Apa yang harus dilakukan ketika anak merengek?

Photo of author

By Shafira Adlina

Pernah merasakan resah ketika anak bersikeras merengek tanpa mau mendengarkan perkataan kita? Rasanya banyak pikiran datang, kenapa anak ini rungsing? Bagaimana mengatasi anak yang merengek? Apa saya selama ini memanjakannya? Bagaimana kata orang melihatku tidak bisa mengendalikan anak? Apa perlu aku bujuk dengan mainan atau camilan? Dan sebagainya…

Emosi anak adalah Informasi Utama

Merengek, menangis, berteriak ketika ada sesuatu yang tidak berjalan kehendaknya merupakan ekspresi emosi yang timbul secara alami pada anak-anak. Semua perilaku itu cukup umum pada mereka. Anak-anak yang minim pengetahuan hidupnya, adalah makhluk yang bebas berekspresi. Tugas kita sebagai orang tua merawat, mendidik dan membimbing mereka.

Nah semenjak usia dini, kebanyakan anak menyadari bahwa merengek akan efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Bagi kita orang dewasa tentu berpikir bahwa untuk menghentikan perilaku tersebut sesegera mungkin.
Namun, yang perlu diingat anak tidak sama dengan orang dewasa. Terkadang kita terburu-buru ingin anak lebih dewasa tapi kita tidak bisa mendengarkan emosi mereka.
Salah satu nasihat yang paling sering muncul ketika seminar atau workshop parenting apapun adalah menghargai perasaan anak (tentu dalam batasan perilaku dan umurnya ya!)
ketika anak merengek

Anak Usia Dini Waktunya Mengekspresikan Emosinya

Alunan nada yang dihaturkan dari rengekan dan tangisan anak memang membuat kita tidak nyaman. Terlebih lagi jika kita dalam keadaan tidak baik-baik saja. Kita perlu memahami bahwa rengekan dan tangisan anak adalah sesuatu yang alami.   Kalau ada yang bertanya kenapa bayi sering merengek, ya karena itu ekspresi dan bagian bertahan hidup mereka sebagai anak-anak.

Yang perlu kita lakukan sebagai orang tua adalah menumbuhkan pemahaman dan melatih mereka secara jangka panjang untuk mengekspresikan emosi secara tepat.

Potensi Konflik karena Rengekan Anak

Antara kebutuhan anak dengan kesesuaian mereka, belum lagi kesiapan orang tua bahkan kebiasaan aturan masyarakat yang berlaku yang menjadi potensi konflik masalah. Sebagian dari kita ingin cepat-cepat menghentikan tangisan dan rengekan anak karena bisa “mengganggu” yang lain. Padahal emosi dan tingkah laku anak dari aturan berlaku ini harus kita pisahkan. Jika kita memahami mereka dari ekspresi yang baru bisa lakukan.

baca juga: Kenapa Anakku Emosian Terus? Cara Praktis Mengajarkan Regulasi Emosi!

Jadi Detektif Emosi dan Keinginan di Balik Perbuatan dan Perkataan Anak

Contoh kejadian yang terjadi pada anakku. Anak perempuanku yang usia 4 tahun belum lama ini terjatuh saat sedang berjalan di kampung. Ia berjalan bersama om nya untuk melihat sawah. Tetiba ia terjatuh saat berjalan di turunan aspal, sehingga celana kanan di bagian lututnya robek, hingga meninggalkan lecet di kulitnya.

Saat itu ia datang tanpa tangis dan bercerita bahwa ia terjatuh. Beberapa detik kemudian ia menangis dengan kencang. Nangisnya sangat kencang, luar biasa.

Rasanya ingin langsung bersabda: “gitu aja kok nangis” “malu dong udah gede kok nangis!” “Lagian lari-lari!:

Tapi kuurungkan kalimat-kalimat respon yang tidak memberdayakan anak tersebut. Memarahi atau memberi nasihat pada anak yang menangis apalagi merengek tidak akan membuatnya tenang. Sebaliknya, situasi akan cepat berubah jika kondusif dan kita bisa memahami perasaan anak.

Kira-kira 10 menit, ia menangis putus nyambung sambil mengoceh karena begini dan begitu. Mengapa Hafsah begitu sedih? Apakah benar-benar sakit atau dia hanya kaget? Aku sudah memeluknya dan berkata nanti akan sembuh, mari berdoa. Ayo diobatin. Tapi malah nangisnya tambah kencang.

Tiba-tiba ada panggilan alam, saya izin kepada Hafsah untuk dipangku dengan suamiku sementara aku ke kamar mandi. Suara tangisan sayup-sayup terdengar dari kamar mandi.

Begitu selesai, coba kupangku lagi sambil menangis. “Gamau dikasih itu huhu..”

Ternyata saat aku ke kamar mandi, mbahnya mau meneteskan getah tanaman obat untuk mengeringkan luka. Namun, hafsah belum mau. Bahkan untuk dilihat lukanya saja ga mau. Maklum itu adalah first impression jatuhnya paling sakit versinya.

Perasaan Anak: kesal, kecewa, sakit

Keinginan Anak: mau diobati oleh mamah 

Setelah mendengarkan tangisnya. Saya coba tebak perasaan dan berusaha untuk memvalidasinya. “Hafsah khawatir ya? Hafsah maunya diobatin sama mamah?”

Pentingnya kita mendengarkan perasaan dan keinginan mereka yang tersembunyi dari ekspresinya. Jadi jangan fokus untuk menghentikan ekspresi emosinya yang menurut kita “itu salah atau ga tepat”. Kita perlu mencari tahu dari informasi dari ekspresinya, karena ketika anak dimengerti akan jauh lebih mudah mengajarkan ketrampilan mengelola emosi tersebut.

Melalui pengalaman semcam ini, anak dapat belajar tentang bagaimana cara memahami perasaan dan keinginan diri sendiri seklaigus mengekspresikan melalui perkataan. dengan mendengarkan kalimat kita yang mewakili perasaannya anak secara perlahan akan mempelajari cara mengekspresikan perasaannya secara tepat.

baca juga: Menghadapi Badai Emosi Anak

Penutup

Sangat penting bagi orang tua untuk memiliki keterampilan mengetahui apa yang harus dilakukan ketika anak merengek. Utamanya untuk mengatasi perasaannya. Bukan sekadar menghilangkan ekspresi emosi yang salah. Agar anak merasa diterima dan pada akhirnya bisa memiliki ketrampilan mengelola emosi yang baik.

shafira adlina

17 thoughts on “Apa yang harus dilakukan ketika anak merengek?”

  1. Umma kalau dengar anak merengek langsung naik pitam. Mumet bukan main padahal ditelusuri sederhana sekali alasan mereka merengek. Umma kudu banyak belajar mengelola emosi. Semangat

    Reply
  2. Umma kalau dengar anak merengek langsung naik pitam. Mumet bukan main padahal ditelusuri sederhana sekali alasan mereka merengek. Umma kudu banyak belajar mengelola emosi. Semangat belajar

    Reply
  3. Memang mendengar rengekan anak tuh lumayan membutuhkan ketenangan jiwa raga sang Ibu juga. Apalagi levelnya uda semakin meningkat tuh, nangis, rewel dan tantrum ((sampek kosel-kosel atau teriak)), waah.. beneran menguji ilmu parenting yang selama ini dipelajari banget.

    Aku pernah khilaf.
    Dan ujung-ujungnya, ketika di waktu yang sudah tenang dan tepat ((ini gak mesti, bisa beberapa hari kemudian)), aku minta maaf dan mengutarakan kalau cara yang mama ambil salah waktu itu.

    semoga kita sama-sama belajar dan bertumbuh yaa, nak..
    Endingnya selalu aku tekankan kalau emosi dan melupakannya itu boleh. Dan begitupun sebaliknya, kalau ia gak dapat treatment seperti yang dia harapkan, dia pun kudu belajar.

    Hahaha.. endingnya aga aga plot twist yaa…
    Gitu deh.. khilaf-minta maaf, semoga ga repeat yaah..

    Reply
  4. Betul sekali Kak bila orang tua perlu memiliki keterampilan dan tahu apa yang dilakukan saat anak merengek.

    Tapi tentu saja kalau bahas cara memahami polah anak, selain memahami perlu juga terlatih dan konsisten menerapkannya. Terkadang tantangannya justru bukan dari anaknya malah dari dalam diri orang tuanya sendiri

    Reply
  5. mau tanya, apakah anak merengek lebih mudah ditenangkan,? karena anak bisa bercerita apa keluh kesah mereka, sedangkan kalau bayi merengek dia hanya bisa menangis ibunya juga gak tau kenapa dia menangis.

    Reply
  6. masyaAllaah Hafsah kayak Isya bangettt :’) Gamau diobatin siapapun pas jatuh waktu itu, maunya sama Ibuk ajaa. Padahal dia jatuhnya di sekolah huhu.. ya gimanaaa..
    Sehat2 yaaa Hafsah

    Reply
  7. Reminder banget ini untuk aku yg emosinya tipiiiis bener ama anak 😞. Untungnya skr mereka udah gede, tapi zaman kecil dulu ya pasti pernah yg namanya ngerengek, nangis dll. Aku pribadi biasanya ga mau selalu ngabulin apa yg mereka minta sampe merengek. Terkadang malah aku cuekin, padahal setelah baca ini, kita sebagai ibu yg hrs coba memahami perasaan mereka sebelum memutuskan melakukan apa ya mba..

    Msh harus banyak belajar, trutama untuk memahami anak.

    Reply
  8. dengar anak merengek emang ada kalanya langsung pengen bilang, duh gitu aja kok pake nangis? pake teriak? dan lain-lain..jadi kudu tahan mulut kalo kondisi anak gak sesuai ekspektasi kita..perlunya orangtua buat belajar lebih banyak lagi..semangaatt

    Reply
  9. rengekan adalah faktor resiko stress ibu hahahaha. karena kondisi ini kerap datang pas kita lagi hetic2nya. kalo gak sabar2 dan mencoba memahami apa sebabnya tentu seperti yang dipaparkan di artikel ini kita langsung bilang ” udah gak usah sedih, gk usah marah” nah nah kan kayak gini kan bahaya 🙁

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page