Pernah merasa menderita karena berkepanjangan, merasakan sakit yang tidak berkesudahan? Kehilangan independent, hidup sangat tergantung kepada orang lain. Terbebani dengan biaya pengobatan yang tidak sedikit namun tidak merasa adanya kemajuan?
Sebuah film dokumenter ditayangkan di Real Lives Sky pada bulan Desember 2008 (“Assisted Suicide/“) tentang bunuh diri yang dibantu (euthanasia aktif). Tokoh utama dalam film ini adalah Craig Colby Ewert (1947-2006), 59 tahun, pensiunan profesor universitas yang menderita amyotrophic lateral sclerosis. John Zaritsky, pemenang Oscar Kanada sebagai sutradara film.
Ini adalah film documenter pertama mengenai assisted suicide yang ditayangkan di TV Britain. Pada awal film tersebut ditampilkan, Craig dalam perjalanan dari rumahnya di Harrogate, North Yorkshire, menuju klinik Dignitas di Zurich ditemani istrinya Mary, 37 tahun.. Ia dan istrinya tinggal di Inggris, tindakan euthanasia di Inggris sendiri illegal, oleh karena itu Ia menuju dimana euthanasia legal dilaksanakan. Sejak 1999 sekitar 700 orang dari 25 negara sudah dibantu untuk melaksana euthanasia di klinik tersebut (data terbaru diwebsitenya sekitar 1000 orang telah dibantu untuk mengakhiri hidup). Swiss pada saat itu adalah satu satunya Negara yang melegalkan euthanasia untuk warga Negara lain.
Mr Ewert, seorang ayah dengan 2 anak ini menderita penyakit syaraf semenjak April 2006. Penyakit ini semakin lama semakin menjalar dengan cepat dari yang dibayangkannya bahkan ia harus dibantu dengan alat pernapasan, hingga sebelum kematiannya yang ia rencanakan pada tanggal 26 September 2006.
Mr Ewert di dalam film itu mengatakan “I am tired of the disease but I am not tired of living. I still enjoy life enough that I would like to continue, but the thing is that I really cannot. If I opt for life then that is choosing to be tortured rather than end this journey and start the next one. I cannot take the risk. Let’s face it, when you’re completely paralysed and cannot talk, how do you let somebody know you are suffering? This could be a complete and utter hell.
Mr Ewert membayar sebesar £3,000 untuk tindakan assisted suicide, jenazahnya dikremasi dan dikirim kembali ke Inggris. Dia ditampilkan meminum barbituates dengan dosis mematikan dan kemudian mematikan ventilator dengan giginya. Sekitar 45 menit setelah itu Beliau meninggal.
Sebelum mengakhiri hidunya, Beliau mengatakan kepada kru film bahwa pada kesempatan ini sesungguhnya saya masih memiliki 2 pilihan untuk meneruskan seperti yang sudah direncanakan sebelumnya atau saya berkata bahwa sesungguhnya saat saya ketakutan dan saya tidak akan melakukannya. Tetapi jika tidak kulakukan aku akan terus menderita dan menambah penderitaan dan stress bagi mereka. Aku harus mati atau aku harus menderita dan mati.
Ketika kita berbicara eutanasia, khususnya eutanasia aktif berarti berbicara mengenai pembunuhan, karena antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Beberapa alasan logis yang cukup kuat dari pihak yang menyetujui tindakan eutanasia adalah penderitaan yang tidak berkesudahan. Seperti pada kasus ini Mr.Ewert megajukan euthanasia salah satunya karena tidak ingin menderita berkepanjangan. Sebab lain mengapa eutanasia dilakukan adalah kemanusiaan. Hal ini berdasarkan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan hak untuk mengakhiri hidupnya. Dengan keadaan dirinya yang tidak lagi memungkinkan untuk sembuh atau bahkan hidup, maka ia dapat melakukan permohonan untuk segera diakhiri hidupnya.
Dalam Islam, ridho Allah sebagai tujuan. Jika penyebab-penyebab eutanasia tersebut dianalisa sesuai syariah Islam, jelas hasil yang didapat adalah tindakan eutanasia termasuk pembunuhan. Hal ini dikarenakan bagaimanapun dokter atau tenaga ahli didorong oleh rasa kasihan terhadap pasien untuk meringankan penderitaannya, memudahkan proses kematian merupakan termasuk ke dalam kategori pembunuhan.
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar :53)
Malaikat Jibril datang kepada Nabi Saw, lalu berkata, “Hai Muhammad, hiduplah sesukamu namun engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu namun engkau pasti akan diganjar, dan cintailah siapa yang engkau sukai namun pasti engkau akan berpisah dengannya. Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin tergantung shalat malamnya dan kehormatannya tergantung dari ketidakbutuhannya kepada orang lain.” (HR. Ath-Thabrani).
Setiap jiwa pasti merasakan mati, ketika orang lain memperjuangkan kesembuhan dari suatu penyakit untuk hidup, di sisi lain ada yang berjuang untuk mati, sembunyi dan lari dari penyakitnya. Seharusnya kita percaya dan jangan berputus asa dari Rahmat Allah. Semua yang ada akan kembali padaNya. Allah telah merencanakan baik penderitaan dan cobaan bagi hamba-hambaNya, Rasa sakit adalah butiran-butiran cinta Allah yang disampaikan kepada makhluknya agar kita selalu bermuhasabah. Walaupun sesungguhnya kita tak akan pernah bisa menjelaskan rasa asin kepada orang yang belum pernah merasakan asinnya garam. Setiap manusia pastinya merasa cobaan dan deritanya paling berat,padahal setiap kita mempunyai ukurannya masing-masing. Jika menghadapi cobaan tersebut dengan sabar, InsyaAllah Allah akan menghapus dosa-dosa kita. Hal itu sesuai apa yang Allah janjikan di salah satu hadis riwayat Bukhari.
Catatan tambahan :
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS An-Nisa 29)
Diriwayatkan dari Jundub r.a., “Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, ‘seorang lelaki terluka lalu bunuh diri, maka Allah berkata ‘HambaKu mendahuluiKu dengan membunuh dirinya sendiri, maka Aku haramkan surga untuknya” (HR. Bukhari)
Di antaranya ialah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, bahwa seorang perempuan hitam pernah datang kepada Nabi SAW lalu berkata,”Sesungguhnya aku terkena penyakit ayan (epilepsi) dan sering tersingkap auratku [saat kambuh]. Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku!” Nabi SAW berkata,”Jika kamu mau, kamu bersabar dan akan mendapat surga. Jika tidak mau, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.”Perempuan itu berkata,”Baiklah aku akan bersabar,”lalu dia berkata lagi,”Sesungguhnya auratku sering tersingkap [saat ayanku kambuh],maka berdoalah kepada Allah agar auratku tidak tersingkap.”Maka Nabi SAW lalu berdoa untuknya. (HR Bukhari).