Menasihati Tanpa Melukai Hati

Photo of author

By Shafira Adlina

menasihati tanpa melukai

Bulan Ramadan identik dengan ragam penuh ceramah. Ingat ga dulu ketika kita masih duduk di sekolah dasar? kita diberikan buku Ramadan yang setiap hari harus kita kerjakan mulai dari checklist ibadah dan ceramah harian.

Ceramah pada dasarnya adalah sebuah nasihat kebenaran yang kita yakini. Hal ini ada kaitannya mengenai adab menasihati seseorang tanpa melukai. Belum lama ini aku mendengarkan kisah dari seseorang yang diberikan nasihat mengenai salah satu keputusannya. Memang tiada yang salah dengan isi dari nasihatnya, kebenaran versinya yang ia lemparkan. Namun, caranya itulah yang membuat kisah ini menjadi panjang.

Saling menasihati sesama muslim memang dianjurkan dalam agama kita. Sikap ini salah satu sikap positif serta adab seorang muslim dalam menjalankan kehidupan agamanya.

Imam an-Nawawi pernah menyampaikan:

“Apabila dia meminta nasehat darimu, maka wajib bagimu untuk menasehatinya, jangan hanya mencari muka di hadapannya, jangan pula menipunya, dan janganlah kamu menahan diri untuk menerangkan nasehat kepadanya” (Syarh Muslim [7/295] asy-Syamilah)

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nasihat wajib diberikan jika muslim lain memintanya. Jika tidak, maka sebaiknya kita tidak memberikan nasihat tersebut.

Pada hakikatnya, nasihat adalah bentuk kepedulian dan rasa cinta seorang muslim kepada saudaranya. Sebab kita tidak mau saudaranya terjerat dalam lubang dosa dan kekhilafan yang jauh dari ajaran agama.
Namun, perlu diingatkan bahwa Allah juga mengatur loh cara menasihati kepada sesama muslim. Jadi, ada adab menasihati dalam Islam yang harus diperhatikan. Jangan sampai kita menasihati malah melukai hati saudara saudari kita.

Menasihati Tanpa Menghakimi

Rasanya sulit kalau menilai hati manusia. Baik dari pengirim pesan nasihatnya yang memang berniat melukai hati sang penerima, atau sang penerima nasihat yang sensi alias baper atau lagi mudah terluka? Tapii, jika teman-teman dalam posisi ingin mengingatkan saudara kita dalam kebaikan ingatlah ada adab untuk memberitahu mereka. Sekalipun yang kita beritahu syurga Allah sekalipun.

Adab merupakan kunci dari semua kebaikan. Karena itu, orang yang tidak memuliakan adab akan terhalang untuk meraih kebaikan dan orang yang meremehkan adab akan diliputi oleh keburukan.

Dianjurkan bagi setiap Muslim untuk memerhatikan adab saat menasehati saudaranya. Adab menasihati ini telah dicontohkan oleh Rasulullah sallahu alaihi wassalam sejak dulu kala. Akupun mendengarnya kembali dalam potongan video pendek dari Yufid TV.

baca juga: Yuk, Cari Tahu Lumbung Pahala Wanita di Bulan Ramadhan

#1. Luruskan Niat Untuk Mengharap Ridho Allah

Ikhlas dalam menasihati. Hal yang kita lupakan ketika berlomba menyiarkan kebaikan adalah meluruskan kembali niat untuk apa kita melakukan hal tersebut. Pastikan sebagai seorang muslim kita ingin menasihati saudara kita tanpa mengharap apa-apa. Karena ridho Allah adalah hal yang utama. Jangan sampai kita merasa paling tahu dan paling jumawa. Begitupun jadi pengingat diri ini. Jangan sampai artikel ini terbit bukan untuk mengharap Ridho Allah., bukan sekadar terlihat lebih baik apalagi mengharap pujian.

Allah tahu berapa berharganya dirimuMemberikan Nasihat dengan Cara yang Baik

Semua hal yang disampaikan dengan cara baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula, begitu pun dengan memberikan nasihat. Kebayang ga, kalau nasihat kita analogi sebagai permata yang indah. Kita hendak kasih ke saudara kita tapi malah dengan cara dilempar, kira-kira mereka mau ga nerimanya?

maulah, kan berlian?!”

hahaha. Jadi hindari menasihati dengan nada kasar apalagi kata-kata kasar.

Hendaknya kita sebagai seorang Muslim menyampaikan nasihat dengan cara yang lembut yang baik, lembut dan sopan. Jangan lupa untuk memperhatikan sang penerimanya juga, sehingga bisa memberi pengaruh pada orang yang dinasihatinya. Allah Ta’ala berfirman dalam surat An-Nahl ayat 25 yang artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

adab menasihati

#2. Gunakan Diksi yang Baik dan Lembut

Dalam menyampaikan nasihat hendaknya menggunakan kata-kata yang baik, yaitu kata-kata yang penuh kelembutan dan hikmah. Gunakan diksi atau pilihan kata yang baik dan lembut. Kita bisa simak bagaimana Allah Ta’ala perintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalam ketika akan memberi nasehat kepada Fir’aun, Allah berfirman dalam surat Thaha ayat 44:

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

“Hendaknya kalian berdua ucapkan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut kepada Allah” 

Padahal kan kita tahu bagaiman kelakuan Fir’aun yang jelas kekafirannya dan kezalimannya. Bahkan ia mengatakan: “Aku adalah Tuhan kalian yang Maha Tinggi”. Namun tetap diperintahkan untuk memberi nasihat yang lemah lembut. Maka, apalagi kalau kita berikan nasihat kepada seorang Muslim yang beriman kepada Allah?

#3. Nasihati Secara Rahasia

Jangan memberikan nasihat di depan orang banyak. Berikan nasihat secara rahasia. Jika ingin mengungkapkan di depan forum, jangan sebut nama. Selain bisa mempermalukan orang yang diberi nasihat, hal ini juga bisa memperburuk keadaan. Seorang Muslim hendaknya memberi nasihat secara diam-diam agar tetap terjaga rahasia permasalahanya.

kutipan menasihatiPenutup: Sampaikan Sesuai Kadarnya

Adakalanya menahan pengetahuan didahulukan apabila penyampaiannya justru akan menyebabkan orang meninggalkan kebenaran dan berhenti melakukan kebaikan.

I means, seperti perkataan ustad Fauzil Adhim di antara sebabnya kerusakan iman pada manusia dan terguncangnya hati orang yang belum kokoh keyakinannya adalah perkataan yang seakan akan lahir dari tingginya kemakrifat. Padahal, kita juga berlindung pada Allah ya siapa yang benar atau salah.

Boleh jadi apa yang disampaikan merupakan kebenaran, sementara ia tahu bahwa seharusnya kalimat tersebut belum saatnya dikemukakan karena kurangnya pemahaman dari yang mendengarkan. Namun, ia bersikukuh menyampaikan semata agar orang melihat tingginya ilmu yang ada pada dirinya.

Orang yang telah mencapai makrifatulllah tidak akan berbicara kecuali dengan apa yang sekiranya disampaikan menyebabkan manusia mendustakan Allah dan Rasulnya meskipun itu merupakan kebenaran.
Ini bukan berarti memyembunyikan ilmu yaa…tetapi meletakkan pada tempat yang tepat dan menyempaikan sesuai dengan kadar pemahaman orang yang mendengar.

Analogi mudahnya, rasanya tidak mungkin kita berbicara dengan anak 2 tahun untuk menyampaikan pada mereka untuk segera sholat 5 waktu, puasa 30 hari ramadan karena wajib nanti kamu bisa masuk neraka jika tidak mengerjakannya. Konteksnya benar tapi waktunya ga tepat, anak belum baligh belum dihisabkan?

Semoga apa-apa yang disampaikan dalam artikel ini, bisa menjadi pengingat diri. Semoga Allah subhana wa ta’ala memberikan taufik untuk kita mengamalkannya. Aamiin.

13 thoughts on “Menasihati Tanpa Melukai Hati”

  1. Masya allah, terima kasih pemaparannya. Setuju sekali mbak. Dahulukan adab daripada ilmu. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.

    Reply
  2. baca ulasan ini, saya jadi ingat sama salah satu peristiwa yang ada kaitannya dengan saling nasihat menasihati. dan hal tersebut terjadi pada dua orang teman saya. Qodarullah sempat terjadi salah paham sebentar. over all saya setuju sekali bahwa adab sangatlah penting agar kehidupan kita senantiasa harmonis

    Reply
  3. Terima kasih remindernya. Memang soal nasihat-menasihati ini tetap harus memerhatikan adab dan situasi orang yang akan dinasihati. Dan Islam sudah memberikan petunjuk dan penjelasannya dengan sempurna.

    Terutama, sebaiknya memang nasihat dilakukan secara sembunyi/private, jangan pernah di depan umum sekalipun niatnya bukan untuk memperlakukan.

    Saya pernah pas jadi MC, mungkin ada kesalahan kata yang dipilih, dan mendapat dua perlakuan berbeda. Pernah ditegur langsung di depan audiens dan saat itu juga. Saya nggak marah cuma malu banget.

    Tapi pernah juga, selesai acara dilakukan evaluasi oleh panitia. Dan memang secara pribadi, saya lebih merasa ‘dihargai’ ketika saran itu dilakukan secara personal.

    Reply
  4. ini bener banget sih mba, tapi kadang kita tuh suka kelupaan dan mulut nih suka tak terkontrol dengan baik, padahal maksudnya memberitahu baik-baik aja yah tapi suka lupa malah didepan banyak orang dan bikin orang yang kita tegur bukannya jadi seneng malah bisa jadi membenci kita

    Reply
  5. Ego manusia seringkali tinggi. Makanya memang harus berhati-hati saat menasehati. Karena kalau udah tersenggol egonya, nasihat sebaik apapun suka gak masuk. Dalam Islam pun diajarkan adab menasehati, ya. MasyaAllah.

    Reply
  6. MasyaAllah terima kasih remindernya mbak. Sebagai saudara sesama muslim memang sebaiknya kita menasihati teman yang keliru ya. Tapi harus diakui, menasihati tanpa menyakiti, tanpa menggurui, itu susah banget. Perlu banyak-banyak latihan kayaknya. Lagi-lagi karena semua ada adabnya, berilmu tapi kalau tidak menjunjung tinggi adab, ilmunya pun sia-sia semata…

    Dan sebetulnya, ketika kita menasihati orang lain, itu juga menasihati diri sendiri bukan?

    Reply
  7. Couldn’t agree more. Adab itu nomor satu, baru setelahnya ilmu. Punya ilmu tinggi tapi nggak punya adab sama aja nol. MasyaAllah Islam telah mengatur semuanya dengan rinci ya mbak, termasuk bagaimana cara menasihati. Biar gimanapun setiap orang ketika dikasih nasihat pasti akan defensif dulu karena meras nggak salah, makanya perlu ada adab menyampaikan nasihat agar nasihatnya benar-benar mengena tanpa melukai hati.

    Reply
  8. Sukaaa banget artikelnya, kak.
    Seringkali manusia itu merasa lebih dari yang lain, sehingga tanpa melihat tempat dan waktu, menasehati.

    Lalu kalau salah, semisal orangnya marah, dibilang “Baperan iih..”
    Padahal adabnya yang gak bener, sehingga perlu sekali memerhatikan adab ini.

    Semoga kita senantiasa dilindungi dari lisa yang buruk dan menyakiti.
    Semoga Allah tutupi selalu aib-aib diri kita dan kita juga tidak membukanya.

    Barakallahu fiik, artikelnya.

    Reply
  9. Memberi nasihat tanpa menggurui, dan menghakimi sulit bagi saya. Walaupun saya juga pengen melakukan itu, harus bener2 pinter mengatur strategi agar tersampaikannya nasihat secara baik.

    Reply
  10. Diksi dan intonasi itu memang kunci inti dalam menasehati, mbak. Merasa salah dan gagal itu nggak enak banget. Urusan komunikasi interpersonal begini, aku merekomendasikan bukunya Dale Carnegie yang berjudul How to Win Friends and Influence People. Ini bagus banget!

    Reply
  11. masya Allah dalam Islam sudah ada panduan menasihati yang baik dan benar supaya nancep gitu, jangan malah menyakiti. Pakai kata-kata yang lemah lembut (kudu pelan-pelan ini supaya ga salah pilih kata). Selain itu lakukan secara private yah, kalau diumbar malah itu seperti pamer dan buka aib.
    aku suka ilustrasinya, jadi ada gambaran yang memudahkan.

    Reply
  12. Setuju sekali, Mba. Jangan sampai melukai saat mengingatkan atau memberi nasihat, pemilihan diksi pun juga harus dipikirkan ya…
    Reminder banget sih ini ^^

    Reply
  13. Memberi nasihat itu baik ya mbak
    Apalagi kalau nasihat dalam bentuk kebaikan
    Tapi memang kita harus tahu bagaimana caranya menasihati tanpa melukai hati

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You cannot copy content of this page