidup lainnya melalui hujan.”
3. Tahap Logika (7-11 tahun)
Gelombang otak dominan alpha yaitu kondisi relaks dan sugestif. Pada usia 7 hingga kurang lebih 11 tahun anak-anak belajar memecahkan masalah-masalah sederhana, memahami hubungan sebab akibat, sifat egosentrisnya semakin berkurang sehingga lebih bisa memahami perasaan orang lain, dan siap menerima tugas-tugas rutin secara bertahap.
Pada usia ini anak-anak sudah berinteraksi dengan orang lain di luar keluarganya, maka nilai-nilai dan keyakinan mulai dipengaruhi oleh sumber-sumber lain di luar keluarga. Oleh karena itu, ikatan dan kepercayaan anak terhadap orangtua yang terbentuk di tahap sebelumnya sangat menentukan apakah anak akan lebih mengindahkan pengaruh orangtuanya atau justru tertarik keluar.
4. Tahap Interaksi (>12 tahun)
Gelombang otaknya sama dengan orang dewasa, dominan beta. Di usia 12 tahun ke atas anak-anak sudah masuk dalam usia remaja, sudah bisa diajak berdiskusi. Waktu yang tepat untuk mulai menyusun rencana masa depan, cita-cita, dan strategi pencapaiannya.
Periode ini merupakan awal aktualisasi diri ketika mereka mulai membangun cita-cita anak. Masa-masa argumentasi seru dan menantang, jangan bilang susah ya heehe. Anak-anak pada tahap ini sudah bertanggung jawab. Apalagi usia ini anak juga menuju masa baligh (12-15 tahun). Keseimbangan antara fisik dan psikologis.
Anak belajar dengan cara meniru. Sebagai orang tua, hendaknya kita menjadi model terbaik sesuai yang dengan kriteria yang kita harapkan dari anak.
Bagaimana anak akan belajar beperilaku sopan santun jika kita sebagai orang tuanya terbiasa menyuruh mereka dengan teriakan? Bagaimana bisa kita menginginkan anak suka beribadah sementara kita juga masih ogah-ogahan untuk melaksanakan ibadah?
Jika kita ingin anak-anak mempunyai kebiasaan baik, lakukanlah lebih dulu. Ubah diri kita lebih dulu, baru mengubah anak
Jadi keingat kata2 sahabat Nabi yg mengarahkan kita jadikan anak sebagai Raja, Tawanan dan Sahabat sesuai range umur ya.
Memang challenging bgt mengasuh anak jaman now. apalagi kalo udah remaja. duhh *lap kringet*
betul mbak, apa yang sudah disampaikan Nabi ratusan tahun lalu memang realted bgt. dan ingat didiklah anak sesuai zamannya ya, yuk lap keringet 😀
Anak saya sudah masuk di tahap Logika, duh bawel dan rasa ingin tahunya besar sekali. Sampai saya suami kewalahan kalah menghadapi pertanyaan itu bocah.
Wah terima kasih sharingnya Mbak. Jadi lebih memahami lagi gimana tahap perkembang anak. Memang sebagai orang tua terkhusus sebagai ibu harus selalu belajar dan mengetahui hal-hal urgent seperti ini agar kita juga bisa menemani tumbang anak dengan baik.
Artikelnya menarik dan bermanfaat mam. Ijin membagikan pada teman-teman new mom ya…
Anak memang fase tumbuh kembangnya menurut usia ya mbak. sehingga sebagai orang tua harus tahu betul bagaimana cara memperlakukan anak sesuai usia juga.
Sepupuku berada di rentang 2-7 tahun. Tahap perkembangan bahasanya memang sangat signifikan. Sangat penting bagi orang2 di sekitarnya agar bisa mengontrol emosi dan menanamkan hal2 baik pada pikirannya ya.
Setuju banget, kak.
Ini informatif banget. Karena new parents kudu banyak baca dan belajar. Salah satunya adalah memberikan stimulasi yang tepat kepada anak sesuai dengan masa pertumbuhannya.
Meski tiap anak perkembangannya berbeda-beda, sebagai ibu memang harus tahu setidaknya batas minimalnya apa ya, jadi anak nggak terlalu tertinggal jauh. Plus bisa memberikan stimulasi yang tepat.
Ulasan yang menarik dan bermanfaat. Sepakat Mbak Shafira. Babaimana orang tua mengaharapkan anaknya jadi saleh dan salehah, sementara dirinya jarang beribadah. Selamat malam. Salam sehat untukmu sekeluarga.
Kemarin aku ikut dalam kulwapnya dunk, karena mau belajar bareng sama Mamah Ina. Asyiiik!
Anyway jadi orang tua itu gampang kalau tahu ilmunya ya, Mah. Ilmunya cuma satu sih mengajarkan teladan yang baik. Nah teladan itu ditemukan jika orang tua mau belajar. Belajar mendengarkan, melihat, membaca, meyerap semua hal yang membuat orang tua lebih baik.
Terima kasih informasinya. Jadi lebih bisa memahami keponakan saya. Pas baca yang rentang sampai 2 tahun jadi paham. Pantesan ya kalau keponakan saya kayak enggak ngerti bahayanya pegang korek atau colokan listrik. Harus lebih sering diawasi.
Saya mau tanya deh mbak, kalau misalnya kita enggak optimal memberikan stimulasi pada tahap perkembangan anak tersebut (misalnya saat tahap bahasa anak kurang banyak distimulasi bahasa), apa bisa berdampak perkembangan jadi enggak optimal?
terkait perkembangan anak tentu ga bisa kita nilai dengan 1 faktor. stimulasi dan genetis jadi salah satu faktornya. kalau ditanya jika kurang distimulasi, apakah akan berdampak pada perkembangan anak yang kurang optimal? betul bgt jawabannya. INgat dulu ada dongeng anak yang selalu disuapi sama ibunya, setelah beranjak dewasa dia ga bisa menggunakan tangannya karena memang tidak diberikan kesempatan dan stimulasi untuk menggerakkan tangannya Mbak.
Anakku umur 4 tahun sekarang lagi suka banget bercerita dan kadang ceritanya itu suka ngarang-ngaranh gitu seolah dia yang mengalami. Hihi
Baca ini sambil liat anaku tidur..ya Alloh sudah benarkah porsi yg aku beri buat anaku😥
peluk Mom, insyaAllah bisa lebih baik. tetap berdaya dengan berilmu mbak 🙂
Waah.. sharingnya daging banget nih Mbak. Aku lagi butuh banget tentang ini. Tapi yang bikin amazing, anakku meski belum dua tahun, tapi bisa berimajinasi seperti yang mbak jelasin di umur 2+. Dia sering main mobil-mobilan sambil bilang ngeng.. ngeng.. MasyaAllah ya. Amazing ciptaan Allah yang satu ini. Sungguh sempurna Sang Maha Pencipta.
Sama-sama Mbak Nabila. MasyaAllah ya ciptaan Allah, semoga kita menjadi orang tua yang amanah ya mbak. semangat berilmu terus supaya bisa beramal 🙂
anak-anakku semua sekarang berada dalam tahap bahasa, Si Kakak itu rasa ingin tahunya tinggi, ingin tahu ini itu, tanya kenapa ini begini betu.. kalau yang nomor 2 emosinya suka sering meledak-ledak, tantrum juga, kalau yang bontot peniru Kakak-kakak