Kita semua merasakan perubahan yang luar biasa selama pandemi ini. Tidak terkecuali dalam keuangan. Terutama berlaku bagi yang memiliki usaha kecil dan menengah yang mengalami masa-masa krisis seperti sekarang.
Dengan adanya perubahan gaya hidup dan kebutuhan, kondisi pandemi memaksa kita untuk melakukan pengelolaan keuangan dengan bijak agar bisa bertahan hidup di masa-masa pandemi. Momentum sangat tepat untuk kembali mengisi ilmu pengelolaan keuangan agar merajut kesinambungan.
Perbedaan status pernikahan dan pekerjaan tidak membedakan kepentingan kita untuk mengatur keuangan. Apalagi teruntuk kita yang tidak memiliki background pengaturan keuangan. Susah-susah gampang dalam pengelolaan keuangan.
Kesulitan Mengelola Keuangan
Menurut hasil survey dari OVO Market Research Survey yang dilakukan pada 367 responden ibu di Jabodetabek dan luar Jabodetabek, 7 dari 10 Ibu mengalami kesulitan mengelola keuangan selama pandemi. Mereka berharap dapat melakukan perencaan keuangan untuk mengatasinya.
Sebagai seorang Istri juga memiliki peran sebagai manager keuangan keluarga, namun fakta di lapangan banyak kaum Ibu seperti saya yang belum memiliki pengetahuan finansial yang cakap. Fakta dari survey tersebut juga melaporkan bahwa hanya 1 dari 10 Ibu yang melakukan pencatatan keuanagn selama pandemi. Mengatur keuangan selama pandemi Covid merupakan suatu tantangan besar khususnya bagi para Ibu.
Selama pandemi ini saya juga mulai mencatat keuangan, baik itu pribadi, keluarga dan bisnis. Selama ini masih sulit karena keuangan keluarga masih sering tercampur dengan usaha. Terkadang saya terlewat mencatat setiap ada piutang dari customer, kapan waktunya transfer ke vendor dan sebaliknya.
Bijak Mengelola Keuangan dari Aidil Akbar
Lalu bagaimana sebaiknya mengelola keuangan selama pandemi Covid-19? Hari Sabtu, tanggal 20 Maret 2021 saya mengikuti Webinar sharing bertajuk “Bijak Merencanakan Keuangan”. Narasumbernya pun tidak kaleng-kaleng, materi yang dipaparkan oleh Aidil Akbar Madjid (Perencana Keuangan Senior) dan Ghair Nuris Tsara (Coordinator Referral Program Tunaiku Amar Bank).
Aidil Akbar mengatakan bahwa di masa pandemi ini, kita sebagai Ibu diharapkan bisa mengelola keuangan dengan bijak. Terutama bagi kita yang memiliki usaha atau bisnis sampingan. Berikut beberapa cara agar kita lebih bijak mengelola keuangan.
1. Pisahkan Keuangan Keluarga dan Usaha
Memisahkan keuangan keluarga dan usaha adalah langkah utama untuk mengelola keuangan. Kita harus dapat mengecek bagaimana kesehatan keuangan keluarga. Di era yang konsumtif ini kita juga mesti dapat membedakan kebutuhan dan keinginan. Jangan lupa untuk menabung dan menyiapkan dana investasi.
Pemisahan keuangan usaha juga tidak sekadar dipisahkan, jangan sampai kita selalu pengusaha tidak bisa menentukan biaya dan harga jual. Mas Aidil menyebutkan jika ahrga jual terlau murah bukan usaha namanya, tapi kerja bakti. Jadi penting sekali untuk memastikan harga jual kita tidak terlalu murah.
2. Bedakan Kebutuhan VS Keinginan
Derasnya promo gratis ongkos kirim, cashback dan diskon dari berbagai e-commerce memang menjadi godaan terbesar bagi kita. Namun kita harus pandai dalam membedakan kebutuhan dan keinginan. Untuk membedakan kebutuhan dan keinginan, kita tidak bisa menyamaratakan setiap orang. Kebutuhan dan keinginan ini tergantung dari kondisi setiap individu. Jika ia seorang content creator atau youtuber memiliki kamera yang beresolusi tajam menjadi sebuah kebutuhan. Berbeda jika ia yang tidak memiliki kepentingan dalam dunia fotografi, membeli kamera canggih hanya sebatas keinginan.
Kita harus dapat mengutamakan kebutuhan-kebutuhan primer seperti kebutuhan pangan dan kesehatan. Artinya kita harus dapat membeli kebutuhan yang primer atau urgen dan mengesampingkan kebutuhan yang tidak penting. Mas Aidil menambahkan jika kebutuhan primer yang tidak terpenuhi maka yang akan sakit adalah fisiknya. Namun, berbeda jika kita tidak memenuhi keinginan, yang akan sakit adalah gengsinya.
3. Cek Kondisi Keuangan Kita
Ibaratnya medical Check up, Financial check up juga penting untuk dilakukan agar kita mengetahui kesehatan keuangan kita. Bagaimana kita mau mengatur keuangan, jika utang saja masih lebih besar daripada pemasukan. Oleh sebab itu, kita harus memperbaiki kondisi keuangan terlebih dahulu.
Untuk mengecek kesehatan kondisi keuangan kita adalah dengan mengurangi nilai asset dan utang. Jika kondisinya positif berarti kekayaan bersihnya baik. Apa yang dimaksud asset di sini, mulai dari rumah, tanah, mobil sampai emas dan ternak.
Langkah selanjutnya untuk mengecek kondisi keuangan adalah cashflow, perhatikan pemasukan dan pengeluaran. Salah satu pertanyaan dari seorang Ibu di Webinar kemarin adalah apakah kita harus mencatat keuangan atau hanya perlu dihapal? Mas Aidil mengatakan sangat penting untuk mencatat pengeluaran setiap bulannya. Kita bisa mengecek mengecek pemasukan dan pengeluaran dari catatan ini.
Banyaknya platform dompet digital, ATM memang membuat kita lebih konsumtif. Maka dari itu langkah bijak untuk mengelola keuangan adalah dengan mencatatnya agar kita dapat memperhatikan cashflow keuangan kita.
Kemudian, apa yang sebaiknya kita lakukan? Kita bisa membagi pemasukan menjadi beberapa pos-pos pengeluaran. Ingat ga, kalau zaman dulu ada orang tua yang memisahkan pengeluarannya dalam bentuk dimasukkan ke dalam beberapa amplop. Ketika menerima gaji, kita bisa menyisihkan untuk masa kini dan masa depan. Berapa jumlahnya? Berikut jawabannya pada tips pengaturan keuangan yang dipaparkan Mas Aidil di bawah ini.
Rumus Mengatur Keuangan Bulanan
1. 40% untuk Biaya Kebutuhan Hidup
Biaya kebutuhan hidup yang dimaksud seperti biaya bahan makanan, biaya air, listrik, SPP sekolah anak dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Untuk keperluan sedekah dan memberi untuk orang tua juga dapat dimasukkan ke dalam pos ini.
Biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup maksimal 40%. Jika setelah dihitung ternyata lebih, berarti biaya hidup kita kemahalan atau pemasukan kekecilan. Maka yang bisa kita lakukan adalah dengan mengurangi biaya hidup atau menambah penghasilan.
2. Alokasikan 10% untuk Kebaikan
Mas Aidil menyampaikan, bahwa sebisa mungkin kita menyisihkan 10% dari pengeluaran bulanan untuk kebaikan alias dana darurat. Dana ini disiapkan sebagai pos untuk berjaga-jaga jika terjadi kondisi darurat seperti sakit yang tidak dicover BPJS, keperluan mendadak, dan sebagainya.
3. 20% Masa Depan
Ketika upah bulanan kita ditransfer, biasakan untuk menyisihkan 20% untuk masa depan. Dana masa depan ini dapat digunakan untuk biaya pendidikan anak atau sebagai dana pensiun. Bagaimana untuk para bloger atau freelancer dan pengusaha yang tidak memiliki pemasukan rutin bulanan? Kita bisa mengurangi langsung setiap mendapatkan total invoice per bulannya untuk disisihkan sebagai dana masa depan.
4. 30% untuk Cicilan
Keuangan bulanan yang dikeluarkan untuk cicilan maksimal 30% dari penghasilan utama. Mas Aidil menambahkan, cicilan rumah seperti KPR termasuk cicilan positif. Artinya nilainya akan bertambah di kemudian hari. Jadi disarankan untuk dilunasi. Nah, bila besarnya sudah di atas 30%, tentu jangan ditambah dengan cicilan lain.
Saya sendiri lebih senang jika membeli barang dengan uang tunai, sebisa mungkin kita mencari barang yang harganya dapat dibayar dengan uang yang ada. Namun, tiap orang pasti memiliki perbedaan pilihan. Dengan catatan sebisa mungkin total cicilan jangan di atas 30%. Khawatir nanti jika sulit melunasi, pasti akan mengganggu keuangan kita dan keluarga. Bagaimana jika sedang tidak ada cicilan? Anggaran pos cicilan dapat dialihkan ke investasi alias dana masa depan.
Hati-hati Pinjaman Online Selama Pandemi
Kita semua berjuang selama pandemi tidak terkecuali perihal keuangan. Celah ini juga yang membuat menjamurnya pinjaman online. Memang banyak sekali kemudahan yang ditawarkan pinjaman online di Era Digital seperti dengan penggunaan aplikasi di smartphone kita. Dengan kemudahan itu tentu mengurangi keribetan jika harus meminjam di Bank. Prosesnya lebih cepat dan contanctless.
Namun, Pak Aidil mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memilih pinjaman online. Kita harus pandai memilih pinjaman online yang terpercaya dan memiliki reputasi yang baik. Selain itu pilihlah pinjaman online yang telah terdapftar di OJK atau Otorasi Jasa Keuangan. Kehadiran aplikasi pinjaman online di app store atau google playstore juga menjadi point penting, dan perhatikan dengan review para pengguna sebelumnnya.
Penutup
Langkah awal dalam mengelola keuangan adalah dengan memisahkan keuangan pribadi dan usaha. Penting sekali untuk memahami apa itu kebutuhan dan keinginan dalam menjalankan keuangan yang sehat. Jangan lupa untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan setiap bulannya.
Semoga bermanfaat, salam.
Pandemi ini tuh jujur aja membuat kita jadi auto check up keuangan sih mbaaa. Dan tetap keep going berusaha untuk bijak berfinancial. Aku juga jangaaaan sampe keluarga atau anak turun yg terjebak akan hutang apalagi pinjol huhu
Mengatur keuangan itu ternyata perlu banget dipelajari, ya.
Kerasa banget pas pandemi ini, apalagi buat yang terpaksa kehilangan pekerjaan.
Tipsnya membantu banget kak, terima kasih…
Membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Ini masih menjadi PR buatku, kak. Terlebih sejak pandemi ini. Kadang, suka memasukkan apa-apa jadi kebutuhan padahal cuma keinginan yang didasari alasan agar enggak bosan di rumah. Alhasil barang-barang yang sudah dibeli jadi memenuhi ruang rumah aja.
Rasanya aku udah harus banget mulai mencatat keuangan dan membuat daftar kebutuhan kali ya, kak. Agar terkontrol apa aja yang harus dibeli. Terima kasih kak, untuk tulisannya. Ngingetin aku banget biar enggak serampangan menggunakan uang.
40 : 10: 20: 30
Kudu belajar DISIPLIN dgn komposisi ini ya
Karena selama ini, banyak orang yg terlampau permisif, jadinya komposisi pemakaian duit jadi amburadul, tdk proporsional sama sekali.
Mungkin kalau suami ada penghasilan bulanan yang rutin, seperti gaji begitu, akan lebih mudah. Tapi, kenyataannya, karena merasa selalu ada tiap bukan, pengeluaran jadi tidak terkontrol. Memang, mereka harus baca artikel ini deh.
Penting banget untuk mengelola keuangan keluarga, apalagi jika penghasilannya pas-pasan, salah sedikit bisa berakibat fatal buat masa depan ya.
Beruntung banget bisa ikutan webinar dengan salah satu financial planner senior, Mas Aidil Akbar, bisa dapat ilmu baru seputar mengelola keuangan.
BTW, saya nggak ada di foto waktu rame-rame, padahal sudah rise hand, sanib… sanib, eh nasib… nasib, hahahaha
Setuju banget aku bagian memisahkan kebutuhan dan keinginan
Belakangan ini aku tutup mata deh, nahan diri banget dari belanja hanya dengan alasan,"ih lucuuuu….!" dan sejenisnya
Meski begitu, urusan mengelola keuangan akunya juga kadang masih ada bocor-bocornya sih. Jadi belajar lagi deh, mudah2an nanti bisa lebih rapi
Dulu sya pikir pengelolaan keuangan itu gak prlu dipelajari. Eh ternyata kecele… Sprti poin 1 tentang pisahkan uang pribadi dan bisnis. Dulu saya mah campur aduk aja… Eh, akhirnya tdk ketahuan, mana untung, mana rugi. 😊😊
Keren banget webinarnya. Bikin melek manajemen keuangan. Satu hal penting apalagi dalam masa pandemi seperti ini.
Aku pernah belajar cara mengatur keuangan sekitar akhir 2019, ga nyangka langsung disambut sama 2020 yang yaa gitu deh. Sisi baiknya, aku seolah dipaksa praktekin ilmu sama keadaan, tanpa pandemi mungkin akan tetap jadi teori huhu. Mengatur keuangan ini memang pentiiing bgt ya mba. Ikut webinar2 gini juga bikin tambah wawasan.
Nah ini, saya gak disiplin banget sama keuangan rumah tangga, suka mengeluarkan dana di luar planning walau masih melirik budget tapi jadi bumerang karena kebutuhan yang udah di planning malah ke geser sama pengeluaran yang gak ada di planning hihi..
Terkadang pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan nih mbak. Apa-apa saja kayanya mau dibeli.
Setelah uangnya habis baru deh bingung mencarinya lg
Memang kesalahan yang sering dilakukan dalam mengatur keuangan adalah menggabungkan uang pribadi dengan uang usaha.
Jadi, harus jelas semua pos nya ya kak
Saya setuju dengan ulasan di atas. Kalo pinjem dana secara online (pinjol) sebaiknya jangan untuk memenuhi gaya hidup dan gengsi, tapi kalo untuk usaha/bisnis tidak apa2 cuma harus dipertimbangkan matang-matang. Kemudian, saya paling suka kata2 bedakan kebutuhan dan keinginan. Memang sekarang ini sangat banyak pilihan makanan, minuman, dan fashion yang dijual di pasaran, cuma ya memang harus dilihat dari skala prioritas saja. Kalau memang gak bener2 butuh menurut saya gak perlulah mengeluarkan keuangan untuk hal2 yang tidak perlu. Kebutuhan pokok/primer paling penting memang…Makasih.
Wah, udah lama gak dengerin Mas Aidil Akbar kuliah perencanaan keuangan. Hehehe. Keren ya tips tipsnya.
Saya cukup sulit memilah keinginan dan kebutuhan. Kadang kalau lihat promo suka berdalih pasti akan memanfaatkan barang tersebut nantinya. Padahal, belum tentu dan akhirnya hanya menghamburkan uang.
Mengatur keuangan harus segera dilaksanakan, dan teratur ya buat disiplinkan diri dan hari tua juga ya
Pandemi plus keuangan bikin kepala mumet bin puyeng dimana pemasukan tidak ada tapi pengeluaran membengkak
Mengatur keuangan nih PR banget nuat kami2 Mba… Etapi alhamdulillah ngga kalap jajan sih, cuma musti punya target pasti sih yg belom.
Asik banget jika sudah punya pekerjaan bisa mengalokasikan dana yg utama dan cadangan
Nahh bener ini… hrs ada alokasi buat kebaikan yaa 10% insyaallah itu akan balik lg ke kita sendiri kok, keuangannya jd lancar dan barokah ya, Mba Ina…
Bener banget nih sarannya tentang bijak mengelola keuangan terlebih saat pandemi seperti sekarang ini jadi pusing pala barbie deh kalau ga bijak kelola uang hehehe
Belajar disiplin mengelola keuangan itu hal yang sulit banget ,Mba. sekarang saya lagi fokus buat ga beli yang tersier dulu, demi menabung dan itu susah banget. Alokasi kebaikan juga saya banyakin. Menantang banget buat saya yang biasanya cederung beli banyak hal buat diri sendiri.
bagus nih mba prinsip perencanaan keuangan dengan bikin porsi alokasi pos keuangan tiap bulannya, mau cb praktekkin ah