Dieng Culture Festival, Teropong Alam dan Budaya Dieng

Photo of author

By Shafira Adlina

meneropong keindahan alam dieng

Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar kata Dieng? Sebagian besar dari kita pasti berpikir tentang keindahan alam daerah karena sesuai dengan julukannya negeri di atas awan. Namun, saya pribadi ketika mendengar kata dieng langsung terbayang dengan Manisan Buah Carica.

Cara saya berkenalan dengan Dieng sekitar tahun 2008, saat pertama kali kuliah S1 di Universitas Al Azhar Indonesia. Berada di Jurusan yang tidak begitu banyak peminatnya, satu angkatan kami hanya terdiri dari sekitar 25 orang. Salah satu teman satu jurusan saya berasal dari Dieng, ketika itu Dieng masih asing terdengar di telinga banyak orang.

Setiap ia pulang kampung dan kembali ke Ibu Kota pasti membawa buah tangan berupa manisan carica ini dan beberapa pangan khas lainnya. Rasanya memang sangat unik. Kali ini mari kita meneropong keindahan alam dan budaya Dataran Tinggi Dieng, yuk!

Mengenal Dataran Tinggi Dieng

Secara geografis administratif  Dataran Tinggi Dieng berada di empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal.

Posisi alam Dataran Tinggi Dieng sangat indah, mulai dari panorama gunung, telaga, candi serta situs yang dibangun dari zaman dulu. Candi tersebut menunjukkan ektifitas masyarakat yang sudah ada pada ratusan tahun yang lalu atau bahkan jutaan tahun. Subur dan kaya alamnya Dataran Tinggi Dieng ini pun sudah menjadi rahasia umum.

Meneropong Atraksi Alam dan Budaya Dieng lewat Dieng Culture Festival

Keindahan alam dan budaya dieng

Dieng Culture Festival (DCF) merupakan acara tahunan khas Dataran Tinggi Dieng yang menampilkan berbagai kesenian dan budaya dengan inti acara pemotongan rambut gimbal anak-anak Dieng. Keunikan ritual ini ialah pemotongan rambut dilaksanakan atas permintaan anak dan harus memenuhi permintaan anak yang akan diruwat. Event yang selalu menarik ribuan pengunjung ini juga dimeriahkan beberapa acara seru lainnya seperti jazz di atas awan, festival film, pesta lampion dan kembang api.

Bermula dengan gagasan kelompok saudara wisata dieng pandama. Kelompok tersebut menggasa sebuah upaya wisata yang menggabungkan konsep budaya dan wisata alam, dengan misi pemberdayaan ekonomi masyarakat Dieng.

Tahun 2010 adalah awal mula DCF terselenggara bekerja sama Kelompok sadar Wisata dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dan organsasi/ Dinas Terkait Kepariwisataan di Dieng.

Pada tahun ketiga, pekan budaya Dieng tersebut mengubah namanya menjadi Dieng Culture Festival (DCF). Tidak hanya melaksanakan DCF, kelompok sadar wisata ini juga aktif salam pengenalan kegiatan pariwisata kepada Masyarakat.

Atraksi Alam Dataran Tinggi Dieng

telaga warna dieng

Atraksi merupakan daya tarik wisata ayau segala sesuatu yang membuat kita tertarik mengunjungi suatu tempat wisata. Atraksi yang secara alami tercipta bukan buatan tangan manusia.

Dieng atau negeri di atas awan ini memiliki banyak sekali sobjek wisata alam. Mulai dari telaga, kawah, gua, air terjun hingga sumber air panas.

Setidaknya ada tiga objek wisata unggulan Dataran Tinggi Dieng. Apabila ke sana rasanya kurang lengkap jika tidak mengunjungi 3 objek wisata ini.

1. Telaga Warna Dieng

Salah satu objek wisata ikonik Dieng yang masuk dalam Kabupaten Wonosobo. Sesuai dengan namanyam telaga ini memiliki keunikan karena pada jarak terntu akan membiaskan warna-warna berbeda-beda. Perubahan warna ini disebabkan dari kandungan belerang didalam dasar airnya.

2. Batu Ratapan Angin

Objek wisata yang dimiliki oleh pribadi ini berawal dengan nama batu pandang telaga warna. Lokasi ini berada di atas telaga warna.

Kenapa diberi nama batu ratapan angin? Salah satu sumber menyebutkan penyebabnya adalah tempat ini tinggi dan menimbulan suara semacam siualan atau rintihan.

3. Sikunir Dieng

Jika teman-teman berselancar di internet dan di youtube tentu kita banyak menemukan para traveler yang bertandang di lokasi ini.

Sebutan lain Sikunir Dieng adalah sebuah bukit surga sunrise dan lanskap pemandangan alam. Meskipun bukit kecil, tetapi kesan yang didapat sangat indah terutama keindahan Golden Sunrisenya.

Objek wisata ini tak pernah sepi dari pengunjung, wisatawan selalu berbondong ke tempat ini setiap akhir pekan.

Apalagi saat acara Dieng Culture Festival, Tahun Baru dan libur Panjang, sudah dipastikan Jalur ke Sikunir sangat padat karena sesak oleh kendaraan wisatawan.

sikunir dieng tempat terbaik melihat sikunir

Atraksi Budaya Dataran Tinggi Dieng

Atraksi budaya adalah daya tarik yang dihasilkan dari olah budi manusia seperti kesenian pertunjukkan dan kerajinan. Contoh atraksi budaya lainnya seperti adat istiadat masyarakat dan peninggalan bersejarah.

Atraksi budaya yang dimiliki Dieng salah satunya yang diselenggarakan DCF adalah pemotongan rambut gimbal menjadi daya tarik para wisatawan.

Tradisi Cukur Rambut Gimbal

Bagai magnet dalam DCF memiliki acara ruwatan pemotongan rambut gimbal sebagai puncak acara. Ruwatan merupakan upacara penyucian yang sudah menjadi adat di Jawa. Upacara ini dilakukan untuk membuang sial, malapetaka dan atau marabahaya.

Anak-anak yang berambut gimbal atau gembel dapat dikatakan jarang dijumpai atau langka jik di Indonesia ini. Anak Gimbal yang dimaksud yang memiliki rambut alami gimbal bukan mereka yang menyengajakan rambut gimbal karena malas merawat rambut ya.

Jika kita lihat prosesi pemotongan rambut di DCF 2020 kemarin, terlihat anak-anak rambut gimbal ini dikawal para sesepuh, tokoh masyarakat, kelompok paguyuban seni tradisional, serta masyarakat.

Jazz Atas Awan dan Festival Lampion

keindahan alam dieng

Selain acara pemotongan rambut anak gimbal, rangkaian acara DCF yang menarik adalah Jazz di Atas Awan, Festival Film Dieng, Festival Lampion, Camping DCF, Sendra Tari Rambut Gimbal, Jalan Sehat dan Reboisasi, serta pameran seni dan budaya.

Sebuah kombinasi yang sangat sempurna dengan atraksi alam Dataran Dieng yang tidak diragukan lagi indahnya. Jadi sangat wajar jika kita sebut bahwa DCF menjadi magnet wisatawan domestik dan mancanegara.

Dieng Culture Festival 2020 dilaksanakan secara virtual

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Dieng Culture Festival (DCF) 2020 harus dilaksanakan secara virtual. Pada tanggal 16 September 2020 kemarin Gelaran DCF resmi dibuka. Walaupun dilaksanakan secara virtual, acaranya tetap berlangsung meriah dengen beberapa rangkaian acara.

Dengan menerapkan protocol kesehatan, DCF 2020 digelar di Rumah Budaya depan komplek Candi Arjuna. Acara tersebut dihadiri oleh tamu undangan terbatas, tetapi kita bisa menonton secara langsung lewat media sosial di YouTube, Instagram, dan Facebook.

dieng culture festival 2020 diadakan live streaming

Pada hari pertama DCF ada pertunjukan sendratari anak gimbal menjadi suguhan pembuka.

Selanjutnya ada webinar, kesenian tradisi, penanaman pohon dan doa bersama. Pertunjukkan musik dengan tema Jazz di Atas Awan dilaksanakan pada malam harinya.

Sebagai daya tarik utama DCF, proses pencukuran rambut gimbal dan pelarungan rambut gimbal dilaksanakan keesokan harinya pada Kamis, 17 September 2020.

DCF tetap dilaksanakan secara virtual dan penerapan protokol kesehatan demi kepedulian dalam mewujudkan pelestarian budaya Jawa Tengah, khususnya Dataran Dieng sendiri. Buat teman-teman yang ketinggalan streamingnya, bisa tonton di media sosialnya Festival Dieng. Salah satu cuplikan proses pencukuran rambut gembel di bawah ini.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Dieng Culture Festival (@festivaldieng) on

Melindungi Cagar Budaya sebagai Wujud Cinta Bangsa

Warisan budaya tak benda adalah berbagai reprentasi, ekspresi, pengetahuan keterampilan serta instrument-instrumen, objek, artefak dan lingkungan budaya yang terkait meliputi berbagai komunitas, kelompok, dan dalam beberapa hal tertentu, perseorangan yang diakui sebagai bagian warisan budaya mereka.

Melansir pengertian warisan budaya tak benda tadi situs kemendikbud menjelaskan bahwa pada atraksi budaya yang diselenggarakan di DCF ini termasuk salah satu di antaranya.

Saat kita ingin mengelola pelestarian sejarah, bukan sejarahnya maupun peristiwanya yang harus dilestarikan. Namun, nilai-nilai sejarah yang terdapat dalam peristiwa tersebut.

Peristiwa sejarah cukup sekali terjadi, akan tetapi nilai-nilai dari peristiwa tersebut akan hidup sepanjang jaman. Hal ini sengat dipengaruhi oleh umat manusia sebagai cermin hidup.

Di dalam pengelolaan pelestarian yang sifatnya tak benda yang diharapkan adalah menghasilkan :

  • Kualitas produk budaya (bukan jumlah produk budaya).
  • Konsep-konsep, nilai-nilai, norma-norma.
  • Pencitraan suatu pemikiran dari suatu masyarakat pendukung kebudayaan yang bersangkutan.
  • Untuk menghasilkan pengelolaan pelestarian yang optimal tentu didasari oleh kajian.

Penutup

Dieng Culture Festival merupakan salah satu atraksi terbesar yang menarik banyak wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng. Dieng Culture Festival memadukan atraksi budaya seperti tradisi pencukuran rambut gembel dengan pertunjukkan seni dan alam.

Sebagai wujud cinta dan perlindungan terhadap budaya Indonesia, menyelenggarakan Dieng Culture Festival adalah salah satu caranya. Jika sebelum pandemi ini kita dapat menyaksikan Dieng Culture Festival secara langsung, tentu kita dapat berwisata dengan bijak.

Bagaimana cara berwisata dengan bijak? Salah satunya dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan tanpa merusak dan mematuhi aturan dan norma yang berlaku. Namun, saat pandemi ini kita juga turut serta dengan meramaikan Dieng Culture Festival secara virtual.

Festival Budaya di Dataran Tinggi Dieng ini dapat menjadi magnet baru wisata di Jawa Tengah pada umumnya dan Dieng pada khususnya.

Kita dapat mengusahakan bersama dengan mengenalkan potensi wisata dan juga seni budaya yang dimiliki kepada semua lapisan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri.

Kawasan Wisata Dieng memiliki kekayaan budaya yang unik dan dari segi jumlahnya cukup banyak sehingga dapat digunakan untuk menjadi suatu daya tarik pariwisata.

Salam,

Shafira Adlina.

Sumber :

  • Jatengprov.go.id
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/pelestarian-warisan-budaya-tak-benda/
  • https://panduanwisatadieng.com/
  • Andriyani, Dwi. Potensi dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Dieng di Wonosobo. UNS (2009)
  • Idntimes.com
  • Phinemo.com

34 thoughts on “Dieng Culture Festival, Teropong Alam dan Budaya Dieng”

  1. Dua tahun berturut2 ikut memeriahkan DCF, rasanya bangga, haru, kabupaten tercinta punya event yang keren bgt. Pun punya situs2 bersejarah. Meski kemarin DCF virtual masih aja mantengin sampai acara selesai. Sayang banget q nggak sempet ikutan lombanya nih mbak, huhu

    Reply
  2. Kemarin-kemarin aku baru ngurus skck. Di sana juga bikin ciri-ciri tubuh, kayak rambut, kulit, wajah, dll. Kalau orang lain biasa tulis lurus, ikal, keriting gitu, ternyata ada lagi jenis rambut gimbal, yang sebenernya memang gimbal asli, bukan buatan manusia. Luar biasa. Aku akhirnya juga tahu kalau Dieng bukan hanya soal pemandangan alam, dataran tinggi, tempat melihat sunrise yang indah, tetapi juga mengandung unsur kebudayaan yang masih dilestarikan. Semoga suatu saat aku juga bisa ke Dieng.

    Reply
    • Sama ih…saya juga abis baca artikel si mamah ini langsung mupeng pingin bawa anak2 ke negeri di atas awan, percandian Dieng

      Reply
  3. Dieenngg aku rinduuuu hihi. Banyak banget wisata yang bisa dikembangkan di Dieng dan sekitarnya yaa mb ina, seneng banget pernah ke sana dan punya pengalaman yang indah tentunya. Harus balik lagi kayaknya suatu hari, aamiin.

    Reply
  4. Dieng hanyalah satu dari banyaknya wilayah di Indonesia yang perlu dilindungi keindahannya. Saya ikut senang dengan adanya Dieng Culture Festival ini, semoga jadi inspirasi bagi wilayah lain

    Reply
  5. Hmmm, baru sebatas tau Dieng dari internet aja, belum pernah ke sana. Katanya udaranya sejuk banget ya. Wisatanya juga banyak. Apalagi kalau pas lagi ada festival kayak gini, pasti tambah seru acara liburannya..

    Dulu Dieng masih terdengar asing. Semenjak era digital hadir, destinasi wisata semakin mudah dikenali lewat postingan pengunjung yang sudah pernah ke sana. Social media memang punya peranan yang sangat besar dalam hal penyebaran informasi tersebut.

    Reply
  6. Dieng memang kaya akan budaya dan keindahan alamnya. Aku pernah ke sana sekali dan pengen lagi. Sungguh kenangan yang memorable bisa wisata ke sana.
    Tempat yang paling aku ingat adalah candi Dieng, kawah sikidang, dan batu ratapan angin.

    Dieng memang keren.

    Reply
  7. Rangkaian acara di festival Dieng ini menarik banget ya kak Ina.. apalagi disajikan di tempat seeksotis Dieng.
    Takjub juga liat anak yang berambut gimbal itu ya kak.. kalo dipikir-pikir, kok bisa gimbal begitu ya..

    Reply
  8. Belum pernah ke Dieng. Cuma lihat dari internet dan cerita dari beberapa teman aja. Termasuk baca artikelnya mba shafira nih. Keren banget yaaaaa. Ikut bangga Indonesia punya Dieng. Tahun depan harus bisa kesana

    Reply
  9. Gimbal yang dimaksud disini apakah rambut keriting kriwil gitu bukan sih?
    Saya pernah ke Dieng, cuman sayang banget waktunya ngga pernah bertepatan dengan Dieng culture festival.

    Btw Lagu Katon Bagaskara, Negeri di Awan ini apa terinspirasi dari Dieng yaa?

    Reply
  10. Dieng ini memang sejuta pesona. Ya alamnya, ya pertaniannya juga budayanya. Hanya saja, kabarnya untuk pertanian ini mulai mengancam kelestarian alamnya, makanya sekarang sedang dibuat program–program pertanian yang ramah lingkungan. Tujuannya tentu saja agar Dieng bisa dinikmati dalam jangka panjang.

    Reply
  11. Dari dulu pengen banget ke Dieng, ikutan DCF, ke puncak Sikunir, bener-bener a must experience once a lifetime yah mbak kayaknya. Ngelihat event virtual dan artikel ini, jadi makin semangat nabung buat ikutan DCF tahun depan

    Reply
  12. Dududu … Belum pernah ke Dieng jadi aku cuma bisa terkesima secara virtual aja, hahaha … Tapi aku salut deh sama daerah yang masih melestarikan budaya dan tradisi mereka seperti tradisi pemotongan rambut anak gimbal ini. Jadi pengen nonton langsung segimbal apa rambut anak-anak ini. Mereka nih masuk suku apa ya, kira-kira?

    Reply
  13. Destinasi wisata dengan sajian "kearifan lokal" seperti dieng ini sangat menarik. Tidak hanya wisata mata, tapi juga piknik hati

    Reply
  14. Aku ke Dieng akhir tahun 2018, cuma 2 hari jadi kurang puas rasanya, karena cuma singgah setelah pulkam Kediri dan balik ke Ibukota. Dan masih penasaran dengan Dieng Culture Festival. Yang ternyata tahun ini dihelat secara virtual. Semoga nantinya makin bisa mendunia Dieng dan pesonanya

    Reply
  15. terakhir kesini tahun 2016, entah sudah kayak apa ya sekarang pembangunannya, waktu ke san soalnya banyak yang lagi dibangun gitu dna diperbaiki dari akses, atraksi, sampai amenitasnya. mudah-mudahan makin nyaman tempatnya

    Reply
  16. Duh belum pernah ke Dieng. Apalagi turut hadir di acara DCF. Kan seru banget yaaa. Semoga badai lekas berlalu dan bisa jalan-jalan jauh lagi

    Reply
  17. Gara-gara ngulik tentang Dieng ini, aku jadi kepengen banget ke sana. Semoga suatu saat diberi kesempatan. Keindahan yang didapat secara virtual aja bikin terharu. Apa lagi langsung di sana.

    Reply
  18. Walaupun dieng culture festival ini diselenggarakan secara virtual saat ini, tapi jadi obat kerinduan juga karena sudah lama tidak traveling dan melihat festival budaya

    Reply
  19. Aduuhhh belum pernah ke Dieng ini. Cuma pernah sampai Kabupaten Kertek aja di Wonosobo. Puncak Sikunir itu yg melambai-lambai pengen didatangi hehehehee.. Semoga bisa ke sana ah suatu waktu. Aamiin. ❤

    Reply
  20. Unik yaa Mba Ina… ada ritual mencukur rambut gimbal di Dieng, hehe… jadi pinisirin teknisnya itu gimana pasti menarik perhatian banyak wisatawan ya. Btw berarti Mbak inna sudah pernah mencicipi manisan buah carica ya… kl saya belum, huhuuu

    Reply
  21. Saya jadi pengen ke Dieng. Pasti seru berada di salah satu negeri di atas awan nya Indonesia dengan berbagai pemandangan alam yang indah dan beragam. Tambah lagi kebudayaan masyarakatnya yang udah turun temurun sejak dulu. Jadi menambah ketertarikan untuk bisa liburan kesana.

    Reply
  22. Aku penasaran dengan ruatan anak rambut gimbal deh mbak? Apa rambut gimbal dimiliki sampai dewasa ya? Kalau udah dewasa pakai ruwatan jugakah? Terus meski pakai shampoo tetap gimbal ya kak?

    Reply
  23. Wah baru tau ada Dieng Culture Festival 😀
    sudah pengen banget pergi ke dieng.. terakhir kesana sewaktu mendaki gunung Prau

    Semoga covid cepet bubar dan bisa berkunjung kesana lagi :')

    Reply
  24. Dieng ini indah banget ya kak, jadi mupeng nih liburan sekeluarga ke negeri di atas awan. Bahagia banget pastinya ya. Menikmati wisata dan budaya dieng

    Reply
  25. 2014 pernah nih ke Dieng saya ..emang alamnya asri dan sejuk ya..apalagi pas malam hari wow dinginnya ampun2 deh..Trus paginya ke puncak Sikunir ..duh bagus banget cuman sayang blm pernah hadiri Dieng Culture Festival..dan saya rindu dengan Carica Dieng rasanya tiada duanya hihi..

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page