Apakah Depresi Karena Kurang Iman?

Photo of author

By Shafira Adlina

depresi apakah kurang iman

Akhir-akhir ini begitu banyak pembahasan mengenai depresi dan kesehatan mental. Apalagi isu kesehatan mental selalu digaungkan akhir-akhir ini saat pandemi. Lalu, datanglah pertanyaan apakah depresi karena kurang iman? menjadi sebuah pertanyaan besar yang ditanyakan banyak orang kepada dirinya, orang lain atau mesin pencari.

Kali ini saya mau mencoba berbagi tentang insight yang saya dapatkan beberapa hari lalu di acara bincang santai bersama dr.Puti Rita Liswari. Seorang pakar kesehatan holistic yang kelulusan dari kedokteran.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Wiwik Wulansari (@wiwik_wikowiku) on

Mengenal dr. Puti Rita Liswari M.Sc, M.Kes

Siapakah dr. Puti Rita Liswari ini? Awalnya saya juga sangsi karena tidak mengenal beliau. Dari instagram Mbak Wiwik Wulansari dan bidan Gina Shabira yang merupakan salah satu ahli hypnoteraphy ini saya sering banyak membaca tentang kiprah dr.puti. Qodarullah di bincang santai ke-5 ini saya berkesempatan menatap langsung via zoom setelah sekian lama mencari video-videonya di youtube.

dr.Puti merupakan pengembang dan praktisi INTEGRATIVE MEDICINE. Integrative medicine adalah sebuah Konsep Pengobatan yang menggabungkan 3 Konsep pengobatan yang berkembang saat ini, yaitu konsep pengobatan barat, pengobatan komplementer dan pengobatan tradisional.

Beliau lulusan S1 Fakultas Kedokteran Umum UNPAD Bandung, Indonesia(1997). Beliau mengambil 2 master di dari bagian Health Information Management program Regis University Denver, USA dan dari bagian  Medical Anthropology program Leiden Universiteit, Netherland Belanda

Selain itu pendidikan non formalnya pun tidak kalah berpengalamannya. Selengkapnya ada di gambar di bawah ini.

Siapakah dr.puti

 

Kenapa dinamakan bincang santai?

berbeda dengan model acara biasanya narasumber memaparkan materi lalu diadakan tanya jawab. Di bincang santai yang diadakan hshfamily ini mengumpulkan pertanyaan terlebih dahulu di form saat konfirmasi pendaftaran. Namun, temanya masih seputar kesehatan dan depresi.

Apa yang dimaksud dengan kesehatan holistik?

Selama ini kesehatan selalu didentikkan dengan hanya masalah fisik. Kalau sakit kepala segera cari obat sakit kepala, kalau sakit flu segera mencari obat flu. Padahal menurut dr.Puti keluhan fisik itu memberikan dialog pada kita bahwa ada yang salah dari apa yang kita makan dan apa yang kita pikirkan.

Sepanjang pengalaman beliau menyampaikan apa yang dipikirkan lebih besar pengaruhnya.

Setiap orang memiliki kualitas tubuh yang unik dan berbeda. Ada fisik tubuh seseorang yang tahan banting alias kuat, ada juga yang fisiknya lemah. Semuanya itu dipengaruhi oleh kualitas sel darah. Kualitas sel darah sendiri ditentukan oleh kualitas makanan, gaya hidup, lingkungan, dan kondisi mental spiritual kita.

Bagi badan yang fisiknya lemah di dalam tubuhnya mudah mengental darahnya. Nah ini yang menyebabkan penyakit.

Menurut dr. Puti, penyakit itu bisa disebabkan oleh kondisi medis maupun non medis. Untuk menyembuhkan penyakit, kita tidak bisa sekedar minum obat saja. Tapi juga harus disertai dengan perubahan pola makan, pola hidup, dan pola pikir.

quotes islami

 

Mengenal tujuan hidup

Bagaimana caranya mengenal tujuan hidup? Sebelum itu apakah kita semua bisa menjawab tiga pertanyaan di bawah ini?

Kenapa ada untuk apa aku di sini? Darimana aku berasal? Kemana aku akan pulang?

Tiga jawaban itu harusnya bisa kita jawab dengan baik. Jika belum ada yang bisa menjawab semoga dengan membaca artikel ini sampai akhir bisa mendapatkan pencerahan ya. Bismillah..

Teman-teman yang sedang buka mushaf Al Quran bisa lihat surat Al Muminun ayat 115, saya coba sertakan terjemahan beberapa ayat yang disampaikan dr.Puti kemarin ya.

“Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”(Al Muminun : 115)

“Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (Surat Al Qiyamah : 36)

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”( Surat Adz zariyat ayat : 56)

Salah satu pertanyaan awal yang dibacakan moderator adalah Bagaimana supaya tetap ikhlas sebagai ibu rumah tangga yang merasa bahwa mengerjakan itu-itu saja? Sehingga rentan sekali stress bahkan depresi.

Kita telah bersaksi di alam ruh

Setiap manusia pernah berjanji atau mengadakan persaksian melalui alam ruh (di kandungan) tentang keesaan Allah. Sebagaimana firman Allah :

 “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”” Surah Al-A’raf 172

Namun, perjanjian atau persaksian yang kita lakukan masih dalam kandungan pasti tidak akan ada yang mengingatnya. Bahkan setelah kita lahir pun, hal-hala yang terjadi dalam ingatan semasa bayi pasti tidak ada yang mampu mengingatnya.

Kebanyakan di antara kita juga terlahir di keluarga yang juga belum memahami nilai-nilai yang sesuai keinginan dari Sang Pencipta kita. Kita belum memahami kenapa kita ada di sini? Dari mana kita berasal dan kemana kita akan pergi?

Ketika kita tumbuh dalam keluarga atau lingkungan yang demikian, kemudian terjebak dalam rutinitas kita akan menjadi kebingungan dalam merespon. Merespon hal-hal yang terjadi di sekitar kita sehingga kita kehilangan tujuan kita.

Walaupun kita tidak paham kenapa kita ada di sini, tetapi Allah tidak pernah membiarkan kita hidup tanpa perangkat yang lengkap. Manusia dibekali Allah dengan instrument berupa fitrah, indera belajar dan akal serta hati.  Perangkat manusia tersebut digunakan untuk berpikir, memahami, dan membedakan mana yang benar dan salah.

Selain itu ada perangkat lain dalam diri kita yang seringkali dapat mensabotase diri kita yaitu Nafsu. Nafsu membuat pikiran jernih kita tidak muncul.

Manusia adalah Makhluk yang Bebas Memilih

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah paling sempurna. Kita sebagai manusia berbeda dengan Makhluk lainnya seperti malaikat ataupun jin. Manusia adalah makhluk yang memiliki pilihan bebas atau kehendak. Seringkali kita kerepotan menentukan pilihan-pilihan kita, apakah pilihan yang baik atau tidak

Sejatinya hidup itu seperti aliran sungai. Dalam hidup kita juga memilih, mau aliran sungai yang deras atau tenang. Aliran deras itu terjal banyak batu-batu. Aliran tenang itu menenangkan atau mendamaikan.

Choice the way

 

Lalu balik lagi ke pertanyaan dari salah satu peserta :

“Bagaimana ya Dok agar tetap ikhlas sebagai Ibu Rumah Tangga yang punya runtinas itu-itu aja?”

Kita harus bisa memahami kerangka besar kita berdiri di sini. Memahami alasan atau kerangka kita hadir di dunia ini agar tidak larut dalam runitinas keseharian sehingga menenggelamkan makna “kehadiran”

Bukan hanya fisik yang butuh asupan makanan dan olahraga. Nonfisik juga membutuhkan asupan hati.

Prinsip utama hidup : Kita tidak punya kekuatan selain dari Allah

Sekali lagi kita adalah masterpiecenya Allah yang selalu punya pilihan. Kita hidup selalu dihadapkan pilihan, mau hidup di aliran yang mana? Aliran sungai deras atau tenang.

Hidup ini bagaimana kita menentutkan sikap kita bukan karena faktor luar.

Prinsip utamanya adalah :

Manusia tidak mungkin bisa memiliki kekuatan kecuali diberikan kekuatan dari Allah Ta’alla.

Saat kita tidak memahami prinsip utama hidup ini akhirnya kita akan :

  • Mencari-cari kekuatan dari sumber yang lain.
  • Menduga-duga
  • Berlogika.

Sedangkan logika manusia itu lemah sehingga pilihan-pilihan kita bisa saja salah.  Kita bergantung pada sesuatu yang mungkin dia sendiri tidak bis amenyelamatkandirinya. Manusia itu tidak sanggup menolong dirinya apalagi orang lain. Karena kita hanya seorang hamba.

Bagaimana supaya gampang sabar?

Sebuah pertanyaan yang banyak diajukan di form pendaftaran, bagaiamana supaya gampang sabar?dr.Puti menyampaikan bahwa Sabar merupakan akibat bukan dari apa yang kita pahami. Sabar itu memang memerlukan ilmu dan pengetahuan supaya bisa sabar. Sabar itu proses karena pemahaman konsep hidup. Sabar itu akibat, sabar itu bukan sebab.

Konsep hidup yang diutarakan sebelumnya, kenapa kita hadir dan apa tujuan hidup kita. Jika kita paham, kitat tidak akan mudah merespon noise-noise yang tidak perlu direspon

Mundur dan jeda. Jangan sampai kita kehilangan keseimbangan. Kembalikan lagi ke tujuan hidup.dr Puti mengatakan di dunia ini tidak ada satu pun yang di belakangnya tidak karena Allah.

Suatu ketika dr.Puti pernah bercengkarama dengan suaminya, ia sedang menghapal titik-titik akupuntur yang jumlahnya ratusan atau ribuan yang harus ia hapal selagi masa doctoralnya ini padahal jika dirunut nanti tidak akan berguna saat praktiknya di lapangan karena ada bagian yang lain yang bertugas.

“Bapak mah enak, hapalan quran dapat pahala, sedangkan bunda hanya menghapal titik-titik akupuntur ini.” Sesalnya.

“Bun, semua yang terjadi tidak ada yang dibelakangnya tanpa ada rencana Allah.”

Jleb

Berdamai pada diri sendiri

Kita punya pilihan-pilihan yang bebas. Ada pilihan yang diinterferensi oleh nafsu dan ada pilihan yang datang dari Allah.

Berdamai dengan diri itu ketika mengalah atas pilihan-pilihan yang memang Allah inginkan untuk kita lakukan.

Berdamai artinya kita mengalah atas pilihan-pilihan kita yang distimulasi oleh nafsu.

Letika kita mengiuti pilihan logika kita tanpa berkonsultasi kepada yang punya kita (Allah Ta’ala), maka bersiaplah mengikuti aliran yang sangat deras. Aliran sungai yang deras yang banyak sekali batu-batu terjalnya.

Sabar dan ikhlas merupakan proses panjang. Dengan tidak ikhlas dan sabar tidak akan mengurangi masalah. Ikhlas itu tidak mudah tapi tidak ikhlas bukanlah pilihan.

Bagaimana Mengobrol sama Allah?

Pilihan-pilihan yang Allah sediakan memang kurang popular di telinga manusia. Contoh kecilnya kali ini adalah banyak teori yang beredar bahwa manusia itu perlu perhatian, butuh makhluk lain karena makhluk social, manusi butuh ini dan itu padahal jelas-jelas di Quran bahwa “Cukuplah Allah bagiku.”

Apa itu Depresi?

Depresi adalah perasaan yang timbul ketika terjadi overwhelmed.  Banyak hal-hal yang terjadi diterima dan bertubi-tubi, berlapis-lapis dan bertumpuk-tumpuk.

Depresi terjadi ketika telalu banyak hala-hal yang tidak bisa kita terima dalam kehidupan ini, kondisi putus asa bahkan kehilangan tujuan hidup. Seolah-olah seseorang itu sudah tidak punya lagi kekuataan dan kemampuan untuk menghadapinya.

Depresi terjadi karena kita banyak melayani keinginan dan tuntutan oranglain, bukan keinginan dan tuntutan Allah. Padahal hidup sejatinya melayani tuntutan Allah.

Kita menuntut diri kita berlebihan sehingga merasa sudah burnout dan hal yang kita hadapi sudah melebihi kemampuan kita untuk meresponnya.

Katak yang tidak bisa melompat.

Katak ketika dimasukkan ke dalam panci yang berisi air mendidih, ia akan melompat dan pergi dari panic sehingga tidak jadi mati. Namun, ketika katak yang dimasukkan ke dalam panci yang berisi air biasa lalu panci tersebut dipanaskan. Apa yang terjadi? Katak tersebut akan mati dengan perlahan di dalam air mendidih di dalam panci.

Apa artinya? Yang perlahan itu lebih mematikan. Sama dengan bisik rayu setan yang selalu memberikan umpan-umpan negatif pada manusia yang sudah jelas ada di ayat Quran. Bahwa setan akan memberikan bisikan-bisikan kepada manusia dari arah depan belakang atas bawah..

Bagaimana dengan konsep psikolog-psikolog yang selalu mengatakan bahwa depresi itu ada gangguan fungsional di dalam otak?

Selama ini kita berpikir bahwa kita manusia sebagai victim atau korban. Salah satu pasien dokter puti yang mengidap kanker pernah berkata saat konsultasi “saya itu terkena kanker karena sel PSA (salah satu indicator ketika kita test lab) tinggi jadi saya kena kanker dok.”

Logika kita selama ini terbalik. Organ tubuh kita bukan yang membuat kita kanker atau depresi. Kita yang bisa menentukan hormon-hormon kita.

Langkah pertama dan utama saat kita berada di titik depresi tersebut adalah jangan terlalu banyak berpikir. Karena ketika kita mulai berpikir, kita akan mencari-cari alasan dan pembernaran. Dan yang manusia lalai dari mengingat Allah adalah pikirannya.

“Tidak ada takdir yang buruk, yang ada respon kita yang salah.”

Sesuatu yang buruk, ketika kita meresponnya dengan makan akan menjadi hikmah

Sesuatu yang baik ketika kita meresponnya dengan respon yang salah, maka belum tentu kita selamat pada akhirnya.

Manusia itu selalu terjebak dalam dua hal kebaikan dan keburukan.

Apapun kondisi yang bisa dihadapi, curahkanlah pada Allah berdialoglah pada pencipta kita. Mintalah kekuataan padaNya, dan mintalah agar Allah selalu menemani kita.

Akhir Kata

Jika ada pertanyaan apakah depresi karena kurang iman? jawaban dari dr.Puti tidak menjawab dengan gembleng beliau malah berucap “mohon maaf saya belum berani jawab ke arah sana.”

Mbak Wiwik bilang sebelumnya saat mengundang dokter Puti, apa boleh nanya demikian? Kata dokter boleh..tetapi saya kan ga bilang mau jawab. haha.

Namun, dari penjelasan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seputar depresi di atas sudah kelihatan kan arahnya.

Terlepas jawaban dari alasan depresi itu kenapa? apakah iya depresi itu karena kurang iman atau malah tidak. Menurut saya pribadi depresi itu kompleks karena berkaitan beberapa faktor dari psikologis, agama, hingga morfologi manusia itu sendiri.

Yang perlu kita pahami, ketika kita mengetahui kebenaran apakah penyebab depresi itu sendiri apa yang kita lakukan?

Sering kali kita mencari sebab, alasan dan penjelasan untuk mencari suatu hal yang membuat kita mencari pembenaran dan excuse terhadap apa yang perlu kita lakukan. Jadi, kita sibuk dengan pikiran kita sendiri, kenapa begini dan begitu.

Jadi teman-teman seperti kata Mbak Wiwik juga dr.Puti selalu libatkan Allah dalam segala kejadian,

“Ya Allah temani aku, ya Allah bimbing aku, ya Allah bantu aku.” Sesederhana itu kita meminta Allah selalu ada di setiap detik kita. Sederhana tapi perlu usaha dan konsistensi dalam melatihnya.

Jangan lupa bahwa pikiran ternyata punya peranan penting dalam mengentalkan darah. Stress dapat membuat darah lebih kental dibandingkan dengan makanan.

Ketegangan alam bawah sadar ini bisa dialihkan kepada hal lain, seperti beribadah. Namun, bukan ibadah yang dikerjakan untuk sekadar menggugur kewajiban ya (atau malah ibadah untuk pencitraan).

Memang perlu dilatih untuk bisa berada dalam kondisi relaks . Kuncinya adalah di sabar, syukur, dan ikhlas menghadapi kehidupan. Sederhana, tapi perlu usaha untuk mempratikkannya.

Semoga bermanfaat, salam.

shafira adlina cerita mamah

43 thoughts on “Apakah Depresi Karena Kurang Iman?”

  1. Terimakasih atas tulisannya. Sudah sy baca tulisan di atas. Memang benar bahwa stress atau depresi bisa memicu banyak penyakit di tubuh. Jadi harus tetap relaks dan terus mendekatkan diri kpd Allah. Libatkan Allah dlm setiap aktivitas agar jadi manusia yg penuh syukur dan ikhlas.

    Reply
  2. Wah insight baru nih kak. Aku pernah ngobrolin soal depresi sama temen yang kebetulan sekarang emang jadi psikolog. Kadang apa yang dijelaskan secara sains bakal berbenturan dengan agama. Kalau menurut penjelasan teman itu, Tuhan adalah salah satu hal yang bisa jadi pegangan tapi masih ada beberapa opsi lain sehingga mereka yang depresi nggak bisa serta-merta karena kurang iman. Bakal panjang sih, tapi kalau saya lebih memilih menjadikan agama itu sebagai salah satau tempat kembali terbaik selain keluarga.

    Reply
  3. Adik perempuan saya sempat depresi. Butuh hampir dua tahun sampai dia bisa kembali lagi seperti dirinya yang dulu. Satu hal yang dulu bikin saya sedih, ketika kami bilang ke dia untuk berserah diri sama Allah, terus berdoa, dia sempat menjawab, "Aku capek doa terus. Allah gak dengar doa aku." Astaghfirullah. Kalo diingat lagi perjuangan mama. Mama sampai sedih banget dan terus menyalahkan diri. Padahal adik saya ilmu agamanya cukup, shalat, pintar lagi, dapat support semua keluarga, tapi ya memang kekuatan masing-masing orang itu berbeda. Kita gak bisa bilang orang depresi itu orang lemah lah, cemen lah, kurang iman lah, dan sebagainya. Justru mereka harus dirangkul. Mereka butuh lebih banyak amunisi untuk bangkit kembali. Terima kasih sudah sharing pengalaman ya mba.

    Reply
    • Waduh, sampai ngeluarin statement begitu. Berarti emang udah sangat lelah ya kak. Serba salah ya untuk penanganannya. Semangat terus buat kk Mutia dan keluarga

      Reply
    • Ya Allah…bener Mbak Muthia, dr Puti jg sempat bilang kita ini sering menyamaratakan org yang sedang down dengan yg normal. Saat bicar dgn mereka kita hrs menggunakan frekuensi mereka

      Reply
  4. Sebagai ibu rumah tangga, pekerjaan yang dilakukan setiap hari memang kadang bikin stres ya, hihi..

    Dan ternyata, sabar itu ada ilmu pengetahuannya ya mbak, pantes aja susah buat dipraktekin, dan mungkin memang butuh iman yang kuat ya mbak, huhu..

    Dan satu lagi, memang dalam keadaan dan kejadian apapun itu, selalu melibatkan Allah adalah satu-satunya cara untuk bisa mengurangi perasaan stres atau perasaan lain yang membuat hati tidak tenang. Noted!

    Makasih mbak Ina untuk sharingnya :*

    Reply
  5. Tapi ya kak kita nggak bisa menilai iman seseorang. Atau nge judge mereka yang depresi dengan bilang "iman loe sih kurang". Kalo aku sih menanggapi tentang depresi. Lebih baik kita membantu mereka untuk bangkit dan keluar dari depresi mereka dari pada menilai keimanan mereka.

    Reply
  6. 99% penyakit memang berasal dari pikiran. Itu yg pernah aku pelajari juga. Bahkan penyakit sederhana seperti mag pun penyebabnya bukan semata terlambat makan, melainkan karena terlalu stres atau panik menghadapi situasi tertentu.
    Itulah kenapa aku suka banget belajar hal-hal yg berkaitan dgn hipnoterapi, karena membantu sekali utk mengatasi banyak permasalahan hidup & membantu memotivasi orang lain yg juga membutuhkan.

    Terima kasih tulisannya mbak. Mencerahkan. 🙂

    Reply
  7. catet nih, berdamai dengan diri sendiri bener banget. setelah berdamai dengan diri sendiri kemudian membunuh waktu dengan meyalurkan hobi, alhamdulillah rasanya hidup lebih damai.

    Reply
  8. Makasih buat sharingnya dengan dr. Puti.

    Saya sendiri merasa kalau sedang banyak pikiran terutama yang berkaitan dengan hal yang mengaduk emosi, yang diserang pertama pasti sakit kepala dan nggak berapa lama setelah itu badan jadi ngedrop. Yang saya sadari adalah saya sebagai manusia adalah mahluk lemah yang membutuhkan kekuatan lebih besar dari saya.

    Reply
  9. Sering banget di masyarakat yang menghujat orang depresi mbak. Ada yang bilang karma, apalagi sekarang kasus PPD juga banyak. Emang sih sekarang udah dicover sama BPJS, tapi kalau lingkungan gak dukung kan sama aja

    Reply
  10. Aku pernah nih mba shaf nulis kayak gini, dan banyak pula pendapat dari banyak sisi.
    Setujuuu banget sama tulisannya mba. Sbnernya banyak jg penelitian yg mengatakan bahwa spiritualitas itu pendukung kejiwaan kita, salah satunya dari buku emotional intelligence.
    Teori psikologi Adler jg bilang bahwa sbnernya trauma dan kesempitan berpikir itu kita yang ciptakan sendiri. Tergantung apakah kita mau keluar dari situ atau emang udah nyaman berada di situ dan ngga mau keluar. Bertentangan sih emang dengan pendapat atau teori yg lain. Tapi aku lebih suka mengambil pendekatan yg ini ❤️

    Reply
  11. Bagus sekali artikelnya kak… Bahwa semua yg terjadi disandarkan kembali kepada Allah SWT. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendakNya. Bahkan kalimat yg sering kita dengar : "usaha tidak mengkhianati hasil" bisa jadi salah karena seolah-olah tidak peran Tuhan yg maha berkehendak.

    Reply
  12. sabar itu sebab bukan akibat, hmmm saya jadi terngiang-ngiang sama kata-kata ini teh.. Memamg biasanya kita merasa perlu bersabar karena ada suatu hal ya, bukan sabar untuk menghadapi suatu hal, gitu bukan teh maksdnya?

    Kemarin ketemu sama teman yang depresi juga, dia bilang it;s not because of ibadah dan relationnya dia sama tuhan. tapi memang pikirannya nggak bisa dikendalikan, apa ini excuse juga ya?

    saya juga sedang berusaha utk tidak overwhelming nh, meski nyatanya pikiran itu sendiri yg bertumpuk-tumpuk tanpa bisa saya bendung pada saat itu. Jadi saya pikir, ya biarkan menumpuk, lalu perlahan basmi satu persatu, hihi

    Reply
  13. Sabar itu butuh dilatih ya kak, orang yang sabar itu hebat kalo menurutku. Dia bisa mengendalikan ego dan nafsunya..

    Dan jadi ibu rumah tangga memang rentan stres dan depresi. Aku baru merasakannya pas setelah nikah ini.

    Untung suami penyabar, beliau ngerti bahwa pekerjaan rumah adalah pekerjaan suami istri, jadi kami bagi tugas, saling gotong royong.. dan kadang beliau juga pengertian ngajak keluar buat refreshing meskipun sebenarnya beliau capek habis kerja hehe

    Reply
  14. masya allah mbak, bagus banget tulisannya. berasa pas banget sama yang aku butuhkan, soalnya lagi merasa nggak karuan banget. bener2 kudu jaga pikiran biar nggak stres, soalnya dr stres bisa memicu banyak penyakit 🙁

    Reply
  15. Masyaallah makasih untuk sharingnya mba. Sangat bermanfaat. Ngomongin soal depresi ini memang luas ya cakupannya. Dari poin2 yang bisa aky tangkap emang bener sih kalau kita banyak nerima sesuatu yang tidak kita inginkan atau memaksakan kehendak di luar batas kita dan lebih mendengarkan kata org lain bisa membuat kita depresi.

    Reply
  16. Aku termasuk orang yang banyak pikiran dan akhirnya jadi penyakit. Tetapi dokterku yang nyemangatin aku terus dan alhamdulillah dengan lebih dekat ke sang Pencipta lambat laun semua jadi ringan. Walaupun masalah masih itu-itu saja haaa

    Reply
  17. Bahasannya sangat mendalam dan banyak berbau filsafat tapi saya sangat setuju dengan semua penjelasan dari dr. Puti ini. Salah satunya adalah bahwa segala perbutan baik yang kita lakukan akan kembali lagi kepada diri kita sendiri. Walaupun balasannya tidak langsung terlihat tapi Allah akan membalasnya pada saat yang benar-benar tepat.

    Reply
  18. Pembahasan yang sangat lengkap dab berbau filsafat. Saya pribadi sangat swtuju dengan semua penjelasan dari dr.Puti terutama soal segala kebaikan yang kita perbuat akan kembali kepada kita. Walaupun balasannya tidak langsung terlihat tetapi Allah akan membalasnya pada saat yang benar-benar tepat.

    Reply
  19. keren banget ini acara bincang santai. sekilas agak menarik judulnya teh, apakah depresi tanda bahwa kurang iman? tapi emang betul kata teteh. depresi itu gak bisa dikatakan saklek sebagai tanda kurang iman karena depresi bukan perilaku buruk (menurut saya) sementara kurang iman biasanya di indikasikan perilaku buruk dan menyimpang

    Reply
  20. Waah makaasih ya mbak sharingnya…jadi pola makan n pola pikiran harus bener2 kita perhatikan yaa

    Dan menurut saya pola pikiran itu erat kaitannya dengan sisi spiritual seseorang.

    Btw suka banget ma foto2nya mbak, pake canva kah mb??

    Reply
  21. Bagus banget sharingnya kak, perlu kugaris bawahi nih, penyakit bisa berasal dari pikiran dan kadangkala kita harus berdamai dg diri sendiri untuk menerima semua takdir yang ditetapkan. Mksh.

    Reply
  22. Setuju ada banyak faktor yang memengaruhi seseorang bisa despresi dan kekuatan manusia itu beda-beda terutama kalo sedang menghadapi masalah. Ada yang santai, ada yang mikir berat sampai stress. Memang manusia itu lemah dan selalu butuh kekuatan dari Tuhan.

    Reply
  23. Bagi saya, ketidakmampuan kita dan kelemahan sains maupun logika juga merupakan umpan tersendiri agar kita kembali pada-Nya. Bukan hanya kembali, tapi memang harus selalu bersandar pada-Nya. Tapi untuk menyadari itu, kita memang harus berusaha dan banyak berdoa. Selagi kita terus bersandar pada-Nya. Lingkaran penghambaan memang butuh sekali pemahaman dan ilmu dari berbagai sumber. Trimakasih sharingnya Kak.
    Semoga bisa tetap sehat secara mental dan fisik. Dia bersamaku dan kita.

    Reply
  24. Makasih infonya menarik banget. Terkadang ketika kita sakit kepala atau flu, kita buru-buru minum obat. Tidak ada yang salah dengan hal ini, tapi alangkah lebih baiknya kita cari dulu sumber penyebabnya. Ternyata bisa dipengaruhi dari pola makan, gaya hidup dan bahkan pola berpikir. Keren ya materinya. Background nya sang dokter gak kalah keren, ngambil Master di dua negara sekaligus, USA dan Belanda….

    Reply
  25. wah ilmu yang sangat bermanfaat ini. Intinya kalau pengen tubuh sehat, emang harus merombak pola makan, pola hidup dan pola pikir ya.

    Dan sayangnya belum banyak masyarakat kita yang belum sadar pentingnya kesehatan mental ini.

    Reply
  26. Beberapa saat lalu pernah sesi ngobrol bareng beberapa teman, dan tanya jawab sama saudara yang kebetulan psikolog, benarkah depresi memang kurang iman?
    ada beberapa jawaban terkait hal ini, beberapa sudut pandang juga dari beberapa kepala. Kami punya versi jawaban masing-masing dan kami saling menghargai perbedaan pendapat tersebut. Intinya kembalikan semua pada Allah. Allah lah sebaik-baik jalan pulang, tempat kembali dan sebaik-baik penolong. Karena hanya mengingat Allah lah hati menjadi tenang..

    Reply
  27. Bener kak Inna.. ibu rumah tangga rentan stres karena mengerjakan pekerjaan yang itu-itu aja. Belum lagi kalau suami nggak menghargai jerih payah istri. Ngatain istri males atau enggak ada kerja seharian. Padahal beresin rumah itu kan enggak bisa permanen hasilnya. Ada anak yang selalu aktif untuk membuat barang berserak di mana-mana.
    Ada juga suami yang nggak mau ikut bantu pekerjaan rumah. Kadang-kadang tipe pasangan begini tu poison banget

    Reply
  28. Betul banget. Sebenarnya semua berasal dari diri kita sendiri. Rasa syukur dan keikhlasan juga berperan besar. Saya orangnya dulu mudah stres, karena saya orangnya terbuka tapi pemalu, mau cerita tapi bingung sama siapa. Nah seiring perjalanan waktu akhirnya saya menyingkirkan rasa stres dengan cara menerima dan bersikap sedikit masa bodoh, hehehe, seperti misalnya anak membuat berantakan rumah, kalau saya lagi mood bereskan ya saya bereskan, tapi kalau saya lagi tidak mood, saya biarkan saja. Omongan 'tetangga' (Hanya istilah) saya filter, yang saya suka ya saya tangkap, yang saya tidak suka ya saya anggap angin lalu. Kemudian melaksanakan kegemaran juga bisa jadi solusi, misalnya saya suka nyanyi dan blogging ya saya jalankan. Mendekat pada Ilahi itu harus, tetapi dalam hidup juga wajib mengenal diri kita sendiri dengan baik.

    Reply
  29. Aku pernah merasakan yang namanya depresi, tapi ya namanya manusia pasti pernah merasakan hal itu dan itu manusiawi, langkah yg tepat untuk menghindari depresi dengan berserah diri sama yg maha kuasa dan lebih mendekatkan diri untuk ibadah.. depresi adalah sifatnya syaitan maka langkah yg benar memang kembali ke jalan yg benar dengan belajar ilmu agama

    Salam andrian dari blogger jambi

    Reply
  30. Sy setuju mba, saya juga selalu meyakini, kalau kebaikan yang kita lakukan sejatinya untuk kita sendiri. Semakin banyak berbuat baik, maka kita aslinya menyayangi diri sendiri.

    Reply
  31. Sy setuju mba, saya juga selalu meyakini, kalau kebaikan yang kita lakukan sejatinya untuk kita sendiri. Semakin banyak berbuat baik, maka kita aslinya menyayangi diri sendiri.

    Reply
  32. Sy setuju mba, saya juga selalu meyakini, kalau kebaikan yang kita lakukan sejatinya untuk kita sendiri. Semakin banyak berbuat baik, maka kita aslinya menyayangi diri sendiri.

    Reply
  33. Beberapa teman saya menyatakan begitu. Kurang iman.
    Kesal sih, tapi yo wes ben, pahamnya itu. Makanya perlu banyak tulisan seperti ini agar tak ada lagi judgment sejahat itu

    Reply
  34. Wah diskusi yang menarik nih penyebab depresi lebih ke klinis ternyata ya..Segala sesuatu kalau ditarik-tarik ke ranah agama jadi malah gak ketemu solusinya.. Ada kasus teman sy depresi krna di kdrt-in suaminya..tindakan yg benar harusnya visum, lapor polisi karena suaminya sdh tidak bisa diajak bicara baik2..tapiii orang sekitarnya malah menganjurkan teman saya untuk dirukyah karena sumber masalah katanya ada di teman sy..waduh makin depresi dia terus tak berapa lama kejadian deh sesuatu yang tak terduga ..akhirnya suaminya dilaporkan ke polisi tapi semua udah terlambat..

    Reply
  35. MasyaAlloh seperti disiram sesuatu yang menenangkan baca artikelmu na. Tidak ada takdir yang buruk, yang ada respon kita yang salah. Kata-kata ini sungguh benar adanya. Harus berusaha lebih baik lagi ya na, jauh-jauh dari kata depresi semangaatt.

    Reply
  36. Kalau lagi 'waras' bisa mbak kembali pada Tuhan. Tapi kalau sedang dalam keadaan gak sadar, tahu kurang iman, makanya down, tapi gak tahu langkah apa yang harus ditempuh. Semua serba hitam. Aku pernah dalam keadaan ini. Mati sepertinya solusi paling benar.

    Aku tahu itu karena hubunganku dg Tuhan tidak baik. Tapi untuk mendekatkan diri padaNya, jalan seperti tertutup. Butuh orang-orang waras yang bisa merangkul dan membimbing kepada Tuhan. Tidak bisa sendiri.

    Ya. Defresi itu karena kurang iman. Tapi tidak bisa 'nambahin' iman itu sendiri. Meski sadar, kekuatan untuk sembuh dan baik-baik saja itu ada pada diri sendiri. Tapi butuh orang lain yang membuka jalan dan hati.

    So, gak setuju banget kalau orang yang waras dan imannya lagi tinggi, koar2 bilan kurang iman ke yang mengalami defresi. Yang seharusnya adalah merangkulnya. Pelan2 membimbingnya pada Tuhan.

    Reply
  37. Memang segala persoalan solusinya ngobrol sama Allah 🙂 Yang Maha bolak-balik hati. Jadi ingat dl waktu anak baru lahir, memang rasanya emosi bertumpuk. Memang benar harus berdamai dengan diri sendiri

    Reply
  38. Aku salah satu orang yang pernah di judge kurang iman karena mengalami depresi pada saat lahiran anak bungsu. Dan pada saat dengar itu rasanya makin drop mental bukannya menyemangati

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page