Sebetulnya akan panjang jika bercerita tentang hal ini. Draft ini naik turun kutuliskan, mencari sisi di mana hikmah yang bisa diambil oleh pembacanya. Kali ini aku ingin bercerita tentang sebuah ketetapan Allah yang tidak disangka-sangka.
Setiap Rumah Tangga Berbeda Ujiannya
Terbukti dengan beberapa kisah nyata yang berada di sekelilingku. Ada kerabat kami yang begitu menikah, Allah kasih kelapangan suaminya langsung bisa membeli rumah dengan cash. Ada juga yang berjuang dengan mengambil KPR di bank. Ada juga yang membeli tanah seperti kami namun tak kunjung dibangun, wkwkw.
Ada ras kekhawatiran,deg-degan dan cemas yang sulit dijelaskan dengan rangkaian kata ketika suami memilih jalannya untuk merintis usaha ekspor saat itu. Sering kali saya bertanya kenapa ga cari kerja aja dan sebagainya? tau apa yang dibilang suami? saya dibawa ke seminar Ippo Santosa. hahaha.
caranya halus sekali menasehati saya yang super fragile kala itu. Intinya sih, sebagai istri saya harus mendukung keputusan suami yang sudah memilih jalan hidupnya saat itu selama halal dan thoyib ya.
Hijrah ke Jakarta
Dahulu ada rasanya malu, segan karena tinggal di rumah mertua. Padahal kami juga tinggal di bagian atas, secara morfologi interior kami punya rumah sendiri karena memiliki dapur dan kamar mandi. Namun, akhirnya bisa menerima dan memahami. Bahkan saya ga sungkan kalaupun ada teman kuliah, circle teman lainnya bahkan adik sendiri datang dan menginap.
https://www.instagram.com/p/Blu3rq4FJdt/
Suara Sumbang akan Terus Ada
Ada saja memang setiap perjalanan, suara sumbang dari kiri kanan bahkan dalam kata keluarga itu yang memberikan nada sumbang.
“Harusnya kan kalian pisah hidupnya dari orang tua.”
Kata seharusnya, seandainya, semestinya adalah diksi penghakiman kita ke orang lain. Kita harus paham bahwa sejatinya hidup akan terus bertemu dengan masalah. Bukan kita yang harus lari dan pergi dari masalah tapi bagaimana kita bisa merespon dan mengelola terhadap masalah tersebut.
baca juga : Hikmah Menghadapi Masalah dan Masa Sulit
Mulai untuk Visualisasi Doa
Siang hari ini saat aku tengah menidurkan Sakha yang belum genap 2 tahun, aku berkutata dengan jurnal dan segala tugas kuliahku yang belum selesai. Tiba-tiba suami datang dan menempelkan kertas yang telah diprint. Foto sederhana dari google, ia mengetik besar-besar dalam kertas ukuran A4 itu kurang lebih kalimatnya “Rutin Ekspor 1 Kontainer Per bulan”. Lalu ada gambar rumah 2 tingkat yang dicomot dari mesin pencari tentunya. “Punya rumah 2 lantai”. Begitulah suami mengajarkan dengan aksi. Agar kami selalu ingat untuk berdoa dan berusaha sungguh-sungguh.
Begitu juga saat tinggal di rumah mertua. Hampir 4 tahun rasanya suami ngeprint gambar di google ini di tembok. Masya Allah. Dulu mikirnya atuh ga aesthetic ayah….tapi setiap lewat tembok ini dan setiap nengok abis solat jadi inget, doa lagi doa lagi.
Sakha pun kami ajarkan apalagi ketika sudah baca tulis di usia balitanya, ketika dia mau beli mainan atau apapun itu dia mencoba mencetak dan menempelkannya di tembok.
Masya Allah…atas izin Allah semuanya juga bisa kecapai tulisan yang ditembok. jangan pernah malu untuk meminta. Kan ada hadistnya juga
“Sesungguhnya Allah Maha pemalu dan pemurah. Dia malu bila seorang lelaki mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lalu Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan hampa”
Namun, jangan lupa sekarangg mah ditambah doanya. Semoga apapun yang kita inginkan di dunia juga bertambah keimanan dan kedekatan juga ibadah kita kepada Allah. Tentu yang paling penting jadi tabungan bekal kebaikan untuk di akhirat.
Akhirnya Bertemu dengan Rumah Impian
Hari itu bahkan pada bulan itu aku tidak menyangka akan mencari sebuah rumah. Beberapa hari di akhir tahun kemarin, kami mencoba survey beberapa sekolah dasar islam di Jakarta. Sayang, sekitar rumah mertua belum ada yang cocok bagi kami dan anak kami.
Suami bilang coba kamu lihat perumahan islami X di sekitarnya ada sekolah apa. Qodarulloh bertemulah dengan sekolah alam natur islam (yang sekarang jadi sekolah anak kami), next kita coba menceritakan sekolah ini ya. Namun, sayang perumahannya tidak cocok dan underekspetasi dari kami.
Setelah beberapa kali survey berdua bersama suami malah ketemu rumah meski second, lingkungannya baik dan pemiliknya pun memudahkan proses jual beli rumah ini. Ah, masyaAllah rezeki ga disanga-sangka banget emang.
Gagasan utamanya yang ingin kusampaikan adalah ternyata setiap orang memiliki timelinenya masing-masing. Tak perlu memikirikan apa kata orang, kenapa kita belum kaya orang. Sadar-menerima-ridho, 3 kata sakti yang tergurat jelas dalam menyikapi masalah pada perjalanan hidup ini.
Namanya rezeki ga disangka-sangka, jujur ini namanya tidak disangka-sangka. Ga pernah kebayang malah jadi warga Bekasi lagi. Alhamdulillah ala kullihal, Masya Allah Tabarakallah. Semoga kalian yang membaca dan sedang merajut mimpinya segera dimudahkan dan dikabulkan. Aamiin.
Proses demi proses adalah sebuah perjuangan yang patut disyukuri. Semoga bermanfaat, salam.