Beberapa bulan ini, saya kembali dipercaya untuk menjadi panitia sebuah kompetisi lomba blog dari salah satu brand provider internet milik BUMN. Kali ini klien meminta lebih ada peningkatan dari peserta hingga kategori dan hadiah pemenangnya. Kompetisi di tahun 2022 ini pun banyak melibatkan banyak pihak, mulai dari kanal blogging hingga stasiun TV.
Salah satu lini yang harus cari setelah tim panitia dalam kompetisi yang total hadiahnya hingga 170 juta ini adalah dewan juri. Tentu tetap menunggu approval dari klien, salah satu juri blog yang kami percayakan dalam kompetisi blog yang kami pegang untuk tahun kedua ini adalah Mbak Widyanti Yuliandari.
Beliau merupakan salah satu senior bloger panutan yang saya kenal pertama kali. Melalui komunitas blogging pertama saya Ibu-Ibu Doyan Nulis, belajar begitu banyak. Tidak hanya hardskill dari blogging itu sendiri. Softskill yang sering luput dari perhatian banyak orang pun saya dapatkan, salah satunya adalah etika dalam blogging.
Penyerahan hadiah kompetisi yang saya kawal dibuat dengan acara yang disebut Malam Inagurasi. Seluruh pemenang dan beberapa blogger peserta lomba pun diundang ke Jakarta. Acara malam inagurasi diadakan di hotel bintang 5. Hampir 100 blogger akhirnya bertemu secara fisik. Pada kesempatan tersebut saya bisa bertemu dengan beliau.
Sebelum acara dimulai, saya menemani Mbak Widya di siang hari. Ini kali pertamanya saya bertemu dengan beliau. Aura positif dan “keibuannya” sangat terpancar. Meski hanya beberapa jam berbincang dengannya banyak hal yang saya petik. Salah satunya berpikir tentang skill atau kemampuan etika seseorang dalam bekerja yang sering luput dipahami.
Etika Blogger Yang Sering Dilupakan
Sebetulnya pekerjaan apapun tentu tidak lepas dari softskill yang dikuasai. Softskill yang dimaksud seperti beberapa hal di bawah ini
#1. Bertanggung jawab
Kita mungkin paham dengan salah satu sikap positif yang seharusnya dimiliki setiap manusia. Namun, dalam pelaksanaannya tidak semulus pengucapannya. Salah satu cerita yang sampai di telingaku adalah salah satu blogger yang tidak mengerjakan job tulisannya. Sampai hari H diingatkan jawabannya adalah lupa.
Meskipun tulisan tersebut tidak dibayar dengan uang atau barang (misalnya dengan kelas sharing bersama expert), tentu jawaban tersebut tidak dibenarkan. Apalagi ketika ditanya apakah ada solusi, jawabannya “tidak ada”.
Hampir dua tahun saya bersama tim juga mengawal hampir 100 blogger setiap bulannya. Dari situ makna tanggung jawab dan etika blogger kembali saya dapat rasakan.
Ada blogger yang memang bekerja sekadarnya, ada yang terlihat totalitas dan responsif terhadap PIC saat itu. Ada yang disuruh laporan harus diingatkan dijapri, padahal di grup sudah diingatkan. Nah, ini bentuk tanggung jawab yang menurut saya juga tidak ajeg.
#2. Tepat Waktu
Menjadi pribadi blogger yang tepat waktu tentu beririsan dengan tanggungjawab tadi ya. Spesifiknya adalah kita harus memperhatikan waktu, baik saat pelaksanaan pengumpulan draft atau posting. Apalagi event offline, tepat waktu sangat harus diperhatikan.
Jangan sampai meskipun blogger adalah pekerja lepas tidak melepaskan diri dari ketepatan kita dalam bekerja. Saya gemes juga bagi para deadliners ketika mengawal campaign blog, walaupun masih dalam interval tepat waktu. Semoga kamu paham menunggu 20 artikel dalam 5 hari, kalau ke-19 artikelnya datang bersamaan di malam terakhir.
#3. Jujur dan Originalitas
Di era digital sekarang, menulis memang lebih mudah karena apa-apa bisa dicari di mesin mencari. Namun, jangan sampai kita tergoda unutk hanya me-remake atau menulis ulang sebuah tulisan tanpa menonjolkan kekhasan kita sebagai penulis blog. Dari kacamata klien yang bekerja sama dengan blogger saya pun menginginkan tulisan yang jujur dan original. Kedua hal ini bisa kita asah dengan perbanyak membaca dan membuka jendela wawasan dengan berbagai hal, misalnya dengan mengobrol dengan orang lain.
#4. Teliti
Bacalah brief dengan seksama. Rasanya miris kita sebagai penulis, harusnya lebih sering membaca dibanding menulis. Sebab kita ibarat teko yang mengeluarkan isinya dalam aksara. Namun, membaca brief saja banyak yang terlewat.
Tidak jarang dalam perjalanan sebagai pengawal beberapa kali campaign masih ada satu-dua-tiga-empat-lima-enam yang bertanya “Kak, linknya reportnya di mana ya?”, “Kak, hashtagnya apa?” dan sebagainya.
Namun yang nanya memang dia lagi dan dia lagi.
Di sisi lain sebagai PIC (person in charge) sebenarnya saya suka kalau ada yang bertanya, namun bukan pertanyaan yang ada di brief yaa..misalnya mengenai pengembangan topik dan temanya.
#5. Menjaga Nama Baik
Kali ini aku meminta pendapat dari kalian ya, teman-teman blogger khususnya. Era sosial media kali ini membuat kita mudah untuk bercerita ina-inu di jagat akun personal kita.
Namun, apakah kalian setuju ketika kita menerima sebuah job atau memenangkan sebuah kompetisi dari brand. Kita sebagai blogger adalah representative dari mereka?
Yang menarik ketika ada seorang blogger yang mengeluh betapa susahnya mengambil job atau mengeluhkan sebuah brand yang ia tulis dengan baik, menurutku ini tidak ahsan atau tidak baik. Jadi ingat cerita konsumen brand minuman es teh yang mengancam somasi ketika pelanggannnya komplain. Arahnya bukan ke sana ya teman-teman, maksudku ketika kita ada komplain atau cerita bisa kita utarakan dengan lebih baik.
Kita bisa loh menghubungi brand tersebut , atau minimal buatlah tulisan yang ada insightfulnya. Bukan potongan story yang mengeluh atau mengaduhkan brand tersebut, sementara kamu menerima banyak manfaat dari brand tersebut. Mungkin ini juga jadi alasan kita untuk memilah memilih sebuat pekerjaan, ygy?
#6. Stop Berprasangka Buruk!
Sebagai manusia yang ingin berakhlak mulia, tentu tidak ada faedah berarti dari memiliki prasangka buruk di kepala kita. Namun, kita sering saja mendapati ini. “Blogger itu kemarin kayanya begini begitu..”
Ada juga yang bicara kesana kesini tentang pengalaman yang tidak menyenangkan dari suatu job, tapi jatuhnya tidak solutif malah pasif agresif alias bermuka dua. Di depan para admin iya berkata tidak apa-apa, namun kemana-mana ia berkoar-koar seolah korban/playing victim bahwa betapa susahnya pekerjaan tersebut dan sebagainya.
Stop asumsi ya teman-teman, tentu itu bukan sumber pengetahuan yang hakiki. Kita hanya mampu menilai orang dari apa yang tampak, bahkan kalau ingat hadist Rasululllah ya bahwa jika ada saudaramu yang berbuat salah kita harus memikirkan sampai udzur atau alasan kira-kira kenapa mereka berbuat hal demikian.
Pendapat saya keenam hal tersebut yang sering dilupakan seorang blogger, semoga sebagai insan yang senang menuliskan opini maupun rangkaian diksi dalam artikel di situs pribadinya tidak membuat lupa menjadikan diri kita blogger yang beretika. Semoga kita mengingat semua yang kita tuliskan dan perbuat akan dipertanggungjawab nanti.
Semoga bermanfaat, salam.
Terima kasih pengingatnya mamah..
Sebagai tim deadliners aku jadi ikut tertohok. PR besar buat saya ini. Semoga bisa lebih baik lagi ke depannya.aamiin.
Terus untuk senantiasa ingatkan kami ya…😊
Sama-sama Mbak Hamim. Terimakasih sudah membaca, saling mengingatkan ya untuk tidak meremehkan pekerjaan sekecil apapun.
Terima kasih banyak atas remindernya mbak. Inilah kenapa pentingnya adab sebelum ilmu ya.
Duh cakep ummu, adab sebelum ilmu yaa…masyaAllah
Makasih sharingnya, bisa jadi pengingat
Kebayang sih yg deadliners itu, dan juri menerima serbuan tulisan di detik2 terakhir penutupan . Aku sendiri termasuk yg ga suka ngerjain kerjaan kantor mepet. Kalo bisa diduluin, ya ngapain juga lama2. Krn makin cepet dikerjakan, makin cepat selesai, makin banyak waktu luang utk hal lain 😁
Baca ini aku jadi tau banyak banget bloggers yg kadang lupa Ama etika saat menerima job atau saat mengikuti lomba ya mba.
Jadi inget pas sesekali ikutan IG walking Ama temen2 grup, terkadang adaaaaaa aja yg telat ngikutin jadwal due date, dan seringnya, dia lagi dia lagi . Malah ada yg ga selesaikan tugas, sampe akhirnya di kick dr grub ttp ga selesai. Padahal kita semua udh ngikutin aturan mainnya. Males ya ketemu Ama yg begini… Tipe2 yg ga bertanggung jawab, mau enaknya aja. Yg begini aku tandain sih, dan mendingan ga usah follow juga anaknya 😂
aku juga berhati-hati kalau lagi kerjasama, dulu mungkin waktu ngeblog biasa atau curhatan biasa , nulisnya bisa molor-molor
dan seperti sekarang saat ada job dari pihak lain, diusahakan tepat waktu sesuai deadline yang dibuat
Bagaimanapun attitude itu penting di manapun dan kapanpun kita berada. Apalagi kalau menyangkut job, tanggung jawab itu wajib dipikul sesuai dengan kesepakatan. Konsisten dan tepat waktu menjadi prioritas bagi saya pribadi sebagai seorang Blogger yang seharusnya selalu bersikap profesional.. 🙂
Pas banget, barusan diingetin lagi soal deadliners yang sebenarnya nggak apa-apa dari sisi si penerima job, tapi jadi apa-apa buat si pemberi job, karena ibarat hujan…ga pake gerimis, tapi langsung bress.
Kalau dipikir-pikir ya sih, orang yang nerima kerjaan kita itu kan perlu waktu buat ngecek. Kalau langsung di-mbrek-no gitu, ya, kasihan juga, kualitas pengecekannya dia jadi terpengaruh.
setuju sekali dg poin2 etika blogger yg diuraikan di sini. betyl sekali bahwa dg menjaga etika kita maka akan memberi nilai tambah yg tsk terkira. terima kasih remindernya, kak..
Menarik persoalan ‘teliti’. Saya sendiri kadang gemes ketika beberapa kali mengawal sebuah campaign dari perusahaan yang melibatkan influencer. Semisal ‘kak ini jadwal postingnya kapan ya’, padahal di brief sudah jelas tertera pembagian jadwal posting masing-masing influencer.
Paling gemes poin pertama ya. Kalau sudah bersedia ikut job ya kudu tanggung jawab. Ibaratnya walau mood kacau, ada halangan lain, ya wajib menyelesaikan tugasnya. Nulis tepat waktu dan sesuai dengan brief, tidak asal-asalan.
Kalau misal yang error dan gak tanggung jawab gini lalu di-blacklist wajar kan? Kepercayaan itu yang mahal.
Baca tulisan ini, bikin aku berfikir ulang, apakah aku sudah menjadi blogger yang baik sehingga orang lain ikhlas membaca blogku?
Terima kasih sudah diingatkan kembali, mbak
Sepakat pake banyak dengan semua pointernya. Walau sendirinya masih susah menghindar dari godaan deadliner. Hiks
Auto keingat, ada kerjaan yang kudu segera kelar. Langsung jadi semangat dong dah
sebagai blogger memang kita harus bertanggung jawab ya, mbak dalam setiap kegiatan atau job yang diambil. semoga saja sih saya selama ini cukup memberikan kesan yang baik bagi mereka yang memberikan job pada saya
Terima kasih kak untuk menyampaikan topik ini. Memang, seorang blogger harus bertanggungjawab atas tulisannya karena seorang blogger sejatinya punya kewajiban moral untuk menyebarkan informasi secara benar dengan sumber yang kredibel.